sunday - yes or not

329 53 23
                                    

Kay bukannya nggak kaget liat Leo tiba-tiba berdiri di hadapan dia, sambil senyum. Walaupun Kay tau Leo harusnya nggak bisa ke Depok, tapi Kay nggak kaget liat Leo ada di sini sekarang.

Leo kan mantannya Alika, makanya dia dateng ke acara ulangtahun-nya Alika. Cuma itu yang ada di kepala Kay sekarang.

"Hai, Kay," kata Leo.

Kay mengangguk. "Alika ada di sana," ujar Kay.

"Iya tau," balas Leo, tidak bergeming. "Gue kesini mau ketemu lo."

Oh salah, kirain mau karena Alika.

Kay mengangguk lagi. "Oke, ada banyak yang mau gue tanyain juga sih."

Akhirnya Leo sama Kay menjauh dari pesta ulangtahun-nya Alika sama Harlan yang super berisik. Kay tadi juga udah sempet foto-foto dan bantu-bantu acara Alika, jadi kalo dia ilang sekarang nggak akan dicariin.

Mereka berdua sekarang duduk di depan kursi mini market yang nggak jauh dari gedung acaranya Alika dan Harlan.

"Lo mau nanya apa?" tanya Leo.

Kay menggeleng. "Nggak jadi Kal," jawab Kay.

"Loh kenapa?"

Kay menatap apapun kecuali matanya Leo. "Lo kan nggak pernah punya jawaban yang cukup buat pertanyaan gue."

Leo nggak tau kalo rasanya bakal sehancur ini waktu denger kekecewaan Kay dari mulut Kay sendiri. Leo udah super kepikiran daritadi, apalagi Haidar udah peringatin Leo. Tapi waktu Kay bilang Leo nggak punya jawaban yang cukup buat Kay, Leo nggak bisa menampik pernyataan itu sama sekali karena ternyata bikin perasaan dia makin hancur.

Kay benar.

Leo nggak punya jawaban buat Kay.

Karena Leo emang nggak pernah disuruh buat cari jawaban. Leo nggak pernah dapat kesempatan buat menjawab pertanyaan-pertanyaan bahkan untuk dirinya sendiri.

"Gitu ya?" maka cuma dua kata itu yang keluar dari mulut Leo.

"Gimana kalo lo bikin pertanyaan yang cukup gue jawab iya atau nggak?" kata Leo lagi.

Kay menoleh, ketawa pelan. "Lo bener-bener nggak bisa jelasin apapun ya, Kal?"

Leo tersenyum. "Gue kangen lo, makanya gue kesini," kata Leo, seakan-akan itu udah bisa jelasin semuanya.

"Oke deh?" sahut Kay.

Habis itu keduanya diam. Tapi nggak lama Kay bersuara lagi.

"Lo punya kembaran, iya atau nggak?"

Leo mengangguk. "Iya."

Kay menunggu Leo membuka suara lagi. Tapi beneran cuma 'iya' yang keluar dari mulut Leo. Kay nggak tau mau marah, sedih, apa ketawa. Apa pukul aja Leo-nya?

"Namanya Darien?"

Brengsek banget Haidar pasti dia sengaja ngaku kalo dia Darien, maki Leo dalam hati.

"Iya."

"Namanya juga Haidar?"

"Iya, prefer dipanggil Haidar."

Kay mengernyit.

"Lo juga punya nama lain?" tanya Kay.

"Iya."

"Waktu kita sempet jarang main, itu karena lo punya pacar?"

"Iya..."

"Alika?"

Leo mengangguk.

Kay menatap Leo. Kay butuh lebih dari sekedar 'Iya' atau 'Nggak', tapi Leo benar-benar nggak kasih jawaban apapun selain itu.

Friday Hugs | jeno x karinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang