pertemuan pertama

1.2K 130 16
                                    

Tak tak tak tak

Suara sepatu hak yang Freen pakai menggema ke seluruh penjuru restoran yang terbilang masih sepi pengunjung. Heng menyarankan untuk bertemu pagi agar bisa menghabiskan waktu cukup lama memikirkan rencana yang matang karena lawan mereka bukan orang sembarangan.

"Kamu sudah sampai? Syukurlah"

Freen melihat ke sumber suara, Heng membenarkan dasi kupu kupunya sambil terus melangkah mendekati Freen.

"Masuklah, Sana sudah sampai."
.
.
.

Dimeja bundar ini berkumpullah 3 orang dengan tujuan yang sama. Heng, orang yang mengajak mereka untuk berdiskusi hari ini mengeluarkan ponselnya untuk menjelaskan informasi apa yang sudah ia dapatkan.

"Jadi apa aja?" Tanya Freen meneguk minuman didepannya, Sana melihat Freen dengan lekat. Sejak ia melihat Freen beraksi ia semakin penasaran dengan sosoknya.

"Nama Arlan, dengan marga yang disembunyikan, orang yang sangat baik dan tegas menurut rekan rekannya. Bisa diandalkan, adil, dan mengayomi semuanya. Ia juga sangat cerdas hingga bisa menangkap ratusan pembunuh bayaran yang tak sengaja meninggalkan jejak mereka di TKP."

"Apa ia juga seorang detektif?"

Heng menggeleng begitu mendengar pertanyaan Freen.
"Dulu ia polisi biasa yang begitu berdedikasi untuk pekerjaannya, karena kecerdasannya ia akhirnya mendapat tawaran untuk menjabat jadi Perwira Tinggi dengan lambang pangkat 4 bintang."

Freen terdiam, itu adalah tingkat tertinggi dari kepolisian, Akan sangat sulit jika mereka hanya menggunakan satu rencana. Belum lagi mereka pasti dihadapkan oleh keamanan yang super duper ketat.

"Berapa penjaga dari Arlan ini?"

"Hmm, itu yang aku tidak tahu, sepertinya semua anggota polisi begitu melindunginyaa."

"Tidak mungkin kita menghabisi seluruh anggota polisi" Sanggah Sana.

Freen dan Heng mengangguk setuju. Ini akan semakin rumit jika mengingat jumlah polisi yang ada.

"Apa ada informasi lain?" Tanya Freen.

"Dia selalu berpindah pindah kantor, tidak menetap."

Sana memutarkan koin receh didepannya, sambil berpikir bagaimana cara untuk mendekati atau bahkan memantau pergerakan Arlan.

"Apa kita harus masuk ke kantor polisi dulu untuk mengetahui informasi lebih lanjut?"

"Maksudmu kita harus melakukan kesalahan terlebih dahulu?"

Freen mengangguk "tidak ada cara lain selain itu Heng."

"Tidak, terlalu berisiko. Bagaimana jika akhirnya dia mengetahui siapa kita sebenarnya? Ingat dia adalah orang yang cerdas."

Sana mengangguk setuju, terlalu berisiko jika harus menggunakan diri sendiri untuk umpan.

"Lagi pula, kita tidak tahu pasti Arlan akan kemana esok hari, kantor polisi dekat sini cukup banyak." Timbal Sana.

Semua terdiam, Freen menengadahkan wajahnya, melihat langit langit restoran ini. Pikirannya melayang kemana mana. Memikirkan cara paling efektif untuk mendekati Arlan.

"Lebih baik kita makan terlebih dahulu. Makanannya udah mau dingin." Lerai Heng. Mereka mulai mengambil makanan itu dan melahapnya pelan.

"Kalo kita tidak menyelam, kita tidak akan pernah tau." Ujar Freen lagi.

"Freen, kita tidak mungkin mengorbankan diri sendiri untuk hal yang tidak pasti. Kalopun kamu kesana, mereka akan menyelidiki semuany, termasuk latar belakangmu. Apa kamu mau kasusmu yang membunuh ayah tirimu sendiri ketahuan?"

Do you still love me? (21+) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang