Rokok

1 0 0
                                    

Siang ini kantin sangat penuh, di dominasi para mahasiswa yang sedang makan bersama. Impi dan Maria yang saat itu sudah sangat kelaparan tak punya pilihan lain selain makan di kantin yang ramai itu.

"Mpi mau makan apa? Gue aja yang pesenin." Tanya Maria seolah tau Impi tak mungkin memesan makanan di tempat seramai itu.

"Soto aja deh." Jawab Impi sambil mengeluarkan kotak rokok yang sudah Ia bawa.

"Mpi numpang bareng ya." Tanya seseorang yang berada di belakang nya.

Impi yang sejujurnya sangat malas itu akhirnya hanya menganggukan kepalanya tanpa melihat siapa yang sedang bicara. Namun tak disangka bahwa yang baru saja berbicara adalah Samudra dan diikuti oleh seseorang yang beberapa hari ini membuatnya tak nyaman, Semesta.

Tak lama Maria pun kembali dengan dua buah mangkok dan es teh di tangan nya.

"Loh kalian?" Tanya Maria pada Samudra dan Semesta.

"Elah kenapa si dut bareng kali, penuh tu meja." Jawab Semesta.

Maria tidaklah gendut namun ntah mengapa Semesta memanggilnya dengan sebutan begitu yang membuat Impi bingung.

Drttt...Drttt....

Ponsel Impi bergetar menampilkan nama yang sangat amat Ia hindari.

"Halo." Sahut Impi

"Besok Papa dan Mama akan kesana untuk jenguk kamu." Sahut Papa Impi dengan suara tegas nya

"Besok Aku ada kelas di kampus." Jawab Impi yang membuat ketiga orang yang sedang bersamanya mengerenyitkan dahi.

"Besok sabtu, Kamu jangan coba-coba bohongin Saya. Malem ini Saya berangkat mungkin besok pagi sudah sampai." Jawab Papa Impi yang membuat tangan Impi mengepal hebat, dan disaksikan oleh ketiga temanya.

Impi mengambil rokoknya lagi ntah sudah berapa batang yang Ia habiskan dalam waktu singkat itu. Sedangkan ada Maria dan Semesta yang seakan mengerti kondisi Impi hanya terdiam sambil menatap nanar kepada sang empu. Berbeda dengan Samudra yang langsung menanyakan hal itu.

"Buset Mpi berat banget masalahnya sampe kek sepur gitu ngerokoknya." Ucap Samudra yang mendapat tatapan tajam dari Maria dan Semesta.

"Bukan urusan Lu gak sih?" Jawab Impi dengan cepat.

--------------------

Malam yang dingin ini Impi habiskan dengan melihat hamparan pepohonan dan bintang di salah satu bukit di dekat kampus mereka berada. Dengan tangan yang menggenggam kotak kecil berwarna biru dengan tulisan ice burst, Impi menatap nanar pepohonan itu sambil menghembuskan asap dari bibir kecil nya.

"Harusnya Gue gak di sini, harusnya malem itu Gue pulang lebih cepet, harusnya Gue yang malam itu mati." Ucap Impi pada dirinya sendiri.

Tanpa Impi tau ada laki laki yang sedang duduk tak jauh dari dirinya.

"Harusnya Lu gak duduk disini malem-malem kayak kuntilanak gini." Ucap seseorang dari balik pohon yang sedari tadi memperhatikan nya.

"Semesta?" Ucap Impi dengan kaget.

"Oh Lu tau nama Gue? hahaha Gue kira seorang Impi Dianty gak akan tau nama Gue." Ucap Semesta sambil berjalan ke arah Impi sambil menenteng kopi hitam milikinya.

Impi yang hanya dapat terdiam takut jika Semesta mendengar ucapan nya tadi.

"Anggep aja Gue gak denger apa yang Lu omongin kalo itu bisa buat Lu lebih sedikit tenang." Ucap Semesta yang seakan tau apa yang sedang Impi fikirkan.

"Lu tau gak kalo rokok yang Gue pegang ini dijual di negara lain bakal mahal banget."

Impi hanya melirik ke arah kotak kecil berwarna coklat itu.

"Sedangkan disini cuma dijual dengan harga 30 ribu. Jadi rokok ini bukan nya gak berharga cuma salah negara aja." Lanjut Semesta sambil menatap Impi.

Impi yang mendengar hal itu langsung menatap Semesta dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang