rencana

1.2K 138 8
                                    

Pagi yang cerah menyambut Freen, keadaan di kantor polisi masih sepi, Mungkin karena Freen datang terlalu pagi. Ia melihat lihat sepanjang lorong demi menemukan apakah ada cctv atau tidak. Pandangannya tak henti hentinya melihat ke atas hingga tanpa sadar ia menabrak seseorang.

"Pagi sekali kamu datang"

Freen memasang wajah konyolnya lalu meminta maaf karena sudah menabrak bosnya secara tidak sengaja.

"Disepanjang lorong ini tidak ada cctv, saya juga tidak tahu kenapa."

"Kenapa anda berpikir saya mencari cctv?" Tanya Freen bingung.

"Lalu kamu mencari apa? Cicak? Kamu bukan anak kecil lagi, Freen"

Mulut Freen tidak mampu mengucapkan sepatah katapun saat ini, jawaban Arlan membuatnya mati kata. Ia hanya mengikuti langkah Arlan menuju ruangannya.

"Tugas saya hari ini apa?"

"Kamu boleh membantu saya mengecek laporan ini."

Arlan menyerahkan beberapa lembar ke tangan Freen, ia juga menunjuk meja yang berada tepat disebrang Arlan. Hingga kapanpun Arlan mau dia bisa melihat semua aktifitas yang dilakukan Freen.

'Apa meja ini kebetulan disini? Atau memang dia mengubahnya saat tau aku akan bekerja dengannya? Posisi ini sangat memungkinkan Arlan untuk melihat semua yang aku lakukan. Semuanya'

Hening menyelimuti ruangan kerja Arlan, Freen sibuk membaca lembaran lembaran yang Arlan berikan dan bos nya itu sibuk pada komputer didepannya, Freen tidak tahu apa yang Arlan lihat. Tapi beberapa kali Freen mengecek ruangan ini, apakah memiliki cctv yang lain selain yang berada dipojok ruangan.

Tiba tiba senyum Freen muncul begitu saja,

'Bahkan aku tidak tahu, apakah didepanku ada kamera kecil atau tidak. Hahaha, sial aku masuk kandang singa'

Sebisa mungkin Freen menjaga sikapnya, mencoba untuk terlihat normal dan tidak terlalu mengkhawatirkan apa yang akan terjadi didepannya.

"Bagaimana dengan kasus itu?" Tanya Arlan tiba tiba.

Freen yang sedang mencatat poin penting dari kasus itu mengangkat kepalanya lalu menatap Arlan.

"Menarik"

"Bagian mana?"

"Bagian saat pelaku mempermainkan korban, lalu bukti bukti yang mendukung itu"

"Apa kamu tidak merasa jijik? Korban dikasus itu sangat mengenaskan dengan kuku tangan yang tidak ada. Dan goresan goresan ditangannya. Dan lukanya cukup dalam"

Freen menggeleng,
"Tidak, saya juga tertarik pada anatomi manusia. Ini seperti tambahan ilmu secara nyata."

Arlan mengangguk dan tersenyum kecil, menatap komputer didepannya lagi membiarkan Freen yang sedang mencatat dibuku kecilnya.

"Apa kasus ini sudah terpecahkan? Maksud saya apa anda sudah mengantongi identitas si pelaku?"

Freen melirik Arlan yang menyandarkan punggungnya ke belakang,

"Itu adalah kasus 3 hari yang lalu, saya sudah bulak balik memeriksa semuanya tapi sama sekali belum menemukan petunjuk siapa pelakunya. Memeriksa orang terdekat, orang yang bersangkutan dengan korban. Tidak ada petunjuk sama sekali."

Arlan berdiri dari kursi menghampiri Freen yang masih melihat foto korban dengan jelas.

"Maka dari itu, saya meminta bantuan kamu untuk menemukan poin yang mungkin saja saya lewatkan. Laporkan catatan ini kepada saya nanti."

Do you still love me? (21+) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang