Sepanjang sisa hari Joseph tidak bisa fokus. Pikirannya terpacu pada Athea yang ia tinggal di rumah seorang diri. Ia khawatir. Takut jika lelaki yang tingginya hanya setengah badannya ketakutan sendirian.
"Sayang?"
Lamunan Joseph buyar oleh suara manis yang memanggilnya.
"Eh, bagaimana?"
"Dari tadi kau diam saja. Apa ada masalah? Aku sudah memanggilmu berkali-kali."
Gina menatapnya khawatir.
"Tidak, bukan begitu. Ayo, lanjutkan makan dulu."
Perempuan di depannya saat ini adalah kekasihnya bernama Gina. Mereka bertemu saat kuliah dulu. Gina adalah perempuan cerdas dan cantik. Semua pria pasti jatuh cinta dengannya.
Tapi, Joseph adalah lelaki beruntung yang mendapatkan perhatian dan hati Gina. Kini, mereka sudah menjalin kasih sampai sekarang. Gina menjadi pengacara di pengadilan sama seperti Joseph.
Joseph sangat mencintai Gina. Gina sangat perhatian dan mampu membuat hidupnya berwarna. Lalu, mengapa saat dihatinya ada perempuan cantik seperti Gina, pikirannya justru selalu terpaku pada adik barunya?
Gina hanya bisa diam dan menikmati makan malam. Mereka sudah lama tidak makan malam bersama mengingat berbagai hal yang terjadi dengan keluarga Joseph. Gina cukup mengerti. Bagaimanapun urusan keluarga adalah yang utama.
Namun, sedewasa Gina, ia tetap kecewa terhadap perilaku Joseph. Sepanjang jalan Gina seperti berbicara sendiri. Pacarnya itu justru asyik melamun. Raganya ada di hadapannya tapi jiwanya bukan disini. Entah apa yang dipikirkan pacarnya itu.
"Joseph, jika kau ada masalah kau bisa menceritakannya padaku, oke?"
Gina mengalah untuk kesekian kalinya. Ia sangat mencintai Joseph. Mereka sudah menjalin kasih cukup lama. Ia tidak akan melepaskan Joseph untuk hal sepele.
"Tidak apa-apa. Tidak ada masalah sayang, terima kasih." Ucap Joseph sembari mengelus telapak tangan lembut Gina.
Gina tersenyum lembut.
"Kau ingin menginap?" Tanya Gina malu-malu wajahnya memerah.
Joseph terdiam. Ia sudah lama tidak memandu kasih dengan Gina. Dia juga laki-laki yang membutuhkan sarangnya. Dan Gina hanya satu dari perempuan sana yang mampu menuntaskan hasratnya. Mereka adalah pasangan lama, jadi sudah wajar melakukan hal itu.
Biasanya Joseph akan menjawab langsung dengan semangat tanpa berpikir dua kali.
"Maaf, mungkin lain kali. Aku sedikit lelah."
Gina tersenyum kecut. Baru kali ini ia merasa tertolak.
"Tidak apa-apa. Setelah ini lebih baik kita pulang dan kau istirahatlah."
"Tentu, terima kasih sayang."
Setelah menghabiskan waktu makan malam bersama. Joseph mengantar Gina kembali pulang.
"Terima kasih Joseph."
"Hmm..."
"Kau yakin tidak ada masalah?"
"Tidak. Aku hanya sedikit lelah, jangan khawatir." ucap Joseph sembari tersenyum lembut.
Gina mencoba tersenyum. Tanpa aba-aba ia mencium Joseph. Joseph biasanya akan senang dicium oleh kekasihnya ini. Tapi, ia justru memundurkan kepalanya sedikit. Tidak membalas ciuman dari kekasihnya itu.
Tindakan itu seperti penolakan besar bagi Gina. Apa Joseph sudah bosan denganku? Gina sedikit cemas.
Lagipula alasan dia memilih Joseph karena ia adalah kandidat tepat sebagai pasangan hidup. Mereka berdua juga sama-sama sederajat. Gina juga mencintai Joseph. Apakah dia melakukan kesalahan?
Gina cemas karena mereka sudah lama memandu kasih tapi Joseph tidak pernah menyinggung soal pernikahan. Apalagi, mereka sudah memasuki umur untuk melakukan hal itu.
"Maaf Gina. Not today. Masuklah terlebih dahulu. Hari sudah malam. Kau juga harus beristirahat. ucap Joseph.
Tanpa menjawab Gina melesat keluar. Pintu mobil ia tutup kencang. Joseph menghela nafas. Ia mengusap wajah kasar. Sebenarnya ia juga merasa bersalah pada kekasihnya itu. Namun, hatinya sungguh tidak bisa fokus kembali.
"Ada apa sebenarnya denganku?" Ucapnya pelan.
Hari sudah menunjukkan pukul tengah malam. Tubuhnya sedikit lelah. Dan juga, ia masih memikirkan Athea. Ia sudah berjanji akan pulang malam ini.
Butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai. Joseph bergegas masuk ke apartemen. Koridor apartemen hening. Lampu yang dinyalakan hanya sedikit. Jendela balkon dibiarkan terbuka. Memperlihatkan indahnya lampu-lampu gedung kota.
Matanya menangkap sosok kecil yang tertidur di sofa ruang santai. Tubuh itu meringkuk. Tertidur begitu pulas. Terlihat kedinginan.
Bagaimana tidak? Pemuda kecil itu memakai celana pendek yang bahkan tertutupi oleh pakaian atasnya. Athea terlihat begitu menggemaskan.
Joseph melangkahkan kaki. Ia mengelus pipi yang terasa dingin itu. Pipi yang berisi dan terasa kenyal. Athea terbangun ketika merasakan sentuhan hangat. Matanya masih mengantuk tapi ia mengenali sosok yang berdiri di depannya.
"Kakak sudah pulang?"
"Hmm..."
"Kakak lelah?"
"Hmm..."
Athea masih mengantuk. Joseph yang melihat ekspresi Athea menghangat. Ia merasa jika rumahnya saat ini begitu damai.
Joseph menggendong Athea koala.
"Parfum kakak sangat wangi."
"Tidurlah Athea."
Athea mengalungkan tangan di leher Joseph. Ia kembali tertidur. Dirinya begitu lelah menunggu kakaknya pulang. Ia sudah berjanji untuk menunggu kehadiran kakaknya. Namun, hatinya merasa lega akan kehadiran kakaknya itu.
Joseph membawa Athea ke kamarnya. Ia merebahkan tubuh Athea. Joseph juga menutupi tubuh Athea dengan selimut.
Melihat Athea yang tertidur kembali ia juga mengantuk. Ia membuka pakaian seadanya. Ia takut jika ada bau yang bercampuran di tubuhnya. Bertelanjang dada dan memakai boxer pendek. Joseph ikut berbaring di samping Athea. Ia memeluk Athea dari belakang begitu erat. Ia ciumi harum kepala Athea.
Joseph untuk pertama kalinya merasa hangat.
"Selamat tidur Athea."
.
Jangan lupa vote ya guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Kisah Buku
RomanceAthea. Nama yang kerap disangka seorang perempuan. Namun, dirinya adalah laki-laki. Athea tidak tahu siapa orang tuanya. Ia hanyalah salah satu dari sekian banyak anak yang terlantar. Panti asuhan menjadi rumah bagi Athea. Namun, disaat dirinya sud...