Luka

2 0 0
                                    

Hari menjelang malam, para mahasiswa dan mahasiswi itu telah sampai di Villa yang mereka tuju pada pukul 16.00. Sesamapai nya mereka disana mereka langsung melakukan aktivitas nya masing-masing termasuk Impi.

Saat ini Impi berada di Rooftop Villa yang berisi tanaman dan juga bangku-bangku yang mememang disediakan untuk bersantai. Dengan baju tanpa lengan dan celana Jeans, Impi berdiri di samping pagar pembatas Rooftop itu. Sehingga hembusan angin itu dapat menembus langsung permukaan kulit sang Gadis itu dengan sempurna.

Kringg....

barang kecil yang memang Impi selalu hindari itu berbunyi kembali pertanda bahwa adanya panggilan masuk, namun ketika Ia melihat nama yang tertera pada benda kecil itu Ia enggan untuk menjawab panggilan tersebut.

"Mpi itu telfon nya kenapa ga di angkat?" Tanya seseorang yang baru saja datang ke atas Rooftop tersebut.

Impi yang mendengar itupun sontak menoleh ke arah nya. Ternyata Ia adalah Maria teman dekat Impi.

"Oh gapapa ini Bokap Gue paling mau tanya udah sampe atau belum." Jawab Impi sambil terus memandangi Handphone nya.

"Lo terlalu gelap ya Mpi." Ucap Maria yang sudah duduk di kursi belakang.

"Gak ada yang gelap Mar, gak akan ada kata gelap kalau Kita bawa lampu penerangan, semua tergantung niatkan?" Jawab dan tanya Impi secara bersamaan.

"Gue liat sepanjang perjalanan Lu gak ada ngomomg apapun sama Reno." Ucap Maria seakan mengalihkan pembicaraan. Maria terlalu takut, Ia takut jikalau lampunya yang Ia bawa untuk melihat Impi yang gelap nyatanya tak cukup terang, Ia takut tersesat di dalam Impi yang terlalu gelap dan rumit.

"Oh nama cowo yang sama Gue tadi Reno?" Tanya Impi.

"Hahahaha bahkan Lu gatau nama orang yang udah baik nebengin Lu tadi sampai sejauh ini?" Tanya Maria kembali dengan kekehan ringan nya.

"Nggak penting buat gue tau namanya tapi Gue udah bilang makasih kok ke dia, tapi jujur Gue kasihan karna Dia kerasa bosen banget."

"Yaiyalah siapa yang ga bosen perjalanan kurang lebih 7 jam naik motor dan Lu gak berniat buat ajak Dia ngobrol sama sekali." Jawab Maria sambil mendengus.

"Sini tangan Lu Gue bawa P3K." Lanjut Maria sambil mengeluarkan obat-obatan.

"Tangan Gue kenapa anjing, tangan Gue gak kenapa-kenapa." Jawab Impi sambil menyembunyikan tangan nya ke belakang.

"Gak usah banyak bohong nya sama Gue Mpi, Gue emang gak begitu kenal Lu, tapi gue bisa liat banyak rasa sakit yang Lu tumpahin ke tangan Lu." Ucap Maria dengan menatap dalam Impi.

Impi tak banyak bicara Ia langsung memberi tangan nya kepada Maria. Ntah keberanian dari mana Impi mau menunjukan luka tangan nya yang sangat banyak itu.

"Tangan Lu putih banget Mpi, mulus lagi. Sayang banget kalo Lu harus ngelukis di tangan secantik ini, sakit banget ya Mpi?"

Ucap dan tanya Maria pada Impi yang sedari tadi hanya menatap nanar tangan yang memiliki banyak luka yang bisa dibilang masih basah karna darahnya mengering di tangan cantik itu.

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang