04. Permasalahan Hero's

335 29 20
                                    

"Siapa?!" tanya tegas penuh penekanan dari Egata saat melihat orang bersenjata masuk dalam rumah nya.

"Lo nggak perlu tau siapa kita! Cepat serahkan diri kalian!" jawab di antara salah satu dari 4 orang lebih jika dihitung yang sedang mengepung mereka dengan menodongkan senjata.

"Kurang ajar! Kuwe kabeh sopo sebenere?! Moro-moro nggawe rusuh!" ucap tajam milik Dava menghunus mereka semua.

Kurang ajar! Lo semua siapa sebenernya?!

"Alah, jangan banyak bacot! Sekarang ikut kita!" bentak pria bertopeng itu sembari mendorong tubuh mereka agar segera berjalan keluar rumah.

Inti Hero's melirik ke arah Egata yang memberi kode untuk menuruti apa kata mereka terlebih dahulu menggunakan anggukan kepala kecil darinya. "Jalan cepat!" geram pria yang mengawal pergerakan Dava yang berjalan seperti kura-kura, lambat sekali.

"Bacot tenan cangkemu! Rai wes rak mbejaji kakehan ngakon!"

Bacot banget mulut lo! Wajah udah nggak layak kebanyakan nyuruh!

"Koyok kethek rak tau adus, ambune marai muntah wong!" sambungnya kembali menjelekkan pria itu.

Kayak monyet nggak pernah mandi, baunya bikin muntah orang!

Sedangkan orang yang menjaga Dava merasa jengkel setengah mati dengan anak cowok di depannya itu. "Muntah, he'eh? Nyoh ambunen sampek modar!" sahut pria itu menyumbat hidung Dava dengan tangannya.

Muntah, iya? Nih cium sampai mati!

"Eh, iso bohoso jowo toh, tibak e!" kaget Dava mendengar penuturan pria itu.

"Mas, sesama orang Jawa, kita harus damai, jangan menyakiti satu sama lain, okay?" cicit Dava berucap, tetapi tak mendapatkan respons dari sang empu.

Sampai di depan rumah milik Zeen, Hero's langsung menyerang mereka dengan brutal tak memberi celah untuk lawannya mengambil udara untuk bernapas.

"Mampus! Mati aja lo, bajingan, nyusahin orang aja lo!" geram Dava sambil meninju lawannya hingga terkapar lemas tak berdaya.

Sama hal nya dengan mereka yang masih menghajar lawannya tak henti-hentinya. "Siapa yang nyuruh lo ke sini!?" tanya Kezav mencekik leher pria yang bersamanya tadi, namun jawaban yang tengah ditunggu Kezav tak kunjung keluar membuatnya menahan amarah.

"Siapa?!!" tekan Egata tajam sambil memainkan belati miliknya, dengan sengaja ia menggoreskan pada leher pria bertopeng itu hingga darah segar mulai keluar.

"D–devil Dark," jawabnya terpaksa mengaku.

"'Damn!" umpat Kezav membanting tubuh mangsanya dengan keras.

"Bawa mereka ke markas!" pinta Egata di angguki Tio dan Geri.

Di sisi lain Alenza tengah berbaring di atas ranjang sedang menyusun rencana selanjutnya. "16 tahun lebih gue ada dalam sangkar burung ini, dan sekarang waktunya gue balas dendam atas mereka yang dengan teganya membunuh Mommy!" tegasnya berucap sungguh-sungguh.

"Sejak gue kecil, gue kekurangan kasih sayang, dan itu semua salah kalian! Harus ada hukum, yaitu, darah di balas darah, serta nyawa di balas nyawa!" tekannya memancarkan tatapan penuh dendam yang mendalam.

ALENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang