rumah

1.6K 157 21
                                    

Tung ... Tung.. Tung

Bunyi pemukul basbol yang berbenturan dengan lantai rumah kosong ini menggema keseluruh ruangan, V berjalan santai sambil bersiul. Ia sedang menuju lantai dua tempat seseorang sudah disekap.

Brak

Pintu ditendang dengan keras dan terlihat seseorang diikat pada sebuah kursi.

"Belum sadar ya?"

V mengambil bangku lain lalu duduk didepan pria ini , menunggunya sadar terlebih dahulu. Tak lupa ia memakai topeng badutnya.

"Hmm? Melecehkan orang lain, pemabuk dan juga saingan dari si peminta. Bayarannya juga cukup banyak. Baiklah ayo selesaikan."
V mengantongi kembali ponselnya setelah tau latar belakang pria didepannya ini.

Berselang beberapa menit, pria ini terbangun, V tersenyum dibalik topengnya saat pria ini terbangun dengan kaget.

"Si-siapa kamu? Ada apa ini?" Tanyanya. V melihat pria ini memberontak sekuat tenaga, mencoba melepaskan ikatan ditangan dan kakinya.

"Percuma paman, kamu tidak akan bisa melepaskan itu. Jadi, mari kita mulai permainannya." Ucap V yang tidak menjawab pertanyaan pria ini sama sekali.

Ia bangkit dari duduknya, mengambil tongkat bisbol dan membawanya menuju pria itu.

"Arrrggghhhhh" Teriak pria itu kencang.

Langkah kaki V terhenti.
"Aih, kamu berisik sekali, aku bahkan belum memukulkan ini ke kepalamu yang kosong itu. Ohh aku ada ide lain"

V mengeluarkan pisau kecil dari sakunya.

"Ma-mau apa kamu? Jangan bunuh saya!"

"Nah kamu tau kan? Berdoalah agar nyawamu langsung berada disana."

Langkah V semakin dekat, ia mengacungkan pisau itu. Dan melihat si pria malah menangis.

"Ko nangis? Harusnya kamu senyum dong, kan udah ga perlu berjuang didunia yang 'sakit' ini. Ayo senyum"

V mencengkram rahang pria itu keras dan mulai menggoreskan pisau yang baru saja ia asah.

Sreeeet

V menarik pisaunya ke atas dari ujung mulut, hingga ke bagian telinga dengan darah yang bercucuran deras.

"Ohh , apa kamu memiliki golongan darah O? Ini sangat pekat. Dan itu sangat menggoda."

Pria itu malah semakin menangis dan berteriak sekuat yang ia bisa.

"Masih ada yang kurang" Ucap V

Ia melirik ke arah kiri dari pipinya.

"Ohh, pantes, ternyata baru sebelah"

Tangannya merogoh kantong jaketnya dan mengeluarkan pisau yang lain yang lebih kecil tapi terlihat berkarat.

"Lihat, aku punya satu lagi, ternyata masih ada di kantong jaketku. Mari kita tes ketajamannya"

Pria itu menggeleng dengan cepat, jika pisau itu tumpul, akan lebih sakit terasa!

"Loh, diem dong." V kembali mencengkram dan menekan luka dipipi kanan pria ini.

Sret sreet sreet.

"Susah banget si ya?" Pisau itu terus digesekan ke pipi berharap bisa membuat senyuman yang indah.

"Duh alot banget. Bentar, yaa. Ini dikit lagi nyampe" Hibur V sambil terkekeh kecil. Selama beberapa detik pisau itu tidak bisa merobek kulitnya, jadi V menggunakan seluruh tenaganya.

"Haduhhhh"

"Aarrrrgggggghhh!!!!!" Teriakan pria ini sangat kencang begitu merasakan rasa sakit yang tidak pernah ia bayangkan.
V melihat pipi kiri pria ini yang sobek dan memanjang hingga benar benar sampai ke telinga.

Do you still love me? (21+) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang