54. Murid baru

2.2K 56 0
                                    

Sebelum baca, pencet tombol votenya dulu, yh.

Kalau udah, makasih! Selamat membaca!🌷💞

***

Tujuh Inti Roxeviz itu berjalan di koridor. Semua sorot mata, terutama perempuan tertuju ke arah mereka semua. Di sekolah ini, siapa yang tidak kenal dengan Roxeviz?

"Aduh!" Seorang perempuan menabrak Aksa. Tepat di dadanya.

"S-sorry, ngga sengaja!" Kata cewek itu. Tubuhnya mungil, kulitnya begitu mulus dan putih, rambutnya di kuncir kuda, serta menggunakan pita berwarna merah.

Aksa mengusap-usap dadanya, seolah sedang membersihkan kotoran yang menempel di seragamnya. Hanya Karla yang boleh menyentuhnya. Sekalipun tidak bersentuhan langsung dengan kulit, tetap saja ia tidak suka.

"Kalau jalan lihat-lihat, lah," kata Langit.

"Ngga liat gua, sorry!" Katanya.

Aksa membaca nametag cewek itu. Carolina namanya. "Lo anak baru?" Tanya Aksa.

"Iya! Btw, dua belas ipa dua dimana, ya?" Tanya Carolina.

"Itu mah kelas kita, ayok dah sekalian bareng," ajak Zidan. Cowok itu memang sangat friendly dan baik hati. Siapa saja akan cepat akrab bila berteman dengannya.

"Lo aja sono. Ogah gua sama dia, ntar Senja cemburu." Sahut Langit.

"Dih? Kayak peduli aja si Senja sama lo," balas Zidan. "Ayok," Zidan membaca nama cewek itu. "Carolina?"

Carolina mengangguk. "Iya, lo bisa panggil gua Carol," balas cewek imut itu.

"Oke, Carol."

Setelahnya, Zidan benar-benar mengantarkan Carolina ke kelas. Berbeda dengan inti Roxeviz yang lain. Mereka tidak langsung ke kelas, tetapi ke rooftop. Waktu istirahat juga masih ada sekitar 20 menit. Jadi, mereka masih bisa bersantai.

Meskipun dipandang sebagai murid berandalan, tidak, lebih tepatnya mereka setengah berandalan, tetapi mereka semua tidak pernah mempermasalahkan hal itu.

Di sekolah, mereka memang tidak pernah mengundang keributan, tetapi tetap saja mereka dianggap sebagai berandalan karena ikut dalam perkumpulan geng motor.

Keenam Inti Roxeviz itu duduk melingkar di bangku rooftop.

"Jadi, apa rencana kita setelah aliansi sama Azveros?" Tanya Zean.

"Kita perlu rapat sama Azveros." Sahut Aksa.

"Deventer?" Tanya Reygan. "Mereka juga mau ikut membantu kita, kan?" Tanya Reygan yang diangguki oleh yang lain.

"Kalau itu, terserah mereka. Nanti gua bakalan omongin sama Leo," balas Aksa.

"Oke, lah," sahut Reygan.

"Ini ngga papa nih, mengambil keputusan tanpa Zidan? Kita kayak terkesan ngga menghargai dia sebagai anggota," komentar cowok keturunan Arab itu.

"Aman kalau Zidan, mah. Nanti gua kabarin," sahut Langit santai.

"Susah emang kalau punya temen yang hobinya godain cewek," kata Sean yang sedang meminum susu strawberry-nya.

Mendengar hal itu, Reygan tertawa. "Haha. Gitu-gitu dia sahabat kita, bro!"

"Bener. Bakal sesunyi apa, ya, Roxeviz tanpa Zidan?" Aksa menyahut. Mereka semua mulai membayangkan tentang apa yang dikatakan Aksa tadi. Bagaimana jika Zidan tidak masuk dalam perkumpulan mereka?

Selama ini, Zidan lah yang selalu mencairkan suasana di perkumpulan mereka.

"Woy! Gua ketinggalan apaan?" Kata Zidan yang tiba-tiba sudah berdiri didepan pintu rooftop. Ia kemudian ikut bergabung. Ia duduk di sebelah soulmate-nya—Langit.

Aksa Dan SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang