11. Rencana Mereka

6.9K 649 207
                                    

NEXT CHAPTER: 70 VOTES + 140 KOMENTAR EMOT 🖤
***

Saat mereka bertiga turun dari mobil, Letta terdiam memperhatikan punggung Cashel yang perlahan menjauh darinya. Tangannya mengepal di masing-masing sisi tubuh ketika melihat itu.

Letta ingat terakhir kali Mira bersikap baik kepada Letta adalah sebelum Mira memberikan cokelat kepada Cashel, tetapi semuanya berubah setelah itu.

Sejauh ini Cashel adalah tersangka yang ada di dalam kepala Letta, terlebih setelah kejadian peliharaan kemarin. Letta semakin mencurigai Cashel.

"Kak Cashel." Letta memanggil Cashel, tetapi orang yang berhenti karena panggilan Letta bukan hanya Cashel, tetapi Cavan juga. Saudara kembar itu kompak menolehkan kepalanya ke arah Letta, membuat Letta mengerjap karenanya.

"Ada apa, Letta?" Tanya Cavan yang tampak penasaran dengan Letta yang masih termenung di tempat.

Tidak mengindahkan Cavan, Letta melangkah mendekati Cashel, "Kak, Cashel, aku ingin bertanya. Saat jam istirahat pertama, apa ada murid perempuan yang memberikan cokelat kepada Kakak?"

"Cokelat?"

Letta mengangguk.

Cashel melirik ke arah Cavan, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Letta, "Aku tidak mengerti. Tidak ada seorang pun yang memberikan cokelat kepadaku."

Otomatis kedua alis Letta bertaut saat mendengar pernyataan Cashel. Letta ingat Mira berkata kepada Letta kalau Mira akan memberikan cokelat kepada Cashel saat jam istirahat pertama.

Letta ingin menyanggah perkataan Cashel, tetapi Cavan sudah lebih dulu membuka suaranya.

"Apa yang kamu katakan, Letta? Selama jam istirahat Cashel selalu bersamaku dan tidak ada seorang pun yang memberikan cokelat kepada Cashel."

Mendengar itu, Letta menoleh ke arah Cavan dan matanya memindai raut wajah Cavan. Mencari letak kebohongan dari tatapan Cavan, tetapi Cavan terlihat sangat serius dengan perkataannya. Seketika rasa curiga dalam kepala Letta lenyap ketika melihat hal itu.

Letta tahu Cavan bisa dipercaya. Selama Letta berada di sini, Letta tidak pernah menemukan Cavan yang bermain-main dengan perkataannya. Cavan selalu tampil dengan sosok dewasa yang mengayomi. Mana mungkin Cavan berbohong, kan?

"Hm, baiklah. Maafkan aku. Aku tiba-tiba saja bertanya hal aneh kepada Kak Cashel."

Mendengar itu, Cavan menampakkan raut wajah khawatir, kemudian meraih tangan Letta dan menggenggamnya lembut.

"Apa terjadi sesuatu padamu, Letta?"

Ditanya seperti itu, Letta menggeleng pelan. Enggan menceritakan apa yang baru saja terjadi di sekolah. Mungkin sikap teman-teman sekelasnya tadi hanya perasaan Letta saja.

"Letta ..." Cavan memanggil Letta lembut, tatapannya sarat akan kekhawatiran sekaligus rasa perhatian, membuat Letta yang melihatnya pun meneguk ludah. Merasa terenyuh.

"Hm ..., hanya teman sekelasku, dia mengatakan akan memberikan cokelat kepada Kak Cashel saat jam istirahat pertama tadi. Aku hanya ingin tahu apakah benar temanku memberikan cokelatnya atau tidak, Kak Cavan."

"Ini aneh, tidak ada seorang pun yang menghampiri Cashel selama jam istirahat tadi. Kamu menanyakan hal ini pasti karena ada sesuatu yang terjadi padamu, kan? Apa temanmu itu sekarang sedang memusuhimu?"

Pertanyaan Cavan membuat Letta terbelalak tak percaya. Kenapa Cavan tiba-tiba berbicara seperti itu? Seperti kejadian ini sudah Cavan duga akan terjadi kepada Letta.

"Ck, anak tingkat satu itu selalu mengesalkan," umpatan Cashel membuat Letta mengerutkan keningnya. "Mereka selalu membuat onar dimana-mana."

"Kenapa Kak Cashel tiba-tiba berkata seperti itu?"

PLAYTHING: THE FILTHY SISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang