14

12.8K 1K 278
                                    

Ayden memohon pilu pada Ardan agar tak menjauhinya, ia meminta belas kasihan si empu atas dirinya.

"Aku mohon ... jangan menjauhiku, Ardan ... itu sangat menyakitkan." Ayden menunduk dengan air mata yang sudah berlomba-lomba keluar.

"Kita sudah bukan kita yang dulu Ay, aku sudah memiliki Kei. Dia submisifku sekarang, berhenti bersikap seolah kita bisa kembali bersama." Ardan berucap dingin. Secinta apapun ia pada Ayden tetap saja ia tak bisa dengan mudah bertingkah layaknya dominan lajang.

"Sekalipun jika aku mati?" Ayden mendongak. "Aku meninggalkanmu karena aku sakit dan sekarang aku benar-benar sadar, jika mungkin aku mati lebih cepat. Aku masih memiliki kamu di sisa hidupku," tutur Ayden putus asa. Ia ingin egois untuk kali ini saja, selama ini ia selalu iri pada Keizaro yang hidup bebas berbeda dengan dirinya yang selalu banyak pantangan dalam hidup.

Ardan terpaku akan ucapan Ayden, submisif itu sangat rapuh dengan tangisan pilu.

"Aku iri ... aku sangat mencintaimu, dan kau tahu? Rasanya sakit harus melihat orang yang kau cintai bersama dengan adik sendiri, kumohon ... jangan jauhi aku, aku benar-benar putus asa."

Ardan masih diam membeku dengan segala tutur kata Ayden, ia juga sakit ia juga merasa sesak saat Ayden memohon seperti ini. Kenapa segalanya menjadi rumit.

Tanpa keduanya sadari di ambang pintu seseorang menatap pemandangan itu datar, kedua tangannya mengepal. Ana, wanita itu tak terima melihat si sulung memohon seperti itu, hatinya sakit melihat Ayden yang membahas kematian. Ia sudah curiga dari awal jika ada sesuatu di antara keduanya, dan benar saja. Mereka saling mencintai pantas saja Maria mengajukan perjodohan ternyata inilah alasannya, jika ia tahu dari awal mungkin Ana akan memaksa Ayden dibanding Keizaro yang menggantikannya.

Ana akan melakukan apapun demi kebahagiaan Ayden, ia akan membujuk Ardan untuk mememani Ayden. Ibu mana yang akan diam saja saat melihat anaknya terluka? Ana akan bicarakan ini pada Keizaro, sibungsu akan mengerti dan juga harus mengalah pada Ayden, Ayden sakit sedangkan Keizaro masih sehat. Ia masih bisa mencari dominan lain yang lebih baik, terlebih Keizaro juga dari awal menolak dan memiliki kekasih, lebih baik Keizaro menikah dengan kekasihnya itu.

Tok

Tok

Tok

Ana mengetuk pintu ruangan Ardan, ia melangkah masuk dengan arogan. Menatap anak dan menantunya bergantian, kedatangan Ana membuat suasana semakin tegang.

Ayden takut ibunya akan marah, mau bagaimanapun sang ibu tak begitu tahu akan hal ini.

"Ibu ... "

"Diam, ibu sudah tahu semuanya. Bagaimana bisa kamu tak memberi tahu ibu Ay?" Ana berucap penuh penekanan, membuat bahu Ayden terasa tertimpa batu berat.

"Bu ... "

"Jika ibu tahu, ibu tak akan menikahkah Ardan dengan Kei. Bagaimana ibu sejahat ini padamu, apa sangat menyakitkan? Maaf sayang ... ibu tak tahu jika Ardan orang yang sering kamu ceritakan, ibu macam apa aku ini."

Ayden menggeleng, ucapan sang ibu jauh dari pikirannya. Ia pikir Ana akan marah tapi sang ibu malah merasa bersalah.

"Ini salahku bu, jangan merasa seperti ini." Ayden meraih tangan sang ibu, menggenggamnya erat.

Ana melepas genggaman Ayden, ia beralih pada Ardan. Menatap lekat sang menantu, jadi ini dominan yang selalu putranya bicarakan? Jadi ini sosok yang selalu ditangisi anaknya selama ini? Bagaimana bisa Ana tak tahu akan hal ini.

"Ardan ... aku mohon jangan sakiti Ayden, dia ... dia sudah cukup sakit akan fisiknya. Jangan lagi Ardan," ucap Ana. Ia memohon menggantikan Ayden.

"Bu ... ak-aku ... "

"Kau juga mencintai Ayden kan?" sela Ana membuat Ardan diam membisu. "Jika kau mencintai putraku, kumohon temani dia. Kau tak perlu khawatir tentang Kei, aku yang akan mengurusnya. Ardan, Ayden tak seberuntung orang lain," sambungnya.

Ardan merasa seperti di serang dengan banyak senapan, dihimpit dengan segala permintaan. Di satu sisi ia memang masih mencintai Ayden tak suka melihat bagaimana Ayden memohon, tapi di satu sisi ia memiliki tanggung jawab atas Keizaro. Bagaimana bisa ia menceraikan Keizaro dengan umur pernikahan yang bahkan masih seumur jagung terlebih mengingat bagaimana berjuangnya Keizaro untuk rumah tangga keduanya.

"Ayden pergilah dulu, ibu ingin bicara empat mata dengan Ardan,"

"Bu ... sudahlah, ini urusanku dengan Ardan, jadi ib-"

"Ayden," sela Ana sirat akan perintah yang tak ingin dibantah. Terpaksa Ayden keluar, membiarkan Ana dan Ardan bicara.

Ana menatap Ardan, ia tak akan membiarkan Ayden terluka.

"Apa kau memikirkan Kei?" cetus Ana tiba-tiba membuat Ardan tersentak.

"Pikirkanlah Ayden, ia anak yang malang. Ia begitu mencintaimu tapi penyakitnya membuat dirinya menjadi seorang yang malang, kau tahu? Di setiap detik aku selalu takut, takut akan keadaan putraku. Alasan kenapa aku selalu mengutamakan Ayden karena aku begitu takut, saat di usianya yang masih kecil ia harus menderita dan semakin bertambah usianya penyakit itu seakan tak pernah mau mengalah, Ayden malah diponis mengidap jantung koroner." Ana bercerita dengan linangan air mata.

"Aku menyayangi Kei, tapi aku selalu takut kehilangan Ayden. Setiap malam, yang kupikirkan kondisi Ayden yang semakin lemah, bahkan wajah manisnya selalu pucat. Itu membuat hatiku sakit, kumohon ... temani Ayden ... jika kau tak bisa menceraikan Keizaro itu tak masalah. Aku akan bicarakan ini padanya, aku mengatakan semua ini demi si sulung yang menderita," sambung Ana.

Semua ucapan Ana berhasil mempengaruhi Ardan, mau bagaimanapun Ayden masih pemenang dihatinya.

Bukankah tidak apa-apa ia hanya menemani Ayden diperjalanan pengobatannya? Ia hanya menjadi teman Ayden di saat Ayden membutuhkannya tak lebih, ia tetap menjadi suami Keizaro. Ardan pikir itu hal benar.

Keizaro juga menyayangi Ayden, istrinya itu pasti mengkhawatirkan hal sama. Keizaro mau yang terbaik juga untuk Ayden, Ardan tahu akan hal itu.

Ia hanya menjadi teman Ayden tidak lebih, ia tetap suami Keizaro dan tak akan ada yang terluka.

Ardan seolah lupa, jika Keizaro membenci perbuatan mereka yang selalu menomer duakannya, Ardan lupa jika tangis Keizaro selama ini alasan utamanya adalah Ayden dan Ana. Terkadang mereka lupa, jika sakit bukan hanya menyerang fisik. Mereka lupa jika batin yang tersiksa jauh menyakitkan bahkan bisa membuat fisik ikut terluka.

____

Kalau menurut kalian story ini layak dibaca dan kalian suka, tolong ya rekomendasikan pada teman kalian yang suka juga baca bl ... huftt

Gue promosi udah susah fyp, ujungnya kesel🥲

Pak Dokter! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang