25

5.2K 312 6
                                    

Sejak kejadian itu. Kehidupan Athea berjalan normal. Ia akan sekolah diantar oleh Joseph dan pulang di jemput Joseph.

Ia juga membatasi untuk berdekatan dengan Rodney. Ia hanya menanggapi hal-hal yang perlu saja. Rodney semakin sulit untuk berinteraksi dengan Athea.

Terkadang, Joseph akan membawanya ke kantor apabila pekerjaan sang kakak belum selesai.

Jika sudah selesai, Joseph akan langsung pulang ke rumah.

Satu hal yang membuat Athea bingung adalah kehadiran Jasper. Teman kakaknya itu kerap datang ke apartemen mereka. Joseph bahkan lelah mengusirnya.

Melihat kedekatan Joseph dan Jasper membuat Athea senang. Jasper sangat baik dengannya.

"Sudah makan Athea?" Tanya Jasper lembut.

"Sudah, tadi makan bareng kakak."

Jasper tersenyum. Joseph yang melihat itu hanya menghela nafas. Motif sahabatnya ini sangat terlihat.

Jasper sendiri entah kenapa, setiap hari ia ingin bertemu Athea. Melihat senyum Athea saja sudah membuatnya senang.

Athea kini sedang mandi, menyisakan dua pria dewasa.

"Jasper, pulanglah."

"No. Athea aja ga keberatan." Ucapnya santai.

Joseph menatap tajam Jasper.

Meskipun Joseph sangat menyukai hal-hal vulgar.

Ia sangat suka pamer kepada sahabatnya. Tapi, ia tidak akan pernah membiarkan Jasper untuk mendapatkan miliknya.

Jasper tersenyum. Sebenarnya ia tidak memiliki niat terselubung.

"Tenang aja."

"Terus? ngapain setiap hari kemari?" Ucap Joseph dingin.

"Iseng?" Ucap Jasper tertawa kencang.

Athea yang keluar kamar mandi, sedikit heran.

"Kak Jasper kenapa kak?" Tanyanya pada Joseph.

Joseph yang melihat Athea justru membantu lelaki itu mengeringkan rambut basahnya dengan handuk.

"Biarkan saja."

Dia membawa Athea ke kamar. Meninggalkan Jasper seorang diri di ruang TV. Joseph dengan telaten mengeringkan rambut halus Athea.

"Wanginya adik kakak ini."

"Kan wangi samphoonya sama kayak punya kakak."

"Tapi wangi banget kamu Athea."

Athea tersenyum lembut. Hubungan Athea dan Joseph berjalan dengan baik. Rasa nyaman tumbuh seiring waktu.

Joseph juga setiap hari selalu memberikan waktunya pada Athea.

Setiap hari pikirannya hanya tertera kepada sang adik. Ia tidak dapat membayangkan hidupnya tanpa Athea.

Ia sudah jatuh hati padanya. Begitu pula dengan Athea. Hanya saja, ia malu mengucapkan kalimat itu pada kakaknya.

"Nah, sudah kering."

"Terima kasih kakak."

"Sama-sama sayang."

Athea merapikan pengering rambut.

"Sayang?" Panggil Joseph lembut.

Ia duduk di pinggir ranjang. Athea yang terpanggil membalikkan tubuh. Duduk berhadapan dengan sang kakak.

"Ada apa kak?"

"Hm, bagaimana jika Athea pindah ke kamar kakak saja?"

Iya. Selama ini walaupun mereka tidur berdua. Athea dan Joseph tidak benar-benar satu kamar. Joseph merasa jika mereka harus satu kamar.

Di Balik Kisah BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang