Leo nggak banyak tanya lagi, sekarang dia bangun dari duduknya terus naro uang dua lembar seratus ribu dan buru-buru angkut tasnya Kay.
"Kay kita pergi sekarang, lo ikut gue tapi jangan tanya apa-apa dulu," ujar Leo.
"Eh kenapa?"
Leo menggeleng. "Lo tadi ditelfon apa sama Arfa?"
"Disuruh ke pergi ke toilet atau ke belakang resto ini. Ada apa sih, Kal?" tanya Kay bingung, mencoba buat gak panik.
Leo nggak jawab apa-apa, sambil narik tangan Kay masuk ke toilet yang kebetulan bisa untuk dua gender, Leo mikir.
Kali ini apa ya? Haidar kah berulah? Apa lagi nggak beruntung aja tiba-tiba ada kondisi darurat kaya gini?
Tapi yang paling Leo pertanyakan adalah, gimana caranya selamatin Kay dari keadaan darurat kaya gini?
Leo ngecek GPS di ponselnya, Arfa dan Ken lagi jalan ke arah resto tempat Leo dan Kay makan.
"Kay... gue akan jelasin ini nanti pelan-pelan, tapi sekarang gue minta tolong sama lo buat ikutin perkataan gue," ujar Leo.
Kay mengangguk.
"Oke tujuh menit lagi kita keluar dari resto ini dari pintu yang tadi kita masuk karena resto ini nggak punya pintu keluar di belakang. Tapi lo jangan celingak-celinguk, kita jalan biasa aja," ujar Leo.
Begitu mobil Ken dan Arfa mulai dekat, Leo buru-buru ambil tangan Kay buat pegang ujung jaketnya.
"Kita keluar sekarang," ujar Leo.
Mereka berhasil masuk ke dalam mobil Ken yang langsung pergi dari resto itu.
"Gimana?" tanya Leo begitu duduk di kursi penumpang.
"A' Idar lagi kerja. Tapi kata dia dikejar sampe daerah sini, makanya gue buru-buru angkut lo sekarang," ujar Arfa yang lagi nyetir.
Ken duduk dengan tenang di samping kursi pengemudi soalnya kalo lagi keadaan kaya gini emang alangkah baiknya dia tetap tenang dan biarin Arfa yang nyetir karena soal balap membalap beliau lah jagonya.
Leo mengangguk. "Progres misinya apa? Sempet laporan gak dia?" tanya Leo lagi.
"Beneran tuh pabrik skincare hasil cuci uangnya menteri pertanian yang ilang itu. Sisanya belom ada laporan lagi, soalnya keburu dikejar," ujar Arfa.
"Kok bisa ketauan? Gak monitoring dulu? Dia ke lapangan sendirian apa ada yang temenin?" tanya Leo, sedikit bawel dan berisik.
Arfa melengos. "Ya gak tau, makanya harusnya lo kemaren bolehin gue ikut ke lapangan biar gak kerepotan gini."
"Gak," ujar Leo cepat. "Bawa Kay ke Levels aja kalo gitu."
"Lah lo mau kemana?" tanya Arfa.
Ken jadi ikut menoleh. "Gak usah sok ngide ya Yo, lo kan paham aturannya."
Leo langsung melengos kesal. "Yaaaa, gak boleh ada dua Darien. Tapi gue tetep mau ke pusat."
Kay daritadi cuma dengerin omongan Leo dan Arfa, berusaha mencerna keadaan walaupun super bingung. Tapi Leo mau misah sama dia sekarang, jadi Kay langsung tarik-tarik ujung baju Leo.
Leo jadi noleh. "Kenapa?" tanya Leo.
"Kal... lo mau ninggalin gue?" tanya Kay.
Leo jadi diam.
"Tuh, gila kali lo mau ninggalin anak orang? Mana dia besok masih harus kuliah!" omel Ken.
Leo kembali duduk. Diam. Tangannya mulai nyari-nyari tangan Kay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friday Hugs | jeno x karina
FanfictionSetiap Jum'at malam, Leo akhirnya pulang.