12

9.5K 780 13
                                    

Seminggu berlalu semenjak kejadian tersebut. Joseph dan Athea seperti perangko. Mereka selalu bersama. Tepatnya, Joseph tidak ingin jauh dari Athea.

Kemanapun Athea pergi ia akan mengikutinya, memeluknya dari belakang. Athea sendiri hanya terkekeh geli melihat kelakuan kakaknya. Bahkan, Athea merasa sebagai sosok Ibu yang diikuti terus oleh anaknya. Seperti saat ini. Athea sedang sibuk mengupas beberapa buah apel segar untuk cemilan. Sedangkan Joseph memeluk hangat sang adik dari belakang. Ia gemar menghirup harum tubuh Athea. 

"Kakak..." ucap Athea. 

"Hm?" ucap Joseph sibuk menghirup dan sesekali mengecup leher putih Athea. 

"Kak, mau berapa lagi seperti ini?"

"Selamanya?" ucap Joseph menggoda. 

"Ihh, kakak... Athea jadi kesulitan ini." ucap Athea.

"Kan kakak tidak menganggu." ucap Joseph cuek. 

"Terserah kakak aja deh." ucap Athea menyerah.

Walaupun begitu, hati Athea juga merasa senang. Ia sangat senang Joseph menjadi sosok lembut dan penyayang. Ia tidak pernah merasakan kebahagian seperti ini. Dirinya bahkan sudah melupakan bagaimana sikap Joseph pertama kali padanya. 

Athea sadar diri. Karena dulu ia hanyalah orang asing yang tiba-tiba datang di keluarga cemara itu. Kini, hanya mereka berdua yang tersisa. Athea berjanji akan menjadi anak baik dan tidak akan pernah merepotkan sang kakak. Athea sangat sayang kepada kakaknya. 

Joseph disatu sisi memutuskan untuk bekerja di rumah sementara waktu. Dirinya dilanda rasa bahagia yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kehadiran Athea dalam hidupnya begitu membekas. Apalagi semenjak malam itu. Joseph seakan tidak ingin jauh dari sosok kecil yang berada dipelukkannya ini. Ia akan melakukan apa saja agar tidak terpisah dengan Athea. 

Cup.

Joseph memberikan kecupan hangat pada pucuk kepala Athea. Ia menyukai keseharian ini. Athea sendiri sudah terbiasa akan kecupan yang selalu kakaknya berikan. Awalnya ia bingung karena sebelumnya tidak ada orang yang pernah mencium dirinya. Bahkan, Athea tidak tahu arti dari sebuah kecupan. 

"Kakak mencium Athea karena kakak sayang kepada Athea. Ingat, ciuman itu hanya boleh dilakukan apabila kita saling menyayangi seperti kakak kepada Athea." 

"Itu artinya Athea juga bisa mencium kakak? Athea juga sayang kakak." 

"Tentu saja, sayang."

Kata-kata Joseph membuat wajah Athea berseri-seri. Ia sangat suka ketika Joseph mengatakan jika dirinya menyayangi Athea. Sejak hari itu, mau Joseph atau Athea kerap memberikan kecupan singkat namun berarti. 

Tak lama, ponsel Joseph berdering. Gina, nama yang tertulis di layar ponsel Joseph.Joseph melepas pelukannya pada Athea. Ia tersenyum singkat sebelum mengangkat telepon dan menjauh dari sang adik. Athea yang mengerti, memberikan senyuman manis. Ia kembali sibuk mengupas apel yang belum selesai. 

"Ada apa?" tanya Joseph dingin. 

Sejak malam ketidakhadiran Joseph, Gina kecewa. Ia berjanji tidak akan menghubungi Joseph terlebih dahulu. Gina yakin, Joseph akan menghubunginya tidak lama lagi. Seperti yang dulu-dulu. Dia ingat ketika dirinya marah akan hal sepele, Joseph akan menghubunginya bahkan mengirimkan bunga hanya untuk mendapatkan maaf dari Gina.

Namun, dugaan itu salah. Sudah beberapa hari terlewati. Tidak ada satupun panggilan dari kekasihnya. Gina merasa sedih. Ia merasa jika Joseph sudah berbeda. Tidak seperti Joseph yang ia kenal dulu. 

Maka dari itu, ia mengabaikan gengsi dan menghubungi Joseph terlebih dahulu. Ingat, Gina tidak ingin menyerah atas hubungan yang telah mereka bangun bertahun-tahun.

Di Balik Kisah BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang