Bab 16

4 0 0
                                    

          Setelah mengambil makanan, Aileen dan Zalfa kembali ke kelas. Sepanjang perjalanan Zalfa sibuk memikirkan ucapan Aileen, tanpa sadar di depannya sekarang ada Aarav yang sedang sibuk melepas sepatu.

" Aww!! " ringkih Zalfa sambil memegang jidatnya

" WEEII!!, kalau jalan lihat depaan. Kebanyakan makan micin gini nihh. Mikir muluu!! " ucap Aarav tak terima.

          Bagaimana tidak, Zalfa hampir saja membuat Aarav jatuh ke depan karena dirinya yang tidak fokus saat berjalan

" HEEEE! Enakk ajaa kalau ngomong " protes Zalfa sambil memukul lengan Aarav

" Laah, yang nabrak siapa yang nge gas siapa. Mikirin apasih berat bener dahh. Hidup tuh harus di syukuri, buk____ "

" Hasshhhhhh. Mon maap nihhh yee pak ustadz, kalau mau ceramah ntar ajee kalau udah adzan dhuhur. Permisi. Assalamualaikum"

          Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, kini Zalfa sudah meninggalkan Aarav yang masih berdiri didepan pintu. Tepat sesudah itu, tanpa sadar ada sosok yang sedari tadi terus memperhatikan mereka dari jauh.

          Tak lama, bel sudah berbunyi yang berarti waktu pelajaran telah dimulai. Semua kembali ke rutinitas biasa.

°•°•°•°

          Waktu UAS hanya tinggal  menghitung hari. Seluruh persiapan telah Zalfa lakukan. Begitupun dengan sahabatnya. Mereka saat ini lebih banyak belajar bersama dibandingkan bercanda.

          Anehnya, saat jam pulang sekolah kini banyak teman di kelasnya yang tiba-tiba menjadi penghuni kelas akhir dadakan, walaupun seluruhnya didominasi oleh laki-laki.

" Buseett, giliran mau UAS aja pada rajin. Biasanya juga udah cepet cepetan pulang " ucap Aarav sambil mengelilingi setiap bangku.

          Tepat saat di depan bangku Zalfa, langkahnya terhenti sejenak.

" Kamu ngapain disini. Cowok semua loh di kelas. Gak mau balik aja "

" Biasanya juga aku disini. Laahh ente tumben masih bertahan di kelas. Biasanya udah kabur ke asrama " balas Zalfa dengan nada tak terima.

" Ohh ngusir. Yaudah kalau diusir, aku balik aja "

" Dihhh, ngambekan lu kek bocah" ucap Zalfa sambil kembali fokus dengan layar ponselnya.

          Sejujurnya, Zalfa enggan berinteraksi dengan Aarav. Karena dia tau, hal sekecil apapun akan membuat Davin salah paham. Sejak kejadian teror itu, dia mulai menjaga sikap dengan teman-teman nya terutama para cowok di kelasnya.

Aku, Diriku dan JanjikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang