5

15.3K 1.3K 30
                                    

Votement dong, gue lagi males. Jangan sampe nih story kek story lain yang gue unpublish

______

Keizaro berjalan dengan gugup saat kedua orang tuanya menatapnya tajam, seharusnya ia menurut pada Ardan untuk langsung pulang. Lihat bagaimana mereka seperti hewan buas yang siap memangsa.

"Baru pulang?" cetus Ana, sang ibu.

Keizaro menelan saliva-nya, ia sangat takut pada ibunya dibanding sang ayah.

"Ibu dan ayahmu menunggu dari tadi bahkan kami sudah menghubungi Ardan, dia bilang kau ada di rumah tapi lihat ... kau baru pulang," tutur Ana, wajahnya nampak tak bersahabat.

"Ya, aku baru saja membawa motor ke bengkel bu," sahut Keizaro dengan kebohongannya.

Ana mendengus, ia melirik jam, ini sudah pukul delapan malam dan anaknya baru saja datang, seharusnya bocah itu di rumah dan menyiapkan keperluan Ardan yang mungkin sebentar lagi pulang.

"Apa sehari-hari kamu seperti ini? Keluyuran, bukannya di rumah urus suami. Terus di tahan polisi karena balap liar, Kei ayolah ... kamu sudah menikah," tutur Ana kesal.

Keizaro memutar bola matanya malas, telinganya terasa panas mendengar ocehan sang ibu.

"Suruh siapa aku dinikahin sama dia?" cetus Keizaro sengit.

Ana sudah siap dengan ledakannya tapi ditahan oleh Addy, sang suami mengelus lengannya agar tenang.

"Sudahlah An, lagipula Keizaro masih menyesuaikan diri. Ia masih labil," ucap Addy.

Ana mendengus. "Segera akhiri hubunganmu dengan anak berandal itu," ucapnya.

Keizaro mengepalkan tangannya, ia menggeleng tak terima.

"Kei! Apa kurangnya Ardan?! Dia dokter, pria baik, dia bisa menuntun kamu. Kamu selalu saja membantah! Coba belajar dari Ayden, jangan terus menjadi anak pembangkang!" teriak Ana lepas kendali.

"Cinta tak bisa dipaksa bu! Lagipula kenapa bukan Ayden saja yang ibu nikahkan dengan Ardan? Bukankah dia anak kebanggaan ibu, kenapa aku yang menjadi korban keegoisan kalian?" tutur Keizaro.

"Kei, mengertilah. Jika bukan karena Ayden tak mau, ibu tak akan menjodohkanmu dengan Ardan, lagipula pria baik seperti Ardan lebih pantas untuk Ayden!"

"Aku juga menolak, kenapa ibu hanya mendengar dia?! Aku juga menolak!" Keizaro balas berteriak.

"Dia sakit! Dia tak percaya diri dengan keadaannya, ibu yakin jika bukan karena itu dia akan mau-mau saja," cetus Ana.

"Dengarkan saja dia, tak perlu datang ke sini. Ini kehidupanku, jangan ikut campur."

Setelah mengatakannya, Keizaro beranjak pergi ke kamar, ia merasa sakit hati mendengar ucapan Ana.

Ayden, Ayden dan selalu Ayden. Kenapa segala hal selalu dikaitkan dengan kakaknya, ia sadar sangat sadar bahwa tak ada yang bisa dibanggakan dari anak sepertinya tapi tak seharusnya ia harus sama seperti Ayden.

Keizaro melempar jaketnya ke sembarang arah, ia langsung merebahkan tubuhnya. Sebenarnya enggan mengakui jika ia dibeda-bedakan dengan Ayden tapi ibunya selalu saja bertingkah seperti itu, dari dulu. Semua hidup Keizaro ia atur sedemikian rupa, bahkan rasanya Keizaro tak bisa memilih atas apa yang ada dihidupnya. Tapi ayden? Pria itu bahkan bisa dengan mudah melakukan apapun yang ia sukai, menyebalkan.

