my brother's obsession 19.

11.6K 396 43
                                    

'Adikku, kamu adalah milikku sepenuhnya. Tidak ada yang boleh menyakiti atau merenggutmu dariku. Hanya aku yang boleh menyakiti mu.'

**

Baca sambil dengerin lagunya kuyy..

"JAWAB CALISTA." Dua kalimat yang membuat badan Calista bergetar hebat. Ia sangat takut jika ada seseorang yang menggunakan nada tinggi disekitarnya.

Calista menundukkan wajahnya kebawah matanya berkaca-kaca dan tak terasa air mata menetes membasahi pipinya, "Bisa jawab pertanyaan gue? Jangan bisanya nangis terus!." Nathan menyilangkan tangan didepan dadanya dan menatap dingin Calista.

Calista hanya bisa diam yang membuat Nathan muak dibuatnya. Dengan cepat Nathan berjalan kearah Calista dan meraih pergelangan Calista lalu menyeretnya untuk mengikutinya.

Mereka menuruni tangga untuk menuju kearah ruang bawah tanah, "Kenapa aku dibawa ke tempat ini, Kak?." tanya Calista menghempas-hempaskan tangannya agar terlepas dari cengkraman kakaknya.

"Ini kan yang lo mau, Baby."

Raut wajah Calista seketika panik, "Aku nggak mau, Kak." Calista meneteskan air matanya lagi. Namun, bukannya iba Nathan yang melihat pemandangan itu hanya tersenyum smrik.

Nathan merogoh kantung kanan celananya dan mendapati beberapa kunci, ia memilih yang mana kunci yang cocok untuk membuka ruangan itu setelah menemukan kunci dari ruangan itu Nathan langsung membuka pintunya.

Setelah dibuka aura ruangan tersebut terpancar keluar. Aura yang membuat bulu kuduk Calista berdiri. Disana, ia dapat merasakan ada aroma yang tidak sedap, seperti bau yang menyengat. Namun, Nathan hanya tersenyum sinis melihat reaksi Calista yang semakin gemetar ketakutan.

"Duduklah di sana," ujar Nathan dengan nada dingin sambil menunjuk ke pojok ruangan. Calista menuruti perintahnya dengan gemetar, masih mencoba menahan tangisannya.

Nathan melangkah mendekati Calista dan berjongkok di hadapannya. "Lo tahu, ini semua gua lakuin karna lo terlalu nakal belakangan ini," lanjut Nathan dengan suara mengancam. Calista hanya menundukkan wajahnya, tidak berani menatap kakaknya.

"Sekarang, lo harus belajar bahwa konsekuensi dari perbuatanmu itu tidak menyenangkan," tambah Nathan sambil menyentuh leher Calista dengan lembut, tapi penuh ancaman.

Calista mencoba untuk mundur, tapi Nathan sudah terlalu dekat. Dia merasa terperangkap, tak bisa bergerak bebas. "Kak, tolong... aku janji tidak akan mengulangi lagi," bisik Calista dengan suara terbata.

Nathan hanya tersenyum lebih lebar lagi, seakan menikmati ketakutan yang dirasakan adiknya. "Lo memang sudah terlalu berulang kali memohon maaf. Tapi, kali ini gua akan memastikan lo benar-benar belajar," ucapnya sambil menggenggam erat tangan Calista.

Tangis Calista semakin pecah ketika dia menyadari bahwa kakaknya tidak akan mengalah. Dia merasa benar-benar terjebak dalam situasi yang mencekam dan tidak ada yang bisa membantunya.

Dengan cepat Nathan berlari pergi dari ruangan itu. Dan, ia tidak lupa menguncinya agar Calista tidak dapat keluar dari ruangan tersebut.

Calista yang panik segera berlari kearah pintu dan menggedor dengan sekuat tenaga namun tiada hasilnya. Ia terduduk dan meringkuk sembari menangis dengan pilu.

Ditengah tengah tangisnya, ia mencium bau busuk seperti bangkai disekitarnya. Dengan cepat Calista berdiri dan memeriksa kondisi disekitar ruangan tersebut.

Dikala sedang mencari asal bau tersebut, kepalanya terbentur sesuatu yang sangat keras. Seketika itu juga aroma busuknya semakin menajam diarea itu. Calista langsung melihat kearah sesuatu yang ada di atas kepalanya.

Alangkah terkejutnya Calista mendapati jasad Nina yang sudah kering disertai banyak ulat yang memakan habis dagingnya. Matanya yang melotot membuat Calista berteriak ketakutan.

"AAAAA... KAKK, TOLONGG AKUU!."

Ia segera berlari. Namun, belum sempat melangkahkan kakinya jasad itu terjatuh menimpa dirinya. Semua hewan yang menempel ditubuh Nina kini beralih ke arah Calista.

Calista seketika pingsan.

••|

Cklek.

Suara pintu ruangan terbuka, menampilkan sesosok pria tertubuh tinggi kekar. Ia adalah Nathan, Nathan berjalan sembari memasukkan tangannya ke kantung celananya dan memancarkan aura cool yang sangat kuat.

"Ck, ck, ck. Sudah gue bilang lo gaakan sangup menerima kenyataan ini." ucap Nathan sembari menatap kearah Calista yang tergeletak di tanah. Ia menggendong Calista ala bridal style.

Nathan membaringkan Calista diranjangnya. Ia kemudian berjalan menuju ke jendela dan tatapannya tertuju pada seekor kucing yang sedang kehujanan diluar, ia merogoh saku celananya lalu ia ambil sebatang rokok dan menghisap nya dengan tenang.

Tling.. Tlingg.. Tlinggg.

Suara notifikasi dari handphone nya, ia langsung saja segera memeriksa pesan tersebut. Setelah membaca beberapa pesan tersebut raut wajahnya tiba-tiba mendadak cemas dan panik.

Langsung saja ia mematikan puntung rokoknya dan segera pergi dari sini untuk mengurus permasalahan ini, tidak lupa ia mengecup dahi Calista.

"Good night, baby. Lo pasti akan suka hadiah yang gue berikan saat besok pagi tiba." ucapnya mengusap pipi Calista dan berlalu pergi.

Selang beberapa jam kemudian~

Cling..

Suara notifikasi pesan dari handphone Calista. Notifikasi itu terus berbunyi yang membuat Calista terbangun dari pingsannya.

Ia tidak langsung mengambil handphone nya. Tetapi, mengamati ruangan disekitarnya, "Aihhh. Inikan ruangannya, Kakak." ucap Calista duduk bersender.

Ia membuka handphone dan alangkah terkejutnya melihat banyak pesan dari kedua orang tuanya. Badan Calista mendadak menggigil saat melihat pesan terakhir orang tuanya.

"Jaga diri ya, Calis. Sayang, Papa yakin kamu akan menjadi perempuan yang hebat."

"Mama akan selalu sayang sama, Calista. Calista jangan jadi orang yang lemah okey? Kalaupun, Mama sudah tidak ada. Mama akan selalu menjaga, Calista dari atas sini."

Calista segera menelfon nomor mereka. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada tanda-tanda mereka akan menjawabnya. Banyak tanda tanya dipikirkannya, seperti apa yang sedang terjadi disana sehingga membuat orang tuanya pergi meninggalkannya selamanya.

Calista terduduk, matanya menatap lurus dengan pandangan kosong. Sudah tidak ada lagi kesedihan, semua menyatu menjadi satu. 'Mereka' yang selalu disampingnya sudah pergi untuk selamanya, mereka adalah tujuan untuk Calista tetap hidup.

Namun, apa gunanya hidup jika mereka sudah tiada?.

Vote 95 gwe akan up. Trims


884 kata

Obsesi My Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang