my brother's obsession 6.

24.4K 508 17
                                    

Terlihat Calista yang berada di kasurnya, baru saja selesai mandi. Ia mengeringkan rambutnya dengan lembut, merasakan kehangatan dari handuk yang membungkus kepalanya. Setelah itu, ia mulai merawat kulitnya dengan produk skincare dari Skintifik, yang menurutnya sangat manjur untuk meredakan jerawat dan memberi efek glowing.

Setelah melakukan rutinitas perawatan kulit yang membuatnya merasa segar dan rileks, Calista merenung sejenak, membiarkan pikirannya melayang dalam keheningan malam. Sambil mengenakan piyama yang nyaman, ia menatap cahaya lampu kecil di meja sampingnya, menciptakan nuansa hangat dalam ruangan yang tenang.

Calista kemudian mengambil handphone kesayangannya dan mulai chatting dengan sahabatnya, Putri. Putri adalah satu-satunya sahabat yang dapat dipercaya Calista, teman sejatinya sejak SD hingga SMA.

Dalam chat tersebut, Calista menceritakan panjang lebar tentang apa yang dilakukan kakaknya kepadanya. Dari awal pertemuan, Putri sudah merasakan ketidakberesan saat bertemu Nathan, dan sayangnya, firasatnya terbukti benar.

“Coba jaga jarak dari kakakmu, Cal,” saran Putri melalui panggilan telepon. Calista mendengarkan, tetapi hatinya menolak. “Itu bukan kasih sayang, melainkan obsesi gila!” ucapnya.

“Tapi aku rasa, kakak kamu itu cemburu deh sama Aden,” Putri melanjutkan, membuat Calista menggelengkan kepala. Mana mungkin kakaknya cemburu hanya untuk hal sepele seperti itu.

“Tidak mungkin. Aku rasa ada sesuatu yang merasuki dirinya,” balas Calista, yang hanya membuat Putri tertawa hingga mengik ngik ngik. Calista memutar bola matanya malas, merasakan kekhawatiran yang mendalam.

Calista berpikir, jika ia mencoba menghindar dari Nathan, ia akan membuat masalah semakin rumit. Ia perlu merencanakan langkah agar gerak-geriknya tidak dicurigai kakaknya.

Ah! Ini sangat memusingkan. Dasar Nathan, selalu membuat hidupnya rumit.

***

Keesokan harinya, keluarga Bryennios dikejutkan oleh kabar duka—Nenek Citra Bryennios telah meninggal dunia. Disebutkan bahwa nenek meninggal akibat sakit yang tidak wajar.

Polisi yang menyelidiki kasus tersebut terheran-heran ketika mengetahui bahwa semua rekaman CCTV di rumah sudah terhapus. Mereka mulai mencurigai bahwa dalang di balik semua ini adalah keluarga inti mereka sendiri.

“Calista, Nathan. Kami akan pergi melayat, mungkin selama tiga minggu,” kata Endah, meneteskan air mata yang membuat suasana di ruang tamu seketika menjadi hening. Keluarga merasa sedih dan terpukul atas kepergian Nenek Citra.

Endah mengusap air matanya dengan tisu hingga beberapa lembar habis. Di pikiran Calista, ini adalah kesempatan emas untuk menjauh dari kakaknya yang gila. Ia bertekad untuk ikut pergi melayat dan meninggalkan Nathan sendirian.

“Aku mau ikut, Mah,” ujar Calista, meneteskan air mata buaya agar mamanya mengizinkannya. Namun, bukannya diizinkan, ia malah ditatap oleh Nathan dengan pandangan tidak enak.

“Jangan izinkan, Mah. Itu hanya alasan untuk membolos,” Nathan menatap tajam ke arah Calista. Calista hanya bisa menghela napas, merasa frustrasi karena kakaknya bisa memikirkan hal-hal seburuk itu.

“Kamu masih sekolah, Calista. Mana mungkin kami membiarkan kamu meninggalkan pelajaran hanya untuk masalah sepele?” Endah menasehati Calista. Ia masih tertegun dengan kata 'sepele.' Seolah kehidupan neneknya tidak berarti apa-apa bagi mereka.

“Jadinya aku nggak diizinin?” tanya Calista, hanya dibalas anggukan oleh mereka. Nathan menatapnya dengan puas, seakan bisa membaca pikirannya.

'Rencana ini gagal, sialan,' batin Calista, menatap Nathan yang sedari tadi memandangnya.

TBC

VOTEEE

Obsesi My Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang