"Aku bisa merebutnya meskipun harus dengan cara berdarah, cukup jarinya yang berguna untukku."
[ON GOING]
Follow for more notifications update.
Seorang wanita muda mengalami masa sulit dalam keluarga setelah kepergian sang ayah, pertentangan mengen...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Please, Help Me
-
Cemas, begitu khawatir dengan pilihannya. Rose begitu ketakutan, kini Rose berada didalam kamar terus mengelilingi kamarnya yang luas sembari menggigit kukunya begitu gugup, tubuhnya menggigil. Sesekali Rose melihat kearah jam yang berada di ponselnya.
Sepuluh menit terakhir, Rose benar benar merutuki perubahan Chavez dan Lories yang sekarang, kakak yang selalu melindungi dan menyayangi nya menjadi orang yang sangat tidak Rose kenali dan ia takut itu pertanda buruk.
Apakah ibu tau soal perilaku kakak dan tentang ini semua? sudah cukup Rose bahkan tidak ingin membebani Ibu dengan masalah besar lagi. Rose tidak sangka akan terjadi sampai serumit ini hanya karena soal warisan, seolah-olah teringat lalu menatap foto ayah diatas meja nakas.
Rose mendudukkan diri diatas kasur dengan terus menatap foto ayah, dengan menautkan jari-jarinya, "Ayah, sebenarnya apa yang terjadi? kenapa ayah memilih Rose untuk ini."
"Apa yang membuat ayah berubah pikiran dengan memberikan hal ini pada Rose tanpa memikirkan kakak? Rose tidak mengerti ayah."
Jika ini menyangkut soal kepercayaan Jhonatan pada Rosemary, mungkin seperti yang dikatakan oleh Lavender tempo hari. Rose perlu menahannya karena ayah, walau kebingungan setengah mati untuk menentukannya, jika merelakannya untuk kakak pun ia harus bisa memperjuangkannya demi ayah.
Lima menit terlewati, Rose sungguh ingin menangis dengan memohon pada apapun yang bisa Rose lakukan jika ini menyangkut keselamatannya, tapi Rose berusaha menjaganya harga dirinya juga.
Suara ketukan pintu membuat Rose terkesiap kaku larut dalam perperangang batin, Rose menatap pintu begitu lekat. Pikirannya berkecamuk dengan segala hal buruk dihadapannya yang akan dilakukan Chavez dan Lories padanya nanti. Rose berdiri, melangkahkan kaki begitu ragu menghampiri pintu.
Tidak mungkin kedua kakaknya akan berani mengecamnya di rumahnya sendiri bukankah begitu? Helaan nafas terdengar untuk menenangkan diri, Rose menggapai tuas pintu.
Rose menunggu,
"Siapa?" Tanya Rose.
Sungguh sunyi tanpa sahutan dan ketukan kembali hadir membuat Rose merinding seketika.
"Kakak?"
Tidak ada siapapun yang benar-benar menyautinya, Rose sangat tidak ingin membukanya sama sekali. Tapi untuk memuaskan rasa penasaran siapa yang mengetuk pintu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Mencoba memutar tuas pintu dan membuka pintu.