PROLOG

22.3K 909 35
                                    

"Letta, kamu tidak apa-apa? Kamu tidak-"

Brak!

Suara Anton -laki-laki tadi- terpotong kala suara pintu kelas terbuka dengan keras hingga memekakkan telinga. Kedua mata Anton terbelalak, tubuhnya bergetar kecil di tempat saat menyaksikan sang pelaku. Sementara itu, Letta, perempuan yang berdiri berhadapan dengan Anton pun menolehkan kepalanya sedikit ke belakang, melihat langsung sumber ketakutan Anton. Beberapa detik kemudian, Letta juga memiliki reaksi yang sama seperti Anton. Mereka berdua ketakutan.

"Letta," suara berat dan dalam itu memanggil begitu lirih, diiringi derap langkah kaki yang membuat jantung berdegup keras. "Kamu kemana aja, Kakak rindu tau."

Grep

Letta dapat merasakan napasnya tercekat kala kedua tangan besar itu melingkar di lehernya seperti ingin mencekiknya.

"Siapa dia, Letta?" bisik laki-laki itu di dekat telinga Letta. Napasnya yang panas seakan membakar seluruh tubuh Letta. "Jawab, Letta. Siapa dia?"

Letta mengalihkan pandangannya ke arah Anton, tangannya yang gemetar kemudian menggenggam tangan besar laki-laki yang saat ini sedang memeluknya. Cavan Crushav-salah satu dari kakaknya.

"Dia Anton, Kak."

"Hm," Cavan tampak tidak puas dengan jawaban yang diberikan Letta. Tangannya kemudian mencengkram erat tangan Letta yang berada dalam genggamnannya, "Lalu apa yang sedang dia lakukan pada adik tersayang Kakak ini? Apa dia sedang menyatakan perasaannya padamu?"

Letta buru-buru menggeleng. "Tidak, Kak. Anton-"

"Kak Cavan."

Cavan mengangkat pandangannya saat Anton memanggil namanya.

"Apa yang sedang Kakak lakukan?"

"Apa yang sedang aku lakukan?" Tatapan Cavan begitu datar kala Anton memberikan pandangan ngeri kepadanya. Ini adalah reaksi yang biasa bagi Cavan. Dia sering menemukan dari orang-orang sekitarnya, bahkan Letta juga sama.

Pandangan Cavan kemudian beralih dari Anton ke ceruk leher Letta yang jenjang. Begitu mulus dan murni, tampak menggoda di matanya. Bagaimana rasanya kalau Cavan menggigit leher jenjang gadis itu?

Heup

Letta menahan napasnya saat dia merasa tulang hidung Cavan yang tinggi menggelitik area lehernya. Bukan hanya Letta, Anton juga memiliki reaksi yang sama seperti gadis itu.

"Dia bertanya padaku, apa yang sedang aku lakukan, Letta." Cavan berujar setengah mengejek, "Tolong beritahu dia apa yang sedang aku lakukan, adikku sayang."

"L-letta-"

"Anton," Letta menyela, memberikan senyum tipis, "Aku harus pergi. Kak Cavan sudah menjemputku."

Cavan sedikit mengangkat pandangannya. Lagi-lagi reaksi yang sama. Kedua tangannya semakin memeluk erat Letta. Sama sekali tidak ingin melepaskan gadis itu.

"Kamu sudah dengar, kan, apa yang sedang aku lakukan. Sekarang pergilah."

Anton bergegas, mengambil tasnya setelah Letta memberikan anggukan kecil kepadanya. Anak laki-laki itu kemudian meninggalkan Letta dan Cavan seorang diri di dalam kelas.

"Letta-" Cavan memanggil nama Letta dengan nada suara yang dingin, "Sudah Kakak bilang kan, jangan pernah bergaul dengan serangga busuk seperti itu."

Cavan memutar tubuh Letta agar mereka berhadapan satu sama lain. Tangan besarnya kemudian membelai wajah Letta. "Kamu itu-adik kami. Hanya kami yang bisa menemanimu. Bukan laki-serangga atau orang lain, Letta. Hanya kami."

PLAYTHING: THE FILTHY SISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang