"Saya terima nikah dan kawinnya, Amerta Karla Argazier binti Jeff Argazier dengan mas kawin tersebut, tunai." Aksa mengucapkan kalimat tersebut dengan lantang dan tanpa kesalahan sedikitpun.
"Bagaimana para saksi? Sah?" Tanya Penghulu.
"Sah!"
"Alhamdulilah..."
Akhirnya, hari yang dinanti-nanti oleh Alsa dan Karla, beserta seluruh keluarga besar telah tiba. Semuanya tersenyum lebar, bahagia setelah mendengar Aksa mengucapkan kalimat sakral tersebut.
Aksa menghela nafas lega setelah mengucapkan kalimat itu. Hari ini, Aksa telah resmi menjadi seorang suami dari perempuan bernama Amerta Karla Argazier. Perempuan yang paling ia cintai di dunia ini setelah bundanya. Perempuan yang tak akan ia lepaskan seumur hidupnya.
Karla berjalan menghampiri Aksa yang kini telah menjadi suaminya. Cewek itu terlihat sangat cantik mengenakan gaun putih yang sangat cocok untuknya. Semua orang betah untuk memandangnya lebih lama. Siapapun enggan mengalihkan pandangan, termasuk Aksa sendiri. Istrinya itu sangat cantik di matanya.
Perasaan gugup menghampiri Karla tatkala ia ingin mencium punggung tangan suaminya. Namun perasaan itu hilang begitu saja ketika mata mereka berdua bertemu. Mata itu seolah menjelaskan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Karla pun tanpa ragu mencium punggung tangan suaminya.
Aksa tersenyum melihatnya. Bahkan senyuman Aksa tidak luntur sedikitpun ketika melihat Karla.
"Tuntun aku menjadi istri yang baik, ya, Sa." Ucap Karla sembari tersenyum manis.
Pertanyaan itu di jawab dengan anggukan oleh Aksa.
"Pasti, Sayang." Jawabnya.
🌷🌷🌷
"Congrats, Aksa, Karla."
"Makasih semuanya." Balas Karla.
Kedatangan anggota Roxeviz itu membuat suasana pelaminan menjadi ramai. Semuanya heboh menyaksikan kedua mempelai. Satu persatu mereka menyalami Aksa dan Karla dan memberi selamat.
"Gila, keren banget ketua kita, woy! Ngga pernah pacaran, tapi sekalinya pacaran langsung di nikahin." Kata Zidan, yang selalu menjadi pencair suasana dan mood booster mereka.
"Iyalah, emang lo, si fuckboy kelas akut tapi ngga nikah-nikah?" Tanya Langit pada Zidan, serta sengaja membesar-besarkan suaranya agar Zhera yang berada di dekat Karla dan teman-temannya mendengar.
"Anjing, diem lo!" Balas Zidan.
"Haha, sengaja." Sahut Langit.
"Thanks, ya. By the way lo pada udah makan belum?" Tanya Aksa.
"Pake nanya lagi, lo, Sa, ya pasti udah, lah." Balas Abian sembari menepuk-nepuk perutnya, memberi tahu bahwa ia sudah kenyang.
"Niat awal kita ke sini emang pengen makan-makan aja, sih, haha." Kata Zidan.
Aksa yang mendengarnya hanya bisa terkekeh.
Lalu, tibalah Zean yang berada di barisan paling belakang, memberinya selamat. "Congrats, Sa." Kata Zean.
"Thanks, Zen." Balas Aksa. Tetapi, ada satu hal yang mengganjal ketika ia melihat kehadiran Glora. "Udah official?" Tanya Aksa dengan suara pelan, penasaran, sembari melirik ke arah Glora yang tengah asyik berbincang dengan istrinya.
Sedangkan yang di tanya hanya mengangguk, membuat Aksa terkekeh. "Langgeng, ya, Zen. Jangan kaku-kaku banget sama dia." Kata Aksa dengan suara pelan. Cowok itu memang sudah sangat mengenali sifat-sifat Zean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Dan Semestanya
أدب المراهقينJudul awal : AKSAGARA *** she fell first, he fell harder. *** "Rugi ngga sih kalo kita ngga pacaran, Sa?" tanya Karla. "Ngga usah halu." Balas Aksa dingin. *** "Kapan sih lo buka hati buat gua, Sa?" "Never." *** "Tell me that you're mine now," "I...