Keizaro bukanlah anak yang suka berdrama dengan kehidupan, tapi jika menyangkut orang tua rasanya ada perasaan mengganjal. Orang bilang keluarganya harmonis dan bahagia, nyatanya tidak. Selama ini Keizaro merasa dirinya adalah tumbal, tumbal dari segala apa yang orang tuanya lakukan.

"Kei tak melakukannya bu! Bukan Kei bu .. "

"Kei, salah ... maaf."

"Bukan, kakak yang melakukannya!"

"Bu, bukan Kei!"

Kedua tangan si empu mengepal, dari dulu ia selalu menjadi tameng Ayden. Dari dulu ia yang selalu disalahkan dengan hal yang tak ia lakukan, Ayden selalu diperhatikan berbeda dengannya, ia sudah seperti anak tiri.

Keizaro sadar seharusnya ia tak merasa iri seperti ini karena Ayden pantas mendapat lebih besar kasih sayang dan kepedulian kedua orang tuanya, kakaknya sakit. Ya, karena itu sebagai seorang adik dari dulu ia harus menjaga kakaknya.

Awalnya Ayden yang akan dijodohkan dengan Ardan tapi kakaknya menolak, alhasil ia yang menjadi pengganti. Bukankah ini drama kehidupan menyedihkan? kau hanya menjadi bayang-bayang kakakmu dimata orang tuamu sendiri. Saat kakakmu tak bisa melakukannya maka kau lah yang dituntut bisa, kau yang di tuntut atas segala hal ketidak mampuan saudaramu. Terdengar tak adil tapi inilah takdir.

Mereka takut kehilangan anaknya karena sakit tapi mereka lupa sudah menyakiti anaknya yang lain.

Sejak kecil Keizaro selalu menjadi pilihan kedua, ia ingat sekali saat ia merengek ingin pergi berlibur ke pantai tapi kakaknya ingin ke lotte word, ia dipaksa memilih pilihan kakaknya dan meninggalkan keinginannya tapi saat itu ada masalah di lotte word alhasil jadi ke pantai. Dari sana Keizaro tahu, jika apapun keinginan kakaknya pasti dilaksanakan berbeda dengannya.

"Jaga kakak ya, Kei harus menjadi adik yang baik. Mengalah dari kakak, berikan mainannya, nanti kei beli lagi. Kakak sakit, Kei harus mengalah."

Perkataan Ana yang masih Keizaro ingat, ia harus mengalah dalam segala hal jika bersangkutan dengan Ayden. Tanpa sadar air matanya luruh, saat bayang-bayang masa lalu berputar. Keizaro kecil yang sangat malang, jangan salahkan Keizaro saat ia menjadi pembangkang karena nyatanya dari dulu suaranya tak pernah di dengar.

Tanpa ia sadari Ardan sudah pulang, pria itu menyampirkan jasnya di sofa lalu menghampiri Keizaro yang tampak kacau, punggung si empu bergetar dengan isakan kecil.

"Kei ... "

Ardan membalikan tubuh Keizaro agar menghadap padanya, ia cukup terkejut dengan wajah sang submisif yang penuh air mata. Tanpa banyak bertanya, ia memeluk Keizaro, mengelus punggung sang istri, berusaha menenangkannya.

"Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja," bisik Ardan.

Persetan dengan harga diri, pelukan Ardan memang begitu menenangkan. Bahkan pria itu tak banyak tanya seperti kebanyakan orang, Ardan seolah mengerti jika yang ia butuhkan saat ini hanyalah pelukan.

"Ibu dan ayah sudah pulang, kau bisa tenang." Ardan kembali berucap.

Malam ini Keizaro menumpahkan segala tangisnya pada Ardan, sampai tak sadar ia tertidur dipelukan hangat sang dominan melupakan Ardan yang mungkin kelelahan setelah jadwal padatnya.

_____

Hue hue ...

Masih banyak lagi yang belum dibahas🤭
Tentang hidup Ardan, tentang Kei. Dua-duanya sama-sama menyimpan rahasia.










Pak Dokter! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang