my brother's obsession 13.

19.4K 432 43
                                    

Di tengah-tengah perjalanan. Calista melihat ke kaca jendela mobil, pikirannya mulai menjalar kemana-mana. Dirinya sangat takut jika kakaknya melakukan hal yang sembrono karena terbawa emosi.

Tangannya meraih pergelangan lengan nathan, "Maafin Calista, Kak." ujar Calista sama sekali tidak dihiraukan Nathan.

Beberapa menit berlalu. Calista dikejutkan dengan mobil Nathan yang berhenti disamping jalan, disekelilingnya hanya terdapat ilalang yang menjulang tinggi dengan suasana disana sangat sepi dan tidak terlihatnya pengendara lain disekitar sini.

Hal itu membuat detak jantung Calista berdetak kencang, dirinya melihat Nathan melepaskan sabuk pengamannya dan menatap kearah wajahnya.

Dingin.

Datar.

Dan,

Mengerikan.

Nathan mendekat kearah bangku belakang tepat dimana Calista duduk. Nathan meraih dagu Calista dan mengusap kasar bibirnya, "Bibirmu sudah ternodai." ucap Nathan menekan bibir Calista yang membuatnya kesakitan.

Calista menjauhkan diri sedikit kebelakang untuk mendapatkan keamanan, Calista menatap kearah Nathan dan melihat perubahan sikapnya. Nathan tersenyum dengan seringai dan warna matanya berubah.

"Come here!."

Dua kata yang membuat badan Calista merinding saat mendengarnya. Tanpa basa-basi Calista langsung mendekat dan duduk disamping Nathan, ia dapat merasakan tangan kekar Nathan membelai lehernya.

"Apa hukuman yang setimpal untuk kucing kecil yang nakal, Hm?." tanya Nathan sembari membayangkannya.

Cambuk? Oh, itu terlalu ringan

Pukulan? itu juga sama, terlalu ringan

Apakah mengukir dan menghias ditubuh gadisnya dengan tusukan?~

Tepat! itulah yang sangat ia sukai. Aroma darah dan teriakan memohon ampun untuk menghentikannya membuat jiwa psychopathnya bangkit.

Sebelum melakukan hal itu, dirinya akan menginterogasi Calista, "Siapa orang tadi?." tanya Nathan menatap tajam kearahnya. Calista hanya bisa menghela nafas panjang, toh. Yang penting Kakaknya tidak apa-apain dia.

"Temanku, Kak." jawab Calista

"Teman?."

"Hahaha, Teman??." Nathan tertawa terbahak-bahak. Sepersekian detik tertawanya berhenti, matanya menatap tajam kearahnya dengan tangan mengepal.

Nathan tanpa aba-aba langsung menyerang leher Calista, ia mencekik lehernya yang membuat sang empu meringis kesakitan.

Calista memberontak memukul dada Nathan. Namun, usahanya tidak membuahkan hasil sama sekali.

Mata Calista ber kunang-kunang dan pandangannya menjadi kabur, dirinya ingin sekali mati untuk saat ini. Sebelum Calista memejamkan matanya, ia menatap kearah Nathan yang sedang tersenyum smrik.

***

Calista terbangun dan mendapati dirinya berbaring diatas ranjang, matanya terbelalak saat melihat rantai melingkar di leher dan kakinya.

Air matanya perlahan turun membasahi pipinya, "Lepasin aku, Kak!." teriak Calista dengan isak tangis pilu.

Hening~

Ditengah suasana yang hening, Calista mendengar suara gagang pintu yang terbuka.

Ceklek.

Dirinya melihat sesosok Pria bertubuh tinggi tegap dengan gaya rambut two block. Rahang yang tegas membuat auranya terpancar kesan menawan untuk kaum hawa, kecuali Calista sendiri. Dirinya menatap benci kearah Nathan.

"Hei, ada apa dengan tatapan mu?."

"Seharusnya gue yang menatap lo seperti itu." lanjut Nathan yang perlahan berjalan kearah Calista.

Calista hanya bisa pasrah saja saat apa yang akan terjadi padanya. Dirinya berpikir kenapa dunianya tidak seperti anak lain, kenapa dirinya tidak bisa merasakan cinta yang tulus dari seseorang.

"Lepasin aku, Kak." ucap Calista dengan suara lirih.

Nathan