my brother's obsession 5.

27.4K 513 14
                                    


Calista menatap Nathan dengan tatapan marah. Ia tidak menyangka ciuman pertamanya diambil oleh kakaknya sendiri dan itu juga dilakukan dengan sengaja. Sepertinya dugaannya benar bahwa kakaknya autis.

"Tatapan mu lucu, Haha." Nathan tersenyum smrik sembari menatap Calista yang sedang marah dihadapannya seperti kucing kecil yang kehilangan ikan.

"Cukup, Kak! Sekarang kamu keluar dari kamarku!." Calista langsung menunjuk menuju pintu kamarnya yang sudah terkunci oleh ulah kakaknya ini.

"Kalo gue gamau?." Nathan menatap nakal Calista sembari tiduran dikasur adiknya ini, bau kamarnya membuatnya betah dibandingkan dikamarnya sendiri.

"Yaudah, Kak. Aku aja yang keluar!." Calista menatap kesal Nathan lalu ia berjalan lurus dan memutar knop pintu kamarnya. Sialan, terkunci.

Ah! Ia lupa bahwa kakaknya mengunci pintu nya. Calista kemudian berbalik badan dan mendapati Nathan yang bermain handphone dengan enaknya tanpa mempedulikan ucapan Calista.

"Kak, please." Calista terduduk dibawah sembari menyenderkan diri kepintu berharap kakaknya iba terhadap dirinya. Padahal tadi ia mau checkout sepaket skincare innisfree tetapi diganggu oleh kakaknya itu.

"Ini mau?." tanya Nathan mengeluarkan kuncinya yang ada di saku celananya. Calista segera berdiri dan ingin merebut kuncinya itu dari tangan kakaknya.

Sebelum Calista ingin merebutnya Nathan meletakkan kuncinya semula kembali ke dalam saku celana yang membuat Calista bad mood dengan kakaknya ini.

"AKU NGGAK SUKA DIGINIIN, NATHAN!!." teriak Calista dengan marah sampai ia lupa memanggil Nathan menggunakan embel-embel 'kakak' dan juga menggunakan nada tinggi kepadanya.

Nathan yang semula bersikap bercanda dengan adiknya itu, seketika raut wajahnya berubah marah, "Lo bilang apa barusan?." Nathan bangkit dari kasur dan mendekati Calista.

Oh! Ia lupa bahwa Nathan tidak suka dipanggil dengan namanya langsung tanpa menggunakan embel-embel kakak. Sialan celaka lah dia. Melihat kakaknya tadi saja sudah membuatnya takut apalagi ini.

"Aku minta maaf, Kak..." Calista meminta maaf dengan mata yang berkaca-kaca seperti ingin menangis ditempat itu dan juga suaranya bergetar hebat.

Mata Nathan tidak bisa berbohong saat ini, ia sangat marah dengan Calista. Nathan langsung memegang lengan Calista dengan kasar.

"Attitude lo jadi buruk gara-gara si Aden, kan!." Nathan meremas tangannya yang membuat Calista meringis kesakitan kesekian kalinya lagi. Sangat menyakitkan.

"Gue mau, lo. Gausah deket-deket sama dia lagi."

"T—tapi, Kak. Dia orang yang aku suka dari lama." Nathan yang mendengar itu amarahnya semakin memuncak, dipikirannya ia ingin membenturkan kepala adiknya ini agar ingatan dari si Aden terhapus.

Nathan menyeret Calista menuju kedalam kamar mandi dikamar itu. Calista memberontak tetapi usahanya sia-sia, "Lepasin, Kak." Calista menangis karena sudah tidak tertahankan lagi.

Nathan menenggelamkan kepala Calista kedalam bathtub yang sudah diisi air. Yang ia rasakan lehernya sakit karena ditekan kuat oleh tangan Nathan, dan matanya yang perih karena kemasukkan air.

Ia sepertinya akan mati ditempat itu juga. Namun, Nathan menarik kembali kepala Calista dan memeluknya dengan erat.

"Jahat."

Calista memukul punggung Nathan dengan lemah.

"Gue cuma mau lo jadi gadis baik."

"Paham?." Nathan mengusap lembut kepala Calista yang basah. Calista kemudian dengan berat hati mengiyakan ucapan Nathan agar dia tidak terlalu marah lagi.

"Iya kak. Aku paham." Calista dengan muka lesu dan pucat. Ia lalu menggendong Calista dan merebahkan tubuhnya dikasur.

"Kenapa kamu selamatin aku, Kak?." Calista menatap kosong wajah Nathan, dan Nathan menatap Calista biasa aja tanpa adanya rasa bersalah dihatinya.

"Karna lo adik gue."

Ucapan yang membuat Calista muak. Jadi jika dirinya orang asing kakaknya akan membunuhnya?.

"Gue pergi dulu, inget! Jadi gadis yang baik!." Calista hanya menganggukkan kepalanya.

"Good girl." Nathan mengecup dahi Calista dan berlalu meninggalkan Calista sendiri didalam kamarnya.

"Kakak tolol."

TBC

Obsesi My Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang