8. Bermain dengan Peliharaan Cashel

8.4K 765 197
                                    

NEXT CHAPTER: 50 VOTES + 90 KOMENTAR EMOT 🖤
notes: Jadi gini karena aku agak geli ngebayangin percakapan cowo sama cowo pake aku-kamu, aku pun mutusin pake gue-lu atau bahasa non-baku, khusus untuk karakter cowok kalo mereka sedang berdua doang. Tapi, kalo mereka sama Letta beda lagi. Kuharap kalian mengerti ya^^
***

Setelah puas menghabiskan waktunya bermain di lapangan basket, Cashel kemudian kembali ke ruang ganti sekolah. Membuka loker miliknya dan mengambil pakaian ganti yang ada di sana.

Usai menutup pintu lokernya, Cashel mendapati Cavan sedang bersedekap dada seraya melemparkan tatapan dingin kepadanya.

"Ngapain lu di sini? Kangen?" Tanya Cashel sembari menyeka keringatnya dengan kain handuk kecil yang selalu ia bawa. Sekarang tubuh Cashel lengket luar biasa. Ingin segera menuju kamar mandi yang tersedia di sekolah untuk membasuh tubuhnya dengan air shower.

Setelah wajahnya bersih dan tidak ada keringat lagi, Cashel menoleh ke arah Cavan dengan senyum lebar yang terpatri di bibirnya. Tangannya dengan sengaja mencolek dagu Cavan.

"Jangan cemberut gitu dong, Ganteng. Jadi, pengen cium deh."

"Cashel ...," Cavan melayangkan tatapan tajam miliknya. "... lu pulang sama Letta. Pastiin dia di rumah aja tanpa kemana-mana."

"Lagi?" Cashel mengangkat sebelah alisnya. "Ini bukan gue enggak mau ngejaga tuh anak, cuma tuh anak bisa curiga kalau lu ngehindarin dia terus."

"Gue enggak ngehindarin dia. Cuma ada sesuatu yang harus gue urus di sini."

Cashel berdeham. Tidak ingin berdebat lebih jauh lagi dengan Cavan. Mempercayakan keputusan kakaknya itu.

"Oh iya, satu lagi. Kalau ada murid perempuan yang ngedeketin lu, lu tau apa jawabannya, kan?" Tanya Cavan, memastikan.

"Letta," Cashel tersenyum. Mengerti maksud dari Cavan.

Cavan merasa puas dengan jawaban yang diberikan Cashel, lalu menepuk pundak Cashel. "Mari kita buat sekolah ini menjadi neraka untuk anak itu, sehingga dia enggak bisa kemana-mana selain kepada kita."

***

Selesai melakukan touring sesi pengenalan sekolah barunya, Letta dan Anton pun memutuskan untuk berpisah setelah bertukar kontak satu sama lain. Keduanya kemudian berjalan menuju kendaraan yang digunakan mereka untuk pulang.

Pun Letta melihat mobil Keluarga Crushav terparkir di halaman barat daya sekolah.

Matahari yang kala itu terasa menyengat kulit secara langsung membuat Letta segera berlari ke arah mobil terparkir dan masuk ke dalam mobil. Di sana Letta mendapati Pak Dion, supir Keluarga Crushav, yang duduk terdiam di tempatnya.

"Sudah lama menunggu, Pak?" Tanya Letta basa-basi.

"Tidak kok, Non," jawab Pak Dion. "Anu, Non ..., kita tunggu Den Cashel dulu ya sebentar."

"Kak Cavan di mana? Tidak pulang bersama, ya?"

"Tadi Den Cavan bilang akan pulang sendiri, Non. Jadi Non dan Den Cashel saja yang pulang bersama hari ini."

Letta menganggukkan kepalanya, mengerti. Memang Cavan itu terlihat paling sibuk di sekolah. Letta bahkan belum melihat batang hidung Cavan seharian ini. Agak sulit menemukan Cavan di sekolah, ketimbang di rumah.

Bruk.
Perhatian Letta beralih ketika mendengar suara pintu mobil di sebelahnya yang ditutup oleh seseorang.

Saat itu Letta menemukan Cashel sedang menyisir anak-anak rambutnya yang basah. Letta juga dapat mencium aroma sabun yang menguar dari tubuh Cashel saat Cashel duduk di kursi di sebelahnya.

PLAYTHING: THE FILTHY SISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang