Rencana kedua

1K 124 10
                                    

Suara ambulan terdengar dari kejauhan, para petugas forensik mengamankan mayat untuk di autopsi agar penyebab kematian korban diketahui. Freen memandang ketika kantong jenazah itu diangkat, membawa bau busuk yang perlahan menghilang juga. Semua yang berada diruangan mulai membuka maskernya untuk menghirup udara segar sebanyak yang mereka bisa.

Arlan memandang Freen lama, tak berapa lama pandangan mereka bertemu. Freen mengangkat kedua alisnya bersamaan.

"Kenapa pak?"

"Apa kamu tidak merasa mual ketika mencium bau busuknya?"

Freen menggeleng, "tidak"

Perkataan Freen dijawab dengan anggukan,

"Berpencar dan infokan apa yang kamu temukan"

"Siap"

Arlan menjauhi dirinya, ia juga berbalik dan memandang seluruh ruangan. Berharap Menemukan sesuatu yang mungkin saja terlewat. Pikirannya kembali mengulang saat melihat mayat pertama kali.

'Korban ditusuk tepat dibagian dadanya, kemungkinan bisa langsung mati seketika. Tapi ada beberapa noda darah dilantai. Setelah aku melihat tadi, korban tidak ada luka lain selain luka tusukan didada. Apa itu darah dari korban? Atau ada korban lain yang belum ditemukan? Atau si pelaku terluka karena korban melakukan pembelaan diri?'

Point itu Freen catat dalam bukunya, ia melihat cctv dipojok ruangan.

"Apa cctv nya sudah diperiksa?"

Freen menghampiri Arlan untuk bertanya,
"Apa anda sudah memeriksa cctv nya?"

"Hanya gelap yang terlihat, lalu terdengar suara korban berteriak lalu suara benda jatuh. Bisa saja suara itu adalah korban yang tidak sadarkan diri."

Freen mengangguk dan mulai berjalan jalan kembali, melihat lihat seisi rumah. Foto foto yang terpajang, barang barang antik yang tersusun rapi , vas bunga yang cantik juga.

"Apa kalian sudah menemukan sesuatu yang penting?" Kepala polisi menghampiri Arlan

"Ada beberapa, tapi masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Sepertinya aku dan Freen akan berada disini sampai malam."

Dari belakang Freen mengerutkan kedua alisnya bersamaan.
' aku tidak akan bisa melakukan pekerjaan malam ini. Apa aku minta bantuan Heng? Atau Sana?'

Arlan berbalik dan melihat Freen yang sibuk dengan ponselnya.

"Kamu tidak ada acara nanti malam kan?"

Freen mengangkat kepalanya dan memandang Arlan. Kemudian ia menggeleng sambil tersenyum.

"Saya Free pak."

"Bagus, kita bisa menunggu hasil autopsi dari dokter. Semoga saja malam hari sudah selesai."

Anggukan kepala, Freen berikan sebagai tanda ia setuju atas semua yang Arlan katakan.

Lalu setelahnya mereka berbicara bersama dengan kepala polisi tentang latar belakang korban.
.
.
.

Tak terasa langit sudah berwarna gelap sekarang, Freen sedang membulak balikan catatan yang ia punya demi mencari bukti siapa pelaku sebenarnya dari wanita ini.

Jika boleh jujur Freen tidak terlalu tertarik mencari siapa pelakunya, lagipula Freen mengerti alasan si pelaku membunuh korban, karena mungkin ia juga memiliki sudut pandang sebagai pelaku.

Menurutnya orang orang yang tidak baik, sering memainkan perasaan orang, berselingkuh dan semena mena dengan orang lain lebih baik mati dibunuh.

Saat pikirannya sedang berperang dengan rasa malas yang mulai menggerogoti dirinya, tiba tiba seseorang duduk tepat disampingnya, Freen mengangkat buku yang menutupi wajahnya dan duduk dengan tegak.

Do you still love me? (21+) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang