15. Ajakan Kencan

5.8K 590 324
                                    

NEXT CHAPTER: MIN. 150 VOTES + 300 KOMENTAR EMOT 🖤
***

"Letta."

Letta menoleh saat Anton memanggil dirinya dan mendapati anak laki-laki itu tengah berjalan ke arah mejanya.

"apa kamu baik-baik saja kemarin? Aku sedikit khawatir saat kamu tiba-tiba berlari mengejar laki-laki itu dan tidak kembali lagi setelahnya. Apa kalian mengenal satu sama lain?"

Pertanyaan Anton membuat gerakan Letta yang tengah memasukkan beberapa buku ke dalam tas pun terhenti. Dirinya baru ingat kalau belum memberikan kabar apapun pada Anton dari kemarin sampai saat ini.

"Ah, maafkan aku, Anton. Sebenarnya kemarin aku pergi dengan Kak Cavan karena tiba-tiba ada urusan di antara kami. Seharusnya aku segera memberikan kabar kepadamu setelah aku bertemu dengan Kak Cavan, tetapi aku lupa melakukannya. Maafkan aku ya, Anton. Kamu pasti merasa bingung kemarin."

"Tidak apa-apa, Letta. Yang terpenting aku tahu kamu baik-baik saja dan pergi bersama Kak Cavan kemarin. Aku lega melihat kamu masuk kelas hari ini."

"Terima kasih, Anton. Kita bicara lagi lain kali, ya. Aku akan pulang lebih dulu."

"Kamu tidak menunggu Kak Cavan dan Kak Cashel menjemputmu?"

Letta menggeleng, "Kami mungkin bertemu di mobil nanti. Kalau begitu sampai bertemu besok, Anton."

Setelah memanggul tas ranselnya, Letta berjalan ke luar kelas dan mendapati beberapa murid tingkat satu yang satu lantai dengannya mulai berhamburan keluar dari kelas mereka.

Sejujurnya hari ini adalah hari terburuk bagi Letta.

Setelah mengantarkan Rieta dan Adam tadi pagi, mood Letta seketika berubah menjadi gloomy. Letta menangis sesenggukan di dalam mobil saat berangkat sekolah tadi dan Cashel memarahinya sepanjang perjalanan.

"Hari ini aku tidak akan menangis lagi atau Kak Cashel akan benar-benar memarahiku nanti," putus Letta saat langkahnya dibawa ke tempat parkir mobil keluarganya.

Sayangnya, langkah Letta terhenti saat melihat Maxime berdiri di depan gedung sekolahnya. Kacamata hitam yang membingkai wajah Maxime diturunkan perlahan oleh Maxime, hingga terlihat-lah iris biru yang tampak seperti batu permata itu.

Kedua sudut bibir Maxime melengkung indah dan penuh rasa percaya diri saat bersinggungan dengan Letta. Sesuai dengan kepribadiannya yang digambarkan layaknya matahari. Cerah, bersinar, dan tidak terkalahkan.

"Halo, kita bertemu lagi."

Sialan. Letta mengumpat dalam hati. Menoleh ke belakang dan mendapati anak tingkat dua mulai berhamburan ke luar kelas. Kedua bola mata Letta bergetar kala itu. Tidak ingin Maxime melihat Cavan di antara beberapa anak tingkat dua yang mulai turun dari lantai atas.

Segera Letta menggunakan kedua kakinya, mendekat ke arah Maxime dan mendorong Maxime menjauh. Maxime tampak sedikit terkejut saat Letta tiba-tiba saja datang mendorong tubuhnya.

"Hei, kenapa kamu begitu agresif? Tenang saja. Aku tidak akan pergi kemana-mana kok."

Itu dia masalahnya. Letta justru ingin Maxime menghilang dari pandangan.

"Kenapa Anda di sini?" Tanya Letta sengit.

"Anda?" Maxime tersenyum geli. "Santai saja. Aku belum setua itu untuk dipanggil Anda."

Letta memutar bola matanya. Memangnya aku peduli? Aku hanya ingin kamu segera pergi dari sini sebelum Kak Cavan turun dan kamu jatuh cinta saat melihatnya!

Tanpa memedulikan Letta, Maxime melepaskan kacamatanya lalu melipat dan menyimpannya di dalam saku kemeja.

"Aku datang ke sini untuk bertemu denganmu."

PLAYTHING: THE FILTHY SISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang