82. Architect Amerta and Doctor Aksa

3.3K 77 15
                                    

Waktu begitu cepat berlalu. Tak terasa umur pernikahan Aksa dengan Karla sudah jalan tiga bulan.

Di pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB, Karla terlihat sedang sibuk memasukkan bajunya ke dalam koper, di bantu dengan Aksa. Hari ini Karla akan berangkat ke Inggris, jadi, sedari tadi dia sibuk membereskan baju.

Tadi malam dia tidak sempat untuk membereskan baju-baju karena Aksa yang terus menempel padanya, tidak mau jauh-jauh.

Selesai dengan baju-baju dan koper, mereka berdua turun ke bawah untuk sarapan bersama, tetapi hal itu tertunda karena suara notifikasi pesan yang berasal dari ponsel Karla berbunyi.

Mamah tercinta 💞

Karla, maaf, mamah sama papah ngga bisa nganterin kamu ke bandara. Mamah papah masih di Amerika karena ada urusan mendadak. Nanti kalau udah selesai, kita langsung nyusul kamu ke Inggris, ya. Take care, sayang.

Iya, mah.

Setelah membaca dan menjawab pesan dadi sang Mamah, Aksa dan Karla langsung ke dapur.

"Selamat pagi anak-anak bunda." Sapa Nasela sembari tersenyum begitu Aksa dan Karla tiba di dapur.

"Pagi, Bunda." Jawab keduanya bersamaan.

"Maaf ya, Bunda, Karla tadi ngga sempet bantu-bantu." Ucap Karla yang merasa bersalah. Ia tidak sempat untuk membantu Bunda karena sibuk mengemas barang-barang.

"Iya, Sayang, ngga apa-apa. Bunda udah bilang berapa kali sama kamu kalau kamu ngga perlu sering-sering bantu bunda." Balas Nasela.

"Karla jadi ngga enak, bun, kalau ngga bantu-bantu." Sahut Karla sembari membantu Aksa menata makanan.

"Biasa aja, Sayang. Bunda juga ngga kesulitan, kok, sama urusan dapur. Udah biasa." Kata Nasela, kemudian ikut duduk.

Tidak lama setelah itu, Dirga ikut bergabung.

Selesai sarapan, Karla kembali ke kamar untuk mengambil koper.

Aksa yang berjalan di belakang Karla, bersuara. "Sayang," panggilnya. Membuat yang di panggil pun menoleh.

"Kamu beneran hari ini, berangkatnya?" Tanya Aksa.

Karla mengangguk. "Iya, Aksa. Kamu dari tadi malem nanyain ini mulu, ngga bosen?" Balas Karla.

Aksa justru menggeleng. "Ngga bisa di tunda dulu? Barang minggu depan." Sekarang ekspresi wajahnya telah berubah. Yang tadinya biasa saja sekarang malah seperti sedang menahan tangis.

Karla menghela nafasnya, duduk di tepian ranjang. "Ngga bisa, Sa. Sampai di sana, masih banyak yang harus aku urus. Aku juga ngga pernah expect kalau bakalan pergi secepat ini."

Aksa kemudian ikut duduk di sebelahnya, memeluk Karla erat. "Aku belum siap kalau harus ldr sama kamu." Beri tahunya.

Karla membalas pelukan itu tak kalah eratnya, menjawab. "Siap ngga siap harus siap, Sa. Tapi aku juga sebenernya belum siap kalau harus jauh-jauh dari kamu." Balasnya.

"Ini emang beneran ngga bisa di tunda, ya, Sayang?" Tanya Aksa sekali lagi.

"Kalau di tunda, kapan aku kuliahnya, Sayang? Kamu juga bulan depan udah mulai kuliah, kan?" Balas Karla.

Aksa mengangguk, kemudian melirik jam dinding. Sekitar 20 menit lagi Karla akan berangkat menuju Bandara.

"Masih ada waktu, aku mau manja-manja dulu sama kamu." Setelah mengatakan itu, Aksa merebahkan kepalanya di atas paha Karla.

Aksa Dan SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang