13. Pekan Pertandingan Olahraga (2)

5.6K 583 272
                                    

NEXT CHAPTER: 110 VOTES + 220 KOMENTAR EMOT 🖤
***

"Ini. Gantilah kardiganmu dengan hoodie ini di ruang ganti." Cavan menyerahkan hoodie hitam yang sempat disimpannya di mobil kepada Letta.

Letta memandangi tangan Cavan sebelum akhirnya menerima uluran tangan Cavan. "Terima kasih, Kak. Tapi, apa Kakak juga memiliki topi?"

Cavan sempat bingung sebentar sebelum akhirnya pandangannya menyisir ke dalam mobil dan menemukan bucket hat berwarna putih ada di sana dan menyerahkan topi itu kepada Letta.

"Apa topi yang sedang kamu pakai membuatmu merasa tidak nyaman?"

Letta menggeleng, kemudian melambaikan tangannya ke Cavan. "Sini, Kak. Mendekat."

Cavan yang kebingungan pun menuruti permintaan Letta. Merunduk dan mendekatkan wajahnya ke arah Letta. Cavan sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi saat ini, sampai akhirnya Letta memakaikan bucket hat itu ke kepalanya.

Jari-jemari Letta dengan lihai merapikan anak-anak rambut Cavan agar tidak menusuk penglihatan Cavan.

Sentuhan Letta begitu halus tetapi sukses menggelitik, hingga tubuh Cavan meremang karena sentuhannya.

Pandangan Cavan sama sekali tidak teralihkan dari Letta yang masih sibuk mengatur penampilan Cavan. Cavan tidak mengerti kenapa Letta saat ini sangat fokus sekali dengan penampilan Cavan, padahal penampilan dirinya sendiri lebih mengkhawatirkan dari Cavan.

Setelah puas dengan hasil sentuhannya, Letta kemudian tersenyum lebar saat memandangi Cavan. "Sudah aku duga Kakak akan sangat tampan memakai topi ini."

Hanya itu saja? Cavan mengerjap saat mendengar pujian yang dilayangkan Letta kepadanya. Cavan jadi semakin tidak mengerti dengan isi pikiran Letta. Cavan pikir Letta ingin melakukan sesuatu kepadanya, tetapi ternyata Letta hanya ingin memasangkan topi saja?

"... akan lebih baik kalau ada masker di sini," Letta berujar lirih. Kedua mata Letta menyipit, seakan tengah memikirkan sesuatu, sebelum akhirnya pandangannya kembali ke arah Cavan. Memindai penampilan Cavan. "Tetapi, seperti ini juga sudah lebih baik."

"Kalau begitu, aku akan mengganti pakaianku lebih dulu. Kakak jangan pergi kemana-mana ya. Tunggu aku."

Cavan hanya terdiam saat Letta melambai dan meninggalkan dirinya dengan langkah yang sedikit berlari. Saat Letta menghilang dari pandangannya, Cavan menyentuh topi yang dipasangkan Letta di kepalanya.

Apa-apaan itu?

Cavan pikir sesuatu terjadi saat Letta tiba-tiba datang dan menarik tangannya, meminta sesuatu yang aneh kepadanya. Cavan pikir Letta sudah menyadari semuanya, tetapi ternyata kekhawatiran Cavan bukanlah apa-apa.

Nyatanya Letta masih bodoh seperti biasanya.

.

.

.

Saat Letta sudah mengganti kardigannya dengan hoodie miliki Cavan, Letta melihat penampilan dirinya sendiri. Hoodie itu tampak kebesaran di tubuhnya, tetapi terasa hangat. Ditambah aroma tubuh Cavan menguar di sekelilingnya dan menggelitik penghidunya.

Memakai hoodie Cavan membuat Letta merasa seperti Cavan tengah memeluk dirinya.

Sadar akan pikirannya sendiri, buru-buru Letta menepuk kedua pipinya dan mendapati rasa panas menjalar pada kedua pipinya.

"Ayoklah, Letta, sadar! Kak Cavan itu hanya milik Kak Cashel! Setampan apapun mereka, kamu tidak bisa memilikinya!" Letta menyeru bersemangat. Kobaran api dalam matanya kemudian padam kembali saat teringat Maxime. "Saat ini aku tidak boleh pergi meninggalkan sisi Kak Cavan. Aku harus memastikan Kak Cavan dan Maxime tidak bertemu!"

PLAYTHING: THE FILTHY SISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang