13

13K 977 179
                                    

Double up

_______

Selama beberapa hari ini Ardan menjauhi Ayden, karena perbuatan Ayden saat di mobil waktu itu. Keputusan Ardan yang menjauhi Ayden, membuat submisif itu sedikit merasa bersalah dan kesal, harga dirinya merasa terluka. Ayden menatap pantulan dirinya, apa ia kalah manis dengan Keizaro? Sampai Ardan bisa melupakannya dengan mudah? Jujur saja Ayden masih tak rela Ardan bersama dengan sang adik.

Ia meremat ponselnya saat melihat postingan Keizaro beberapa hari lalu. Adiknya memposting Ardan dengan caption menggelikan, tidak bukan menggelikan tapi hatinya yang terbakar karena caption itu.

"Bukankah harusnya aku yang bersamamu Dan?" gumam Ayden.

Ya, bukankah itu harusnya dia? Perjodohan ini awalnya untuknya, tapi ia menolak karena cintanya yang habis untuk Ardan tapi ternyata Ardan lah yang menjadi dominan perjodohan ini. Ayden sangat menyesal, sungguh. Bagaimana bisa Keizaro mengambil Ardan darinya?

Kedua tangan Ayden mengepal, sikap Ardan yang menjauhinya membuat Ayden tak terima. Pasti Keizaro menikmati rumah tangganya dengan Ardan, tidak ia tak rela.

"Apa aku akan menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga mereka?" Ayden menggeleng, ia bukan orang ketiga dalam hubungan ini tapi Keizaro yang menjadi ketiga. Karena mau bagaimanapun Ardan masih mencintainya, ia yakin akan hal itu terlihat jelas kedua mata Ardan yang masih menatapnya dengan tatapan yang sama.

Keizaro yang harus mengalah, bukankah begitu? Hidupnya mungkin tak akan lama, bukankah seharusnya Keizaro memberikan kebahagiaan untuknya? Ardan miliknya.

Berbeda dengan Ayden yang tengah berperang dengan pikirannya, Keizaro sang adik tengah bersandar nyaman pada dada sang suami, keduanya sama-sama masih dalam keadaan telanjang setelah menghabiskan waktu untuk bergumul panas membagi keringat.

"Aku janji akan semakin memperbaiki diri," ucap Keizaro. "Tunggu aku ya, aku akan berusaha," sambungnya.

Ardan mengecup kepala sang submisif gemas, ia mengangguk atas pernyataan si empu. Jujur saja, Ardan sangat merasa bersalah karena sempat diam saat Ayden melakukan hal buruk waktu itu, ia juga sangat begitu resah menyembunyikan hubungan masa lalunya dengan Ayden pada Keizaro. Ia takut jika hubungan kakak beradik itu akan semakin merenggang karenanya.

Keizaro memeluk Ardan semakin erat, rasa lelah karena tugas kuliah rasanya buyar entah kemana. Keizaro mendongak menatap Ardan, pitur wajah Ardan nyaris sempurna. Apa Ardan benar-benar akan menunggunya? Apa pria ini akan terus bersamanya? Jujur saja ia selalu khawatir, jika semua hanyalah ilusi yang ia ciptakan sendiri, ia takut akan kenyataan jika ia terlalu terlena. Ardan baik dan baiknya Ardan tak memandang bulu, Keizaro takut perlakuan Ardan hanyalah hal biasa yang selalu pria itu berikan pada orang lain.

Bohong jika Keizaro tak peduli saat beberapa bulan lalu, dimana Ardan tak pulang ke rumah karena mengurus pasien. Keizaro tahu dari Ana jika Ardan di minta untuk menemani Ayden.

"Submisif seperti apa yang kau sukai? Apa seperti Ayden?" tanya Keizaro tiba-tiba.

Elusan dikepalanya berhenti, Ardan merasa tercekat atas pertanyaan si empu.

"Dari dulu banyak sekali yang memuji Ayden yang baik, lembut, manis dan juga pintar. Jadi kupikir semua memenuhi keinginan dominan, Ayden adalah yang cocok menjadi pilihan," tutur Keizaro.

"Apa kau pernah membenci Ayden saat dibandingkan oleh ibu?" Ardan balik bertanya.

Keizaro tersenyum tipis, membenci Ayden? Ia tak pernah merasa begitu.

"Tidak. Aku hanya benci perlakuan mereka yang selalu menjadikan Ayden sebagai bahan perbandingan, dan memang kupikir mereka benar, Ayden memang sebaik itu. Ayden kakak yang baik, ramah, ia benar-benar definisi orang yang mungkin nyaris sempurna," jelas Keizaro, menjadi sodara Ayden adalah hal baik tapi juga terasa sakit.

"Ayden memang sebaik itu."

Ardan menyahuti dalam hati, seandainya Ayden tak ceroboh memutuskan sebuah hubungan, andai saja Ayden tak berpikir terlalu jauh. Mungkin saat ini Ayden yang ada dalam dekapannya, ia masih mencintai Ayden.

Ayden yang menemani masa pendidikannya, Ayden yang selalu memberinya semangat dan sandaran. Tapi betapa bodohnya Ayden mengakhiri sebuah hubungan hanya karena takut dirinya terluka atas penyakit yang submisif itu derita. Bukankah itu alasan konyol?

"Tolong lupakan masa laluku dengan Maxim, aku memang bodoh akan hal itu. Tapi kau harus percaya jika dulu aku menerima Maxim hanya karena kasian dan juga Maxim temanku yang selalu ada saat aku butuh." Keizaro berucap yakin, membuyarkan lamunan Ardan.

"Aku akan melupakan masa laluku, aku benar-benar akan berlaku layaknya submisif yang sudah bersuami. Kau tak perlu khawatir Pak dokter, aku tak pernah ingkar dengan janjiku," sambungnya.

"Eum ... sudahlah, ayo tidur. Kau akan lelah besok." Ardan kembali membubuhkan ciuman singkat pada kening sang istri.

Keizaro mengangguk, ia mulai memejamkan matanya menjemput kantuk.

Berbeda dengan Ardan yang masih terjaga, ia tenggelam akan semua perkataan Keizaro. Keizaro bersungguh-sungguh membangun rumah tangga yang baik, pria banyak tingkah dan omong itu nyaris bukan seperti Keizaro yang dulu.

Betapa bajingannya Ardan yang sampai sekarang memikirkan Ayden, yang ada dalam pikiran dan hatinya hanya Ayden. Baginya, cintanya sudah habis untuk Ayden, sekarang ia hanya melanjutkan hidup.

_________________

Jangan lupa CO Brokennya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa CO Brokennya ya ...













Pak Dokter! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang