1

42.5K 1.7K 38
                                    

"Fuck! Tua menyebalkan!" Keizaro berteriak kesal saat membaca note di atas meja. Si dokter itu sudah lebih dulu pergi, dokter menyebalkan yang sialnya adalah suaminya.

Ya, Keizaro baru saja menikah tiga hari yang lalu. Baru saja tiga hari ia sudah merasa tak tahan dengan Ardan.

Terlebih sekarang ponselnya di sita karena semalaman ia bermain game membuat pria itu marah, Keizaro mendengus kesal ia melangkah ke kamar, mengobrak-abrik pakaian Ardan berharap menemukan ponselnya.

Maxim kekasihnya pasti sudah menunggu, sialan Ardan ia tak akan memaafkan dokter bajingan itu. Kamar menjadi hancur karena ulahnya, tapi nihil ponselnya tak ditemukan dimanapun. Ia meraih jaket dan kunci motor di atas nakas berniat mendatangi Ardan di rumah sakit.

Perjodohan yang mempersatukan keduanya, mempersatukan si urakan dan si kaku Ardan. Perbedaan yang sangat kontras, Keizaro mahasiswa fakultas teknik sedangkan Ardan sudah selesai menempuh pendidikannya dan sekarang menyandang gelar dokter spesialis penyakit dalam. Dengan alasan klasik orang tua jaman dulu, orang tua keduanya berteman dan berakhir mereka dijodohkan.

Yang paling menentang perjodohan ini adalah Keizaro, ia pemuda yang paling anti perjodohan terlebih ia memiliki kekasih. Sangat disayangkan jika harus meninggalkan Maxim demi Ardan, ia dan Ardan sama sekali tak cocok tak ada kesamaan dari keduanya berbeda dengan Maxim, pria itu sama bebasnya dengan dirinya.

Dan di sinilah Keizaro sekarang, berjalan menyusuri setiap lantai rumah sakit berniat menemui Ardan.

Keizaro mengetuk pintu ruangan 'Dokter Ardan Alderic, Sp.pd' ia menahan amarahnya yang akan meledak saat mendengar suara Ardan menyuruhnya masuk.

Si empu membuka pintu dengan kasar, di sana ia dapat melihat Ardan dengan jas putih dan kaca mata culunnya. Benar-benar jauh dari tipenya Ardan ini, Keizaro menghampiri Ardan kesal.

"Mana ponselku," ucapnya langsung tak mau basa-basi.

"Aku menahannya sampai besok," sahut Ardan, matanya masih fokus dengan kertas daftar pasiennya hari ini.

Brak

Keizaro menggeprak meja membuat kebisingan, Ardan mendongak menatap si empu datar. Keizaro memang tak pernah tahu tempat.

"Pergilah, sebentar lagi akan ada pasien." Ardan mengusir Keizaro sebelum pria itu membuat keributan yang lebih parah.

"Sialan, aku akan membuat perhitungan. Dokter menyebalkan!" Keizaro pergi, sebelumnya ia mengacungkan jari tengahnya membuat Ardan hanya bisa menggelengkan kepala, pusing akan tingkah Keizaro.

Ardan bukan pria yang banyak tingkah, ia pria yang menurut apa yang orang tua katakan. Kata Maria ibunda Keizaro, Ardan tipe menantu idamannya karena itulah ia menjodohkan Keizaro dengan Ardan.

Ardan bukan pria bebas apalagi hidup dalam dunia malam, kesehariannya semasa sekolah dulu hanya dihabiskan untuk belajar. Menjadi dokter adalah hal yang ia cita-citakan karena itu ia bersungguh-sungguh.

Menikah dengan Keizaro bukanlah masalah besar bagi Ardan, ia tak akan ambil pusing dengan Keizaro yang memiliki kekasih. Toh, ia menikah juga karena orang tua terlalu malas mengenal cinta, membuatnya repot. Tugasnya hanya menjaga Keizaro, mencukupi materi pria itu dan mengawasi si empu agar tak tenggelam dalam pergaulan remaja nakal. Ya, walau ia sedikit merasa tak dihargai oleh Keizaro yang masih saja menjalin kasih dengan prianya.

Akankah benang merah yang di ikat pernikahan ini akan mengalir dan sampai pada lautan kebahagian atau berakhir pada danau kepahitan, awal yang dipaksakan apakah bisa menjadi terbiasa? Cinta datang karena terbiasa kan?

____

Huftt ugal-ugalan banget nih nulis, jangan lupa vote dan komen ya sayang😗




Pak Dokter! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang