"Cepetan, Ra!" Desak Starla karena temannya itu sangat lambat ketika berganti baju.
"Sabar!" Anara yang masih berada di ruang ganti, buru-buru mengganti bajunya. Ia terlambat karena baru saja dari toilet.
"Lama kita tinggal!" Timpal Karla sembari terkekeh kecil.
Tak lama, suara pintu terbuka terdengar, menampakkan Anara. "Iya iya, ini udah selesai!" Balas Anara.
Ketiga temannya hanya tertawa. Setelah memasukkan baju ke dalam tas, keempat cewek itu segera berjalan ke bawah dan segera berbaris di lapangan. Sebelum berolahraga, tentunya harus melakukan pemanasan terlebih dahulu.
"Satu.... dua.... tiga.... empat," kata pak guru sembari mengarahkan gerakan pemanasan, yang diikuti oleh siswa-siswi nya di belakang.
"Lima... enam.... tujuh.... delapan."
Selesai melakukan pemanasan, mereka bermain voly. Karena materinya saat ini sedang membahas tentang permainan voly. Setelah membahas materi kemarin, hari ini mereka mempraktekkannya.
Selesai bermain voly dan pengambilan nilai, mereka memiliki waktu satu jam yang diberikan oleh guru olahraga mereka, terserah digunakan untuk apa. Ada yang langsung berganti baju, ada yang ke kantin, dan ada yang masih bertahan di lapangan karena belum puas olahraga, termasuk anak Roxeviz.
Mereka bertujuh masih berada di lapangan bermain bola bersama kelas lain yang juga sedang dalam jam pelajaran olahraga.
"Oper sini, Dan!" Kata Langit.
Zidan menoleh, lalu menendang bola tersebut ke arah Langit. Namun, tendangan Zidan cukup kencang sehingga mengenai kaca kelas.
PRANGG!!
Bunyi serpihan kaca pecah yang bersentuhan dengan keramik itu terdengar jelas di telinga. Semua siswa yang berada di dalam kelas panik. Untung saja tak ada yang luka akibat terkena serpihan kaca.
"SIAPA YANG TADI LEMPAR BOLA? HAH?!" Itu suara Ibu Elvi, beliau yang sedang mengajar di kelas tersebut, berjalan keluar mencari si pelaku.
Mereka bertujuh semuanya menunduk, mengkebelakangkan tangan mereka seperti posisi istirahat di tempat. Tidak ada yang berani menatap ibu Elvi sama sekali.
Ibu Elvi menatap nyalang ke arah tujuh cowok itu bergantian. "KALAU DI TANYA ITU, JAWAB! BUKAN MALAH DIAM SAJA!" Bentak Ibu Elvi, lagi.
Zidan akhirnya memberanikan diri untuk menyahut, meskipun suaranya bergetar. "S-saya, bu," Ia tidak berani bertatap muka dengan Ibu Elvi.
"Ternyata kamu? Bagus kamu ya! Jangan mentang-mentang kamu ketua futsal, seenaknya kamu pecahin kaca kelas orang!"
"Saya ngga sengaja, Bu!" Sahut Zidan.
Ibu Elvi memijit pelipisnya yang terasa pening. "Terserah kamu mau bilang apa, intinya kamu harus ganti rugi!" Balas bu Elvi cepat.
"Iya, bu," jawab Zidan, masih dengan suara gemetarnya.
Ibu Elvi menghela nafasnya, lalu berbalik dan kembali ke kelas dan melanjutkan pelajaran.
"Nanti kita patungan," kata Aksa yang diangguki oleh teman-temannya. Mau bagaimanapun, yang bermain bola bukan hanya Zidan seorang. Jadi, kaca tersebut merupakan tanggung jawab mereka semua.
🌷🌷🌷
Karla membiarkan kaki tanpa alasnya, bersentuhan dengan air laut. Cewek itu berjalan di atas pasir dengan perasaan senang.
Pantai adalah tempat favorit Karla sejak dulu. Baginya suara desau ombak membawa ketenangan tersendiri. Apalagi ketika sedang banyak pikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Dan Semestanya
Teen FictionJudul awal : AKSAGARA *** she fell first, he fell harder. *** "Rugi ngga sih kalo kita ngga pacaran, Sa?" tanya Karla. "Ngga usah halu." Balas Aksa dingin. *** "Kapan sih lo buka hati buat gua, Sa?" "Never." *** "Tell me that you're mine now," "I...