20

9.7K 561 9
                                    

Sofa itu sudah basah. Suara desahan menggema di seluruh ruangan apartemen. Kedua manusia itu saling bertautan satu sama lain.

Joseph kembali mencium Athea. Athea merasa jika badannya terasa panas. Tubuh besar Joseph menindih tubuhnya.

Ia bisa merasakan sesuatu yang keras dan beras bergesekkan dengan junior kecilnya.

Muah

Cup

Cup

Joseph menyudahi lumatan lembut. Ia menatap manik mata Athea. Melihat Athea berbaring di bawahnya, membuatnya tersenyum lembut.

Jarinya merapikan rambut basah Athea. Ia mencium kembali pipi Athea. Ia tidak ingin terburu-buru. Joseph tidak ingin pengalaman pertama Athea terlihat menyakitkan.

"Sangat cantik... Kenapa Athea sangat cantik, hm..."

Wajah Athea bersemu. Ia malu dilihat oleh Joseph begitu terang-terangan.

"Bolehkan kakak menghangatkan Athea lebih?"

Athea mengangguk pelan.

Cup

Joseph mencium bibir Athea singkat. Kali ini, ia mencium leher jenjang Athea. Ia kecup leher putih tersebut. Sesekali ia lumat, sehingga meninggalkan bekas.

"Ah... Hmm... Kak..."

Desahan Athea menjadi candu bagi Joseph. Ia melihat puas hasil karyanya. Kini, leher tersebut tidak mulus lagi. Ada beberapa bercak merah yang membuat Athea menjadi lebih sensual.

Tangan Joseph berada pada daerah puting Athea. Joseph sedikit heran, kenapa dada Athea begitu menonjol padahal ia adalah laki-laki.

"Sayang, lihatlah kedua susumu ini. Mereka menonjol seperti perempuan, hm..."

"Ah... Athea t-tidak tahu... Hm... Jangan ditarik lagi..."

Joseph semakin gencar. Ia menarik putih merah Athea. Mulutnya ia gunakan untuk mencium dan melumat puting Athea secara bergantian.

Rasanya begitu kenyal dan lembut. Joseph yang tidak tahan justru menggigit puting Athea.

"Akh... Kak.... Jangan digigit... Hiks..."

"Hm... lihatlah sayang... puting-mu benar-benar merah..."

Kedua puting Athea terlihat membengkak dan terdapat bekas gigitan yang diberikan Joseph. Joseph kembali melumat bibir Athea. Mencegah rasa sakit akibat dirinya sendiri.

Di sela-sela itu, jarinya mulai merasa lubang merah Athea. Akibat tubuh mereka yang basah, Joseph dengan gampang memasukkan satu jarinya.

Athea begitu kaget. Ia tidak mengerti kenapa kakaknya memasukkan jarinya disana.

"No... Kak... Jangan dimasukin kesana... Ah..."

Tangan kecil Athea mencoba mendorong jari Joseph. Tapi, tenaga Joseph jauh lebih kuat. Joseph yang sudah nafsu justru memasukkan tiga jari besarnya.

"Ah... Kak... rasanya begitu aneh... Ah... keluarkan... Ah... Ah..."

Joseph tidak berhenti. Ia hanya mencium bibir cherry Athea. Agar sang empu tidak merasa terlalu sakit.

"Tahan sebentar sayang.... hm..."

"Ah... Ah...."

Junior Joseph sudah tidak tahan lagi memasuki sarangnya. Ia melepaskan jari-jarinya dan mengangkat kedua paha Athea. Ia ciumi kaki jenjang putih Athea.

Ia melihat betapa merah dan basahnya lubang yang akan ia masuki sebagai rumahnya. Ia menggerakkan maju mundur juniornya.

"Akh... Sayang, di bawah sana... Bolehkan kakak masuk ke dalam sana, hm?"

Athea begitu malu melihat ekspresi dan tingkah Joseph. Ia juga malu memperlihatkan lubangnya yang dibuka lebar.

Athea mengangguk pelan.

Joseph tersenyum lembut.

"Anak pintar. Jalangnya kakak memang pintar."

"Kakak akan masuk hm... tahan sebentar ya sayang... awalnya akan sedikit sakit... Ah..."

Cup

Joseph mengecup kening Athea. Ia memasukkan perlahan junior besarnya. Di bawah sana, Athea merasa bagian bawahnya seperti akan robek.

"Kak... Ah... sakit... itu terlalu besar... hiks..."

Rancau Athea dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Tahan dulu ya sayang... sebentar lagi akan masuk semuanya..."

Jleb

Junior Joseph sudah masuk sempurna di lubang sempit Athea.

"Ah... sempit sekali sayang... kakak gerak ya sayang... ini sangat hangat..."

Joseph mulai bergerak brutal. Juniornya baru kali ini terasa terjepit. Ia melupakan Athea yang baru saja merasakan sensasi baru di tubuhnya.

"Ah... Ah... sayang ini enak sekali.... Ah..."

"Ah... Ah... Ah... kakak... pelan...."

"Maaf sayang, ini begitu nikmat..."

Joseph bergerak maju mundur. Membiarkan juniornya mengambil alih. Desahan mereka terdengar begitu nyaring.

"Sayang.... lihat hm... juniormu basah... itu cairan pertamamu yang keluar..."

Athea tidak mengerti. Ia bahkan tidak menyadari jika junior yang tegang sudah mengeluarkan cairan yang tidak pernah ia keluarkan sebelumnya.

"Ah... kak.... pelan... hm... Ah..."

"Hm... sayang... kakak akan keluar..."

"Ah... Ah... Ah..."

"Kakak keluar di dalam ya sayang... Ah..."

Joseph bergerak semakin cepat. Ia sudah mendekati klimaks.

"Ah!...."

Joseph mengeluarkan cairannya pada lubang basah Athea. Sangat banyak. Saking banyaknya, cairan itu keluar membasahi sofa.

"Ah... Sayang..."

Joseph merebahkan tubuhnya diatas tubuh Athea. Ia memeluk hangat Athea. Juniornya begitu terasa puas. Itu adalah cairan terbanyak yang pernah ia keluarkan.

Athea di satu sisi tersenggal-senggal. Ia mengatur nafasnya.

Joseph sedikit bangkit dengan junior yang masih tertancap. Ia membuka lebar paha Athea lagi. Ia tarik juniornya. Dan ia terlihat puas kala pemandangan di depannya ini.

Lubang Athea terlihat begitu merah, cairannya berlomba-lomba keluar dari sarangnya. Ini pertama kalinya ia melakukan tanpa menggunakan pengaman.

Athea yang lelah, ia memejamkan mata. Joseph tersenyum lembut. Ia menggendong Athea ke dalam kamar. Mereka merebahkan diri.

Joseph menyelimuti Athea. Mengelus pucuk rambutnya. Ia memeluk sang empu begitu kuat. Walaupun, juniornya kembali tegang. Ia tidak ingin mengusik rasa kantuk Athea.

Athea berdengkur halus.

"Terima kasih baby, and good night my love."

Joseph memasukkan kembali juniornya pada lubang Athea. Ia pun tertidur dengan begitu nyaman.

Di Balik Kisah BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang