pergi

1.3K 140 20
                                    

"Jelaskan sekarang!"

Freen mencoba menarik nafasnya dengan perlahan, ia harus bisa menahan dirinya sendiri. Tatapannya melihat ke arah Becky yang harus mendengar ini semua, entah kenapa Freen bersyukur untuk momen ini Becky tidak bisa melihat semuanya.

"Namanya Becky" Kata yang diucapkan Freen pertama kali.

"Alasan dia berada disini karena keluarganya sudah tidak ada. Makanya, aku
Membawanya kemari"

"Lalu? Apa keuntungannya untuk kita?" Tanya Bram dengan suara beratnya.

"Itu..."

"Saya sudah tidak ingin mendengar apa apa lagi, bawa wanita buta ini pergi dari sini." Titah Bram.

Freen mengepalkan tangannya keras, ia sudah muak dengan perlakuan ayahnya yang semena mena terhadapnya. Bukan hanya kali ini saja, sejak kecilpun Freen sudah dijadikan pelampiasan amarah kedua orangtuanya.

Tanpa berbicara apapun Freen pergi dari hadapan keduanya, ia menuntun Becky menuju kamar dan meminta bantuan bi Sumi untuk membawa beberapa baju miliknya yang akan dipakai Becky.

Setelah memastikan Becky sibuk mengemas pakaian pakaian, ia kembali ke hadapan orangtuanya karena ayahnya berpesan untuk kembali ke bawah.

Mata Freen menangkap badan tegap ayahnya membelakangi dirinya, dengan langkah yang pasti Freen menghadapi ayahnya.

"Ada apa?" Tanya Freen.

"Kemari dan layani saya" Ucap Bram duduk disofa dengan menyandarkan punggungnya, ia duduk dengan kaki melebar dan Freen sudah tau maksud dari ayah tirinya ini.

"Tidak, terimakasih. Aku lebih baik keluar dari rumah ini, dicoret dari kartu keluarga dengan kepala keluarga brengsek sepertimu."

"Sudah berani ya?" Ucap Bram , ia bangkit menghampiri Freen dengan tatapan tajam. Freen tidak kalah tajam melihat ayahnya ini. Sudah cukup ia mengalah, sudah cukup ia diam saja ketika harus memenuhi hasrat bejat ayah tirinya ini.

"Apa? Harusnya kamu tidak pulang, kehadiranmu hanya membuatku mu-"

Bug

Freen tersungkur dan terseret kebelakang beberapa meter, ayahnya memukul Freen dengan kuat. Ia tersenyum kecil sambil mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya.

"Sudah 4 tahun aku tidak merasakan ini lagi, ternyata rasanya masih sama. Dan aku pastikan kamu benar benar lemah." Tantang Freen.

Bram yang merasa diremehkan menghampiri Freen, ia menarik kerah kemeja anak tirinya ini.

"Sudah lemah, dan sekarang kurang ajar? Dasar anak haram, beruntung aku tidak membunuhmu sedari kamu kecil."

Freen lagi lagi tersenyum kecil.

"Aku lebih baik mati tuan Bram yang terhormat, daripada harus memenuhi nafsumu seperti 4 tahun yang lalu. Sungguh menjijikan!"

"Ucapkan sekali lagi" Cengkraman dikerah baju Freen menguat.

"Aku sangat jijik melihat kelakuanmu, terlebih wajahmu itu"

"Kurang ajar"

Bug
Bug
Bug

Bram memukul Freen terus menerus, perutnya, wajahnya, pipinya. Lalu sebuah suara mengintrusi keduanya.

"FREEEN!"

Freen menatap Becky yang mengetuk ngetuk tongkatnya ke lantai dengan langkah cepat menghampirinya, Bram tersenyum kecil.

Ia mengangkat tubuh Freen lalu mengikat kedua tangannya menggunakan sabuk yang sedari tadi tergeletak dilantai. Dilemparkannya Freen ke arah sofa lalu menghampiri Becky yang masih meraba raba.

Do you still love me? (21+) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang