'Jangan mengambil apa yang sudah menjadi milik orang lain'
Kalimat yang Keizaro temukan dalam sebuah buku pada saat ia masih kuliah. Ia yang merebut atau ia yang direbut sebenarnya?
Keizaro menatap makanan dihadapannya tanpa minat, walau kondisinya kacau ia tetap memikirkan nyawa dalam perutnya. Hanya sang bayi yang ia miliki saat ini, entah bagaimana ke depannya, Keizaro tetap akan melewati semuanya. Ia pikir Ardan akan pulang menjelaskan semuanya tapi nyatanya ini sudah tiga hari setelah kejadian itu, namun Ardan belum juga pulang.
Keizaro hanya ingin sebuah kejelasan dalam hubungannya, apapun hasilnya ia akan tetap terima. Jika memang Ardan ingin bersama Ayden, ia memilih mundur tak apa. Soal anak itu bukan masalah, ia bisa mengurusnya larat ia akan berusaha. Memangnya sehebat apa ia sampai bisa menyatakan ia bisa mengurus anak dalam keadaan kehamilan pertama? Keizaro bukan orang hebat tapi ia akan berusaha yang terbaik.
Suapan demi suapan ia telan, rasanya hambar. Apakah ia harus mengadu pada mama? Pada Maria, tapi bagaimana jika mertuanya juga sama saja. Mau bagaimanapun Ardan tetap putra Maria, sedangkan ia? Ia hanya menantu yang terikat akan sebuah pernikahan, ia bukan orang yang mengenal Maria seperti Ayden yang mengenal wanita itu karena perasaannya dengan Ardan yang sama.
Sekarang Keizaro mengerti kenapa perjodohan ini terjadi, itu karena hubungan Ayden dan Ardan, Maria mengirim lamaran pernikahan untuk Ayden tapi kakaknya menolak alhasil ia menjadi tumbal dalam hubungan itu.
Bukankah di sini hanya ia yang menjadi babi bodoh? Tak tahu apapun, dipermainkan dengan keadaan dan orang-orang yang begitu senang akan sebuah hubungan Ayden dan Ardan? Bisakah Keizaro protes akan segalanya? Ia juga korban, korban keegoisan semua orang.
Di sela kunyahannya suara pintu terbuka dan langkah kaki seseorang nyaring terdengar membuat Keizaro mendongak melihat siapa yang datang.
Di sana Ayden datang dengan raut gugup, submisif itu menghampiri Keizaro yang sama sekali tak beranjak sedikitpun dari kursinya. Ia membiarkan Ayden duduk dihadapannya.
"Tamu sekarang sangat mandiri," cetus Keizaro, ia tersenyum tipis.
Ayden menelan salivanya, ia sudah berusaha membuang rasa malu datang tanpa di undang dan duduk tanpa di suruh, bukankah itu tak apa? Keizaro adiknya, jadi itu bukan masalah besar.
"Aku ingin bicara denganmu," ucap Ayden tak mau basa-basi, Keizaro hanya terkekeh geli. Apa ia di labrak? Karena menjadi istri dari kekasih Ayden?
"Aku tahu aku salah karena sudah menjalin kasih dengan Ardan kembali, tapi perlu kau tahu, aku sangat mencintainya," sambung Ayden.
Keizaro menegak air putih digelasnya, ia menatap Ayden ramah seolah bertemu dengan teman lama.
"Cinta juga memiliki etika. Kau tahu? Terkadang cinta itu biadab, jangan menyalahkan cinta atas tingkahmu yang kurang ajar," tutur Keizaro, ia mengusap bekas bibirnya digelas.
"Dulu kau kekasihnya, tapi kau tahu? Aku istrinya, aku sering melakukan hal yang tak pernah kau lakukan dengan Ardan." Keizaro menutup mulutnya, bertingkah seolah ia malu mengatakan itu.
"Ah, maaf aku lupa menyambutmu. Minumlah aku malas mengambil gelas yang baru." Keizaro menyodorkan gelas bekasnya pada Ayden yang tersisa sedikit air.
"Bukankah tingkahmu sangat tidak sopan Kei?" Ayden mengepalkan tangannya, merasa hina akan tutur kata Keizaro.
"Kupikir kau memang suka bekasan? Aku tahu aku memungut Ardan darimu, tapi mau bagaimana lagi ... kau tak bisa seperti aku." Keizaro mengusap perutnya. "Bahkan di sini sudah ada benih Ardan ... ah maaf," ucapnya malu-malu.
Ayden membola tak percaya dengan ucapan Keizaro yang seberani ini. Tempo hari ia dengan jelas mendengar tangisan sang adik tapi lihat bagaimana Keizaro menghinanya saat ini.
"Ardan milikku sejak awal!" pekik Ayden, sabarnya sudah di ambang batas.
"Siapa juga yang meng-klaim Ardan milikku, seharusnya kau ingat. Siapa yang dulu menolak perjodohan dan menumbalkan adiknya untuk menerima perjodohan bodoh itu!"
Keizaro melempar gelas dihadapannya membuat, Ayden terhenyak.
"Berhenti bertingkah seolah-olah kau tersakiti! Jika kau memang ingin Ardan kenapa kau menolaknya?! Kau itu babi licik, tak tahu diri! Jangan menggunakan penyakitmu untuk tameng! Tetap saja sekarang kau itu perebut suami orang, yang bahkan lebih menjijikan dari seorang Jalang!" sambung Keizaro, matanya berkilat dengan napas memburu. Amarah yang sudah dipuncak itu meledak seketika, tatapannya nyalang menatap Ayden yang kembali bertingkah seolah Keizaro berusaha membunuhnya.
"Urus jantungmu, sebelum kau mengurus masalah ini." Keizaro melangkah pergi setelah mengatakannya meninggalkan Ayden kesakitan dengan jantungnya.
Keizaro jahat.
Ia tahu, sejak lama ia selalu menjadi tokoh penjahat dalam kisah semua orang. Maka ia akan realisasikan hal itu.
Keizaro menghubungi Ardan, namun tak di angkat oleh si empu alhasil ia mengirim pesan.
'Datanglah ke rumah, sebelum kekasihmu mati'
Seuntai kalimat yang mampu membuat Ardan yang entah di mana itu langsung beranjak dari tempatnya, secinta itu Ardan pada Ayden. Mungkin bagi Ardan dunia akan hancur jika Ayden pergi.
Di balkon Keizaro melihat bagaimana Ardan datang dengan panik, ia langsung menggendong Ayden lari membawanya pergi.
Keizaro terkekeh, 'seorang istri hanya diam saat suaminya membawa kekasihnya yang terluka' deskripsi yang pas untuk membuat sebuah opening buku bergenre romansa penuh luka, Keizaro kalah sebelum berperang.
Ia iri pada Ayden yang berhasil mendapatkan hati Ardan tanpa harus berjuang sepertinya. Keizaro bahkan nyaris tak mengenali dirinya sendiri sekarang, kemana perginya Keizaro yang tak kenal takut dan tak peduli akan ucapan orang, Ardan sudah sejauh ini mengubahnya tapi Ardan lupa bagaimana cara meng-apresiasi perjuangannya.
Bahkan seluruh dunia tahu, jika masa lalu selalu menang. Cincin yang melingkar di jari manis tak menjamin, jika suamimu adalah milikmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dokter! [End]
RomancePerjodohan yang membuat dua kepribadian berbeda kontras itu terpaksa harus menikah karena orang tua. Keizaro yang terkenal berandal kampus menjadi pasangan sang dokter muda Ardan yang di siplin dan banyak aturan, jiwa Keizaro terasa terkekang saat b...