Malam tiba, Heng dan Freen sudah menyusun rencana pencurian untuk memancing Arlan keluar kembali, kini letak tempat antara pembunuhan yang dilakukan Freen dengan rencana pencurian cukup jauh. Freen ingin melihat apakah Arlan terjun kembali ke lapangan atau tidak.
"Bagaimana?"
Heng mengangguk pasti , semua perlengkapan mereka sudah selesai. Termasuk topeng wajah sarung tangan dan
Sebuah penjepit rambut untuk membuka pintu yang terkunci. Awalnya Heng mengira bahwa Freen bercanda akan ini, tapi mereka benar benar bisa membuka pintu yang terkunci tanpa kesusahan sama sekali.Sebelumnya, Freen juga sudah memastikan letak cctv yang berada didaerah ini dan juga yang berada didalam toko. Hingga saat melakukan pencurian tidak akan ada hambatan sama sekali.
"Lihat ponsel ponsel terbaru ini" Teriak Heng dengan mata yang bersilau. Freen terdiam sambil melihat ke sekeliling mereka.
"Ambil tiga jika kamu mau, untukku, untukmu dan untuk Sana."
"Baiklahhh" Jawab Heng riang, ia segera memasukan ponsel terbaru itu ke dalam tas nya.
"Tambah satu lagi Heng dan ayo kita pergi dari sini"
Heng hanya menuruti apa yang dikatakan Freen, ia mengantongi 4 dus ponsel lalu mereka pun meninggalkan toko itu dengan harapan rencana mereka akan berhasil.
.
.
.Pagi hari, sekitar pukul 11. Freen, Heng dan Sana sudah berada di TKP. Sana juga ikut untuk melihat apakah Arlan datang atau tidak. Kerumunan orang menghalangi bagian depan toko, garis polisi sudah membentang sepanjang pintu masuk.
Semua pembahasan tentang siapa dan bagaimana cara pelaku mencuri sangat ramai dibicarakan,
"Ko bisa ya rapi gini?"
"Kayanya orang sekitaran sini deh"
"Ga ada yang dirusak , selain hp yang ilang"
"Bukannya disini ada cctv yaa?"
"Cctv rusak. Udah bisa dipastikan pelaku memang orang yang tahu daerah sini"Freen menganggukan kepalanya beberapa kali, biarkan masyarakat beramsumsi keadaan dengan liar. Menebak nebak bagaimana ia mencuri, dan terus mencari siapa dalang dari kejadian ini.
Setelah beberapa saat menunggu, Arlan sama sekali tidak terlihat. Heng menyenggol Freen dan berbisik.
"Arlan ga ada ya? Kita udah nunggu sejam disini. Kalo di TKP kemarin kita cuma nunggu 20 menit"
Dengan langkah pasti mereka meninggalkan TKP dengan tenang. Freen mengajak mereka untuk ke rumah keduanya dihutan sambil membicarakan kelanjutan rencana mereka.
~~~~~~~~~~~~~~~
Sore hari yang gelap disertai dengan hujan cukup deras mengguyur kawasan hutan. Mereka berjalan berjauhan agar tidak ada yang menaruh curiga. Hingga sampailah mereka dirumah Freen, Sana membuka jas hujannya lalu memperhatikan sekitar.
'Orang asing akan menyangka ini rumah terbengkalai'
"Masuklah, ke lantai bawah."
Heng dan Sana menatap pintu yang menyatu dengan lantai, pintu itu sudah dibuka oleh Freen hingga mereka bisa langsung turun. Sedangkan Freen memastikan tidak ada yang melihat mereka. Apalagi cuaca sedang hujan deras, kabut menghalangi pandangan mata.
Setelah memastikan bahwa mereka aman, ia segera menyusul Heng dan Sana. Pemandangan yang pertama kali terlihat adalah Sana yang tidak henti hentinya memperhatikan koleksinya, terutama toples berisi mata yang indah.
"Sejak kapan ka Freen dapat mata ini?"
"Sudah lama" Freen berjalan ke arah kamar mandi , untuk melepaskan jas hujannya dan mengganti pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do you still love me? (21+) - END
Fanfictioncinta adalah sesuatu yang suci dan sakral, cinta datang dari Tuhan dengan murni dan tidak ada yang bisa mencegahnya. lalu untuk aku yang kotor ini, apakah masih bisa merasakan apa itu cinta? adakah seseorang yang bisa mencintaiku apa ada nya?