Obrolan

2 0 0
                                    




Setelah semua mulai kelelahan dengan perut yang masih kosong, para mahasiswa dan mahasiswi perantauan itu pun memutuskan ke pusat kota untuk mencari makanan yang enak dan dapat dijangkau oleh kantong pelajar.

Dan jangan lupakan kejadian saat di pendopo tadi, dikarenakan hal tersebut Impi yang merasa aneh dan teman-teman nya merasa Adit adalah manusia pemberani yang sangat berani dengan apa yang sudah dilakakukan nya tadi, mungkin kalian yang membaca ini akan bergumam

"ah lebay sekali Author satu ini." Namun itulah kenyataan nya, dengan wajah dingin Impi, Impi dapat mengintimidasi siapapun yang sedang bertatapan dengan nya bahakan hanya dengan melihat wajah judes nya orang-orang akhirnya mengurungkan niatnya untuk mengajak gadis satu itu berbicara. Wajah nya seakan dapat berbicara "Aku tak ingin berbicara dengan kalian semua, dan Aku benci kalian semua."

Sesaat kemudian mereka semua sudah sampai di salah satu Angkringan di pusat kota yang sangat ramai, biasalah memang seperti itu keadaan nya ketika mahasiswa/i baru mulai berdatangan, mereka akan mencoba mengacak-acak kota dengan genk nya masing-masing.

"Mau makan apa Mpi?" Tanya Tania yang sudah berdiri di samping Impi sambil melihat lauk-pauk yang ada di depan nya.

"Aku mau teh hangat aja, Aku gak makan malam." Jawab Impi berbohong.

Bohong sekali Gadis itu karna biasanya Gadis itu akan terbangun di pertangahan malam dan mengobrak-abrik lemari dapurnya untuk mencari bahan masakan yang bisa Ia makan.

Namun entah mengapa malam itu rasanya perut Impi terasa begitu mual dan mood nya begitu berantakan karena kejadian tadi, padahal tak ada yang salah dari berfoto bersama "teman"

Disaat semua berbincang dengan pasangan masing-masing termasuk Evelyn yang sudah terlihat dengan laki-laki tinggi yang Ia katakan tampan tadi.

"Impi." Sapa laki-laki dengan suara yang mudah dikenali oleh Gadis itu.

"Hai." Sahut Impi sambil menoleh ke arah suara tersebut.

Adit, lagi dan lagi laki-laki itu yang mengajak nya berbicara dengan tatapan yang sangat tulus Impi merasakan aman ketika harus berbicara dengan Adit berbeda jika Impi berbicara dengan teman yang lain, Impi merasakan seperti ancaman.

"Gue mau ngobrol boleh kan?" Tanya Adit sambil tertawa kecil.

"Boleh kok." Jawab Impi sambil menatap tulus kepada Adit.

"Lu kenapa ambil jurusan Kedokteran?" Tanya Adit.

"hm kenapa ya, karna Gue ga pengen aja liat orang sakit." Kata-kata bohong kembali keluar dari mulut mungil Gadis itu.

"Bohong banget sih Lu." Putus Adit secara sepihak.

Impi yang mendengar itu tersenyum. Senyuman yang tak pernah terlihat sebelumnya, senyuman yang manis, yang membuat siapa pun terdiam dan terkesima termasuk Adit dan beberapa teman Impi yang sedang melihat kedekatan Adit dan Impi.

"Kenapa Lu Judging banget sih." Jawab Impi masih dengan senyum tipis tapi kali ini terlihat lebih menyeramkan seperti sebuah seringaian.

"Ya siapa sih Mpi yang gak tau sifat jelek Lu, yang gabisa membaur dengan orang lain dan gak perduli sama orang lain, masa iya seorang Impi mau perduli sama hal kecil kayak orang sakit." Sahut Adit yang membuat senyuman itu hilang mutlak.

"Yang menurut Lu kecil bukan berarti buat orang lain kecil juga kan?"

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang