my brother's obsession 21.

11.1K 444 68
                                    

Sebelum baca vote dlu y anjing muka kau kek babi kalau ga vote, gausah jdi pembaca gelap bs g? Risi gue.

_______________________

Calista mengerjapkan matanya berkali-kali dikala sinar matahari menembus dibalik gorden kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Calista mengerjapkan matanya berkali-kali dikala sinar matahari menembus dibalik gorden kamarnya. Disaat ia sedang mengumpulkan nyawa, dibalik gelapnya ruangan Calista melihat seorang yang berdiri didepannya. Ia kemudian menyalakan lampu yang berada samping kasurnya.

Clingg.

"Good morning, baby." Nathan muncul dibalik gelapnya kamar yang membuat Calista tersenyum masam. Nathan yang melihat hal itu menaikkan alisnya curiga. Pasalnya, adiknya ini selalu akan memarahinya jika menggangu tidurnya yang nyenyak.

"Good morning too, Kak." Nathan berjalan mendekati Calista dan duduk disebelahnya ditempat tidur. Nathan menangkup wajah Calista dengan lembut, mencoba memahami ekspresi yang tersembunyi di balik senyumnya yang masam tadi.

Sorot matanya tertuju pada kelopak mata Calista yang terlihat bengkak, ia menebak bahwa Calista menangis semalaman penuh. Meskipun Calista mencoba tersenyum untuk menutupinya, mata bengkaknya mengungkapkan perasaan sedih yang dalam.

"Ada masalah yang terjadi?." tanya Nathan. Calista yang mendengar itu langsung memeluk erat Nathan. Ia membenamkan wajahnya di dada kakaknya. Tangisnya seketika pecah, Nathan yang melihat itu menepuk-nepuk punggung Calista untuk menenangkannya.

"Kak, Mama sama Papa.... Udah pergi ninggalin kita." Tangis Calista semakin kencang, sementara Nathan memeluknya dengan erat, mencoba untuk menenangkannya.

"Sshh, tenanglah, Sayang. Gue ada disini," ucap Nathan dengan suara lembut, sambil terus memeluk Calista. Mereka berdua terdiam dalam keheningan, merasakan kehilangan yang mendalam atas kepergian orang tua mereka.

Setelah beberapa saat, Calista akhirnya bisa mengendurkan pelukannya. Dia menatap kakaknya dengan mata yang masih berair. "Aku merasa begitu sendirian, Kak. Mereka pergi begitu tiba-tiba...."

Tetapi ada yang aneh menurut Calista. Mengapa kakaknya ini tidak merasakan kesedihan atas kehilangan orang tuanya walaupun hanya setetes air mata saja.

Calista mendorong Nathan dengan kuat yang membuat pelukannya terlepas. Calista menatap Nathan dengan ekspresi bingung dan sedikit marah. "Kenapa Kakak nggak sedih? Mereka kan orang tua kita! Bagaimana Kakak bisa cuek seperti ini?"

Nathan terdiam sejenak, tatapan matanya beralih dari wajah Calista ke lantai. Dia kemudian menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengangkat kepalanya untuk menatap adiknya dengan serius. "Sayang, setiap orang berduka dengan caranya sendiri. Gue... Gue juga sedih, sangat sedih di dalam lubuk hati paling dalam. Tapi gue mencoba untuk tetap kuat, agar tidak terlihat lemah."

Calista mengangguk, ia kemudian izin untuk pergi kekamar mandi terlebih dahulu untuk mencuci muka agar mukanya tidak terlihat pucat.

Nathan tiduran dengan posisi terlentang dikasur sambil menatap keatas platform kamar yang berwarna merah muda. Seketika gelak tawa yang mengerikan muncul, "2 PARASIT sudah lenyap. Tidak ada lagi tembok yang memisahkan gue sama, Calista." Ia mengepalkan tangannya keatas langit-langit sembari tersenyum smrik.

Obsesi My Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang