8

14.3K 1.1K 28
                                    

Tatapan keduanya tertaut saling menyelami, desahan halus mengalun indah mengisi kamar dengan keringat yang membuat tubuh dengan otot kekar itu mengkilat membuat gairah nafsu naik.

Sang dominan terus menggempur submisifny tanpa henti, bahkan tak membiarkan si empu menikmati pelepasannya. Ardan yang awalnya tak begitu meladeni permintaan Keizaro, justru menjadi yang paling brutal, membuat jeritan-jeritan kenikmatan keluar dari mulut yang bibirnya sedikit membengkak karena lumatannya. Keizaro membiarkan Ardan yang sedari tadi mengerjai tubuhnya, membuat tubuhnya terhentak mengenai kepala ranjang. Persetan, Keizaro hanya ingin menikmati permainan Ardan dan melupakan bayang-bayang Maxim.

Mengingat itu, lelehan air mata kembali menetes membuat Ardan yang tengah dipuncak gairah menghentikan genjotannya.

"Mau berhenti?" tanya sang dominan serak.

Keizaro menggeleng pelan, ia melingkarkan tangannya pada leger si dominan. Melumat bibir si empu dengan rakus.

"Lakukan lagi, jangan berhenti," ucap Keizaro di sela lumatannya.

Ardan terkekeh, ia kembali merojok anal yang menjadi sarang pertamanya begitupun sebaliknya, ia juga yang pertama untuk Keizaro. Rasanya luar biasa, ia sangat menyukainya.

"Shh ... kau ganas pak dokter aahh!"

Keizaro menjerit saat Ardan sengaja menyundul titik sensitifnya, ia meremat bahu Ardan. Tidak, ini terlalu nikmat. Ia tak akan melupakan hari ini.

Maxim bajingan, Keizaro akan memberikan segalanya pada Ardan. ia sudah pasrah pada keadaan, ia tak akan lagi melawan Ardan. Nyatanya Ardan memang yang terbaik baginya.

Geraman dan desahan menjadi satu, menyatukan kedua raga yang sudah disatukan takdir tapi tidak dengan perasaan keduanya. Entah siapa yang akan jatuh lebih dulu, tenggelam dengan perasaan yang menjadikan kecewa sebagai taruhan. Biarlah, biarkan keduanya saling menghangatkan untuk malam ini.

________

"Fuck!"

Keizaro mengerjapkan kedua matanya, ia merasa semua persendiannya sakit terlebih analnya yang terasa perih, ia melirik ke samping di sana sudah tak ada Ardan. Keizaro merengis, sudah dipakai malah ditinggalkan.

"Sialan memang," gumamnya.

Ia berusaha berdiri, tak ia pikir ia akan melakukan ini. Apa ia akan menyesal dikemudian hari? Keizaro menggelengkan kepalanya, tidak ia tak akan memikirkan hal-hal yang bahkan belum terjadi.

Keizaro sampai di kamar mandi, walau sakit ia tak mau berlama-lama di ranjang, ia tak nyaman dengan bau sperma disekitar tubuhnya.

Bersamaan dengan pintu kamar mandi tertutup, pintu kamar terbuka. Ardan masuk dengan nampan yang berisi makanan. Ia menyimpannya di atas nakas.

Ia menghela napas saat tak mendapati Keizaro di ranjang.

Tok

Tok

Tak ada sahutan, Ardan kembali mengetuk pintu kamar mandi sedikit keras.

"Ya sialan! Aku sedang mengorek lubangku, katakan pada penismu untuk tidak mengeluarkannya lagi di dalam!"

sahutan dengan teriakan itu membuat Ardan memejamkan matanya sebentar, tak tahan dengan pekikan frontal Keizaro.

"Ya, lain kali tidak lagi," sahut Ardan.

"Tidak ada lain kali! Jangan harap, sudah cukup sekali!"

Ardan menutup telinganya, lama-lama ia akan tuli jika terus menerima teriakan submisif cerewet itu.

Hampir setengah jam kurang barulah Keizaro keluar dengan bathrobe-nya, kedua matanya memicing menatap Ardan yang duduk di sisi ranjang.

"Jaga mata mesummu itu," cetusnya.

"Terlalu percaya diri, aku hanya ingin kau segera sarapan," sahut Ardan malas.

Keizaro berdecak, Ardan itu sudah seperti kenebo kering rasanya berdebat dengan Ardan ia tak akan pernah menang.

Keizaro duduk pelan-pelan, gerak-geriknya tak lepas dari pandangan Ardan.

"Aku sudah membeli salep, mau kubantu mengoleskannya?" tanya si empu.

"Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan, bodoh." Keizaro menatap sinis.

Ardan tak habis pikir, sikap Keizaro berubah-rubah layaknya cuaca dan semuanya tak bisa diprediksi. Kadang bagus, kadang banyak tingkah dan terkadang hot. Ah, sial bayangan semalam kembali terbesit dikepalanya. Ardan bisa gila.

Keizaro tampak lahap memakan sarapannya, makanan buatan Ardan tak pernah gagal dilidahnya. Keizaro sedikit malu ia tak pernah membuatkan makanan untuk Ardan bahkan sungguh ia tak begitu pintar masak, yang bisa ia lakukan hanya membuat telur dadar, masak air dan mie instan, sisanya ia tak bisa. Ayolah, dari dulu ia jarang menginjakkan kaki di dapur, mana ia tahu jika ia akan menikah muda seperti ini terlebih dengan pria super Perfeksionis.

Mungkin mulai sekarang ia akan sedikit belajar dan berhenti mengurusi motornya.

"Apa mama jago masak?" tanya Keizaro tiba-tiba, disela kunyahannya.

Ardan menaikkan sebelah alisnya, sedikit heran Keizaro menanyakan skill ibunya.

"Tentu saja, ia jago dalam hal dapur. Masakannya tiada tanding," sahut Ardan.

Keizaro menganggukkan kepalanya, ia berencana belajar masak pada mertuanya. Mustahil ia meminta pada Ana, yang ada wanita itu akan mengejeknya. Menyebalkan.

"Mari mulai semuanya dari awal, aku akan menerimamu sebagai suamiku. Aku akan belajar banyak dan menjadikan diriku layak menjadi pasanganmu, ini sedikit tiba-tiba. Tapi patah hati itu, menyadarkanku jika apa yang aku pikir baik bukanlah yang terbaik untukku. Ardan, aku mohon tetaplah bersamaku sampai aku berhenti bernapas. Hanya kau harapanku."

_____

Banyakin komennnnn!!!!

Yukkk CO BROKENNYA!
Po nya 20 hari lohh masih bisa nabung, pesen lewat wa bisa nyicil. Kapan lagi dapet book gue semurah ini.

 Kapan lagi dapet book gue semurah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pak Dokter! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang