6

14K 1K 16
                                    

Kematian Calvin menusuk hati Athea untuk sekian kalo. Bagaimanapun Calvin lah sosok yang menolongnya dari kesengsaraan. Ia jatuh pingsan ketika Bibi Loren dengan isak tangis menyampaikan kabar duka kematian Calvin yang begitu mendadak. 

Hari menjelang sore. Langit berubah menjadi kemerahan. Athea berbaring di kasur kamar. Ia sendiri di dalam sana.

Ia ingat perkataan Bibi Loren yang melarangnya keluar kamar terlebih dahulu.

"Athea, kau baru bangun dari pingsan. Hiks... tolong jangan keluar kamar dulu sampai Bibi Loren masuk lagi, mengerti...?"

"Iyaa. Terima kasih banyak Bibi Loren. Athea mengerti. Athea tidak pantas menghadiri pemakaman Ayah."

"Athea.... Kau anak yang kuat dan baik. Ingat itu... Apapun yang orang katakan, kau adalah  anak yang baik, hm..."

"Bibi Loren..."

"Baiklah, Bibi Loren harus membantu tuan muda Joseph terlebih dahulu. Kau istirahatlah kembali baby."

Athea mengangguk pelan sembari melihat sosok Bibi Loren menghilang dari balik pintu.

Hal itu karena Joseph dalam kesedihan mendalam menolak sosok Athea menghadiri makam Ayahnya. Ia tidak akan berbaik hati lagi. Walaupun, Bibi Loren sudah memohon-mohon padanya untuk sekian kalo. Joseph menolak tegas. 

Joseph merasa jika Athea hanyalah pembawa sial yang membuat kedua orang tuanya meninggal. Ia begitu kesal. Entah, kemana lagi ia harus meluapkan amarah dan kesedihannya. 

Para tamu dari orang-orang penting satu persatu berpulang. Joseph sangat lelah hari ini. Untung saja Bibi Loren membantunya dengan pelayan lain.

"Tuan muda, istirahat dulu. Tamu-tamu juga sudah berpulang semua. Biar para petugas yang membersihkan altar."

"Baik, terima kasih Bibi Loren. Aku akan istirahat sebentar."

"Baik, tuan muda."

Joseph tidak pergi ke kamar. Ia memilih istirahat di ruang kerja sang Ayah yng berdekatan dengan altar pemakaman diadakan. Ia tidak menyangka jika pada umurnya yang masih muda harus kehilangan kedua orang tuanya dalam waktu dekat. . 

Joseph begitu sedih. Ia kehilangan sosok yang begitu penting dalam hidupnya sekaligus. Dirinya mendudukan diri di kursi kerja. Tidak lama ia terlelap. Wajar saja, sudah seharian ini ia tidak ada istirahat.

Di saat altar pemakaman sepi dan bersih menyisakan lampu redup. Ada sosok pemuda kecil berdiri di depan foto Calvin. Sosok itu tak lain adalah Athea.

Ia memutuskan untuk melanggar permintaan Bibi Loren. Dirinya akan merasa berdosa apabila tidak ikut mengantarkan dan berdoa untuk Ayahnya yang sangat ia sayangi itu. 

Tak lama ia justru terisak menangis. Duduk melipat kedua tangan menutupi wajahnya. Bahkan, ia tidak sempat ganti baju. Ia hanya memakai pakaian kebesaran dan celana pendek. Athea justru terlihat seperti anak kecil yang kehilangan induknya.

Ia kira memasuki dunia ini adalah berkah akan kehidupannya terdahulu. Namun, mengapa kehadirannya menaruh luka pada keluarga yang sudah menerima setulus hati. Apakah ia memang tidak pantas memiliki kebahagiaan? Bahkan keluarga? Athea tidak tau.

Hiks

Hiks

Hiks

Hati  Athea sakit. Apakah ia akan sendiri lagi di dunia baru ini? Mau kemana ia pergi setelah ini? Ia tidak ingin terpisah dari Bibi Loren... Tapi, ia tidak punya hak lebih. Kedua orang tuanya sudah tiada. 

Pemikiran Athea membuatnya tidak sadar jika ada sosok lelaki yang berdiri tepat di depannya. Lelaki yang sudah mengepalkan kedua tangannya. Menatapnya dengan penuh kebencian. 

Di Balik Kisah BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang