22

6K 410 3
                                    

Pagi ini, mereka duduk di sofa dekat kolam renang. Menghirup udara segar setelah sarapan pagi adalah keputusan yang tepat.

Joseph dan Athea melakukan pembicaraan empat mata. Athea berada di pangkuan Joseph.

Setelah kejadian kemarin pagi, Joseph memutuskan untuk berbicara dengan Athea.

Athea sudah tenang dari hari sebelumnya. Ia tidak menolak sentuhan hangat maupun ciuman dari kakaknya. Ia menyayangi Joseph.

"Athea?"

"Iya kak?" Ujar Athea sambil memainkan jari-jari Joseph.

"Athea tau? Kakak sangat mencintai Athea. Awalnya kakak mencintai Athea sebagai adik. Tapi, hati kakak tidak bisa berbohong lagi."

Athea hanya diam, mendengarkan kakaknya.

"Hari demi hari, kita lewatkan bersama. Walaupun singkat, rasa cinta kakak kepada Athea terus tumbuh. Kakak tidak menyesal melepaskan semuanya demi Athea. Kakak juga tidak menyesal memiliki Athea sepenuhnya. Yang kakak sesali hanyalah, kakak terlalu terburu-buru. Bahkan, kakak menyakiti seseorang. Bukan hanya itu, kakak juga memanfaatkan Athea yang tidak tahu apa-apa. Kakak seharusnya mengatakan isi hati kakak terlebih dulu. Kakak harap Athea tidak membenci kakak. Kakak tidak tau apa yang terjadi jika Athea membenci kakak." Ucapnya tulus.

Athea mendengarkan secara seksama. Ia merasa jika apa yang dikatakan kakaknya adalah bukti ketulusan.

Namun, ia merasa hangat akan setiap tutur kata Joseph kepadanya.

Ia menoleh ke belakang. Menatap manik mata kakanya yang begitu menawan.

Jemari lentiknya mengelus pipi kakaknya lembut.

"Athea tidak tau apa itu arti cinta. Tapi, Athea senang berada di samping kakak. Athea senang menghabiskan waktu bersama kakak. Athea tidak menyesal dengan apa yang terjadi. Athea sangat menyayangi kakak. Jadi, kakak? Jangan merasa terlalu bersalah. Kakak Athea adalah kakak yang paling baik di dunia ini!" Ucap Athea.

Joseph memeluk hangat tubuh Athea. Ia merasa lega. Di satu sisi, ia merasa seperti memanfaatkan kepolosan adiknya. Ia tidak masalah, jika itu membuat Athea tetap berada di sisinya.

"Makasih sayang. Kakak mencintaimu."

"Hmmm... Athea juga sayang kakak."

Sejak hari itu, Joseph dan Athea kerap menghabiskan waktu bersama.

Mereka ingin menghabiskan waktu bersama sebelum Athea mulai masuk sekolah.

Saat ini, Joseph kembali menyelesaikan lukisannya dengan Athea yang menjadi modelnya.

Athea tanpa memakai pakaian sudah seakan menjadi hal biasa.

Memamerkan tubuh seksinya yang penuh bercak kemerahan. Joseph dengan semangat menambah sentuhan kemerahan pada setiap lukisannya.

Ia merasa bangga ketika melihat lukisannya sudah selesai. Joseph berjalan ke arah Athea.

Tangannya masih terdapat bekas cat. Ia menampilkan seringan senyuman.

Athea yang melihat itu hanya tersenyum ringan. Ia tetap pada posisi tidur menyampingnya.

Joseph membuka satu persatu pakaiannya. Memamerkan juniornya yang sudah berdiri tegak.

Iya. Sejak hari itu, tiada hari tanpa persatuan mereka. Athea juga sudah terbiasa terisi oleh Joseph.

Tidak jarang Joseph akan memakaikan pakaian tidak pantas pada Athea.

"Duduk menyandar sayang."

Athea bangun dari tidurnya. Ia duduk menyandar di sofa.

Joseph langsung membuka kedua paha Athea. Ia melihat sisa cairannya yang tadi pagi ia keluarkan masih berada dalam lubang Athea.

Di Balik Kisah BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang