11

11.1K 894 29
                                    

Sejak hari itu, Joseph menjaga jarak dengan Athea. Saat Athea mengajaknya berbicara, ia akan pergi menghindari. Saat Athea mengajak makan bersama, ia akan pergi dengan berbagai alasan yang tidak jelas, seperti

"Ah, kau duluan saja, Kakak ingin mandi dulu." ucap Joseph.

"Tapi..." ucap terputus Athea. 

"Tapi apa?"

"Tapi, bukankah kakak sudah mandi barusan? Rambut kakak masih basah." ucap Athea bingung. 

Joseph kembali salah tingkah. Tidak menjawab pertanyaan sang adik. Dirinya justru melenggang pergi naik lantai 2. Meninggalkan Athea dengan ekspresi bingung dan sedih karena harus makan seorang diri. 

Joseph merasa bersalah kepada Athea. Ia tidak bisa menghapuskan tindakan yang ia lakukan secara diam-diam. Yang benar saja. Dirinya sudah berumur 24 tahun. Bagaimana bisa, ia tidak dapat berpikir jernih layaknya kemarin. 

Seperti saat ini, Ia berada di ruang kerja lantai 2 demi menghindari Athea. Dirinya berkutat pada pekerjaan. Namun, pikirannya justru melayang membayangkan jejak ingatan tubuh mulus sang adik. Entah sudah berapa kali, ia menggunakan fantasi itu untuk memuaskan diri. Joseph tidak pernah seperti ini sebelumnya. 

Sore hari tiba. Joseph awalnya ingin turun ke lantai 1 mengambil beberapa snack ringan. Mengingat dirinya tidak makan demi menghindari Athea. Tapi, saat berada di dapur ia justru dikagetkan oleh suara lembut sang adik. 

"Kakak, ingin menonton bersama?" tanya Athea lembut. 

"Tidak, kakak ada kerjaan." ucap Joseph sedikit dingin. 

Joseph berpura-pura mengambil beberapa snack dengan lama. Ia berharap Athea akan meninggalkan dirinya. Namun, tidak terdengar seseorang pergi. Joseph menghela napas. Ketika berbalik, mata mereka saling bertemu. Ia merasa iba ketika melihat tatapan sedih sang adik. Ingin dirinya memeluk hangat tubuh kecil itu, tapi ia takut. Takut berbuat hal yang tidak seharusnya ia lakukan. 

Dirinya jalan dengan dingin. Melewati sang adik. Seakan Athea tidak ada di hadapannya. Naik kembali ke lantai 2. Sekali lagi, meninggalkan Athea yang tidak bergerak sedikit pun di dapur. 

"Sungguh, ada apa dengan diriku." ucap Joseph. 

Drrrtttt

Suara ponsel berdering. Itu dari kekasihnya, Gina.

"Ada apa babe?" tanya Joseph lembut. 

"Ada apa? Kau bahkan tidak menghubungiku dari kemarin Joseph." ucap Gina merajuk.

Ah, Joseph lupa. Kemarin ia menghabiskan seluruh waktunya bersama Athea. Ia bahkan melupakan Gina, kekasihnya. Tapi, ia merasa biasa saja. Tidak ada kesan lebih. 

"Maaf." ucap Joseph singkat. 

"Ada apa sebenarnya denganmu Jo? Apa kau sudah tidak menganggapku sebagai kekasihmu?" Ucap Gina sendu.

"Bukan begitu sayang..." ucap Joseph menenangkan sang kekasih. 

Joseph sungguh tidak tega mendengar suara sendu Gina. Bagaimanapun ini adalah kesalahannya. Ia juga tidak biasanya mengabaikan kekasihnya. Dulu, ia selalu takut jika kekasihnya akan merajuk bahkan untuk hal-hal kecil. Namun, kenapa perasaan Joseph terasa hambar?

"Apa kau sudah pulang kerja?" Tanya Joseph lembut mencoba mengalihkan pembicaraan. 

"Aku sedang kerja di rumah. Sebentar lagi selesai." ucap Gina. 

"Aku akan ke rumahmu. Mari bertemu Gina." ucap Joseph.

"Hmm... aku akan menunggumu." ucap Gina lembut. 

Di Balik Kisah BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang