74. Kartu Uno dan Pantai

1.8K 57 0
                                    

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali sekitar pukul 05.40, Aksa terbangun dari tidurnya. Ia mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu sebelum pada akhirnya bangun dan bersiap-siap untuk jogging pagi.

Selesai bersiap-siap, Aksa berjalan keluar dari kamarnya. Ketika sedang memasang sepatu, sebuah suara terdengar menyapanya.

"Good morning!" Sapa seseorang dari belakang.

Aksa hafal dengan suara itu. Ia menoleh dan menjawab. "Morning. Mau jogging juga?" Tanya Aksa sembari mengikat tali sepatunya.

"Iya." Balas Karla. "Bisa samaan gitu, ya? Padahal ngga ada bikin janji," tambah Karla.

"Jodoh kali," celetuk Aksa.

"Amiin!" Karla duduk di samping Aksa dan memasang sepatu. Aksa membantu cewek itu untuk mengikat tali sepatunya.

"Udah." Kata Aksa ketika selesai mengikatkan tali sepatu Karla.

"Terimakasih! Yuk!" Ajak Karla semangat. Keduanya jogging pagi di sekitaran pantai dan villa hingga matahari telah menampakkan dirinya.

Sekarang, waktu telah menunjukkan pukul 07.30 pagi. Setelah meluruskan kaki dan minum air mineral, Aksa dan Karla kembali ke dalam villa untuk membersihkan diri. Ketika memasuki villa, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Semuanya masih berada di alam mimpi masing-masing. Mungkin efek begadang tadi malam.

Selesai bersih-bersih, Karla berjalan ke dapur yang berada di lantai dasar untuk menyiapkan sarapan. Karena tidak ingin ribet, Karla memilih untuk memasak nasi goreng.

Ketika sedang memotong bawang, tiba-tiba sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya rampingnya. Siapa lagi kalau bukan Aksa?

"Masak apa?" Tanya Aksa sembari menempelkan dagunya di pundak Karla.

Karla menjawab. "Nasi goreng. Kamu mau?" Tawar Karla.

Aksa yang meletakkan dagunya di bahu Karla, mengangguk, Karla dapat merasakannya. "Oke. Lepas dulu pelukannya, aku jadi susah gerak." Beri tahu Karla.

"Morning kiss belum."

Mengerti dengan ucapan Aksa, Karla menghela nafas dan menghentikan aktivitasnya, lalu berbalik badan, mengecup pipi Aksa sebentar. "Udah, kan?" Tanya Karla.

Aksa justru menggeleng. "Belum." Jawabnya. "Aku maunya di sini," tunjuk Aksa menggunakan jari manis, tepat di bibirnya.

Karla mengecup bibir Aksa singkat. "Udah?" Tanya Karla.

Aksa tersenyum puas dan mengangguk sebagai jawaban. "Mau aku bantu?" Aksa menawarkan bantuan untuk Karla.

"Em..." Karla terlihat berpikir. Mencarikan sesuatu yang tidak sulit di lakukan agar Aksa bisa membantunya. "Kalau gitu, tolong siapin nasinya," pinta Karla.

Aksa mengangguk, lalu segera bergerak untuk menyiapkan nasi sesuai permintaan.

"Sayang, nasinya banyak atau sedikit?" Tanya Aksa yang sedang bersiap untuk mengambil nasi.

"Secukupnya kita berdua aja," sahut Karla.

"Oke." Balas Aksa, kemudian memindahkan nasi dari rice cooker ke piring dan menyerahkannya kepada Karla.

"Thanks." Kata Karla sembari menyelipkan rambutnya ke daun telinga. Ia menyesal tidak jadi mengikat rambutnya. Tahu begini mending diikat saja tadi.

Aksa melihat Karla yang terlihat risih dengan rambutnya. Matanya kemudian menatap ke setiap sudut ruangan, mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk mengikat rambut.

Aksa menemukan ikat rambut di atas meja makan, entah milik siapa. Langsung saja ia mengambil ikat rambut berwarna putih itu dan mengikatkan rambut Karla dengan hati-hati. Aksa tahu kalau Karla sangat rajin merawat rambutnya.

Aksa Dan SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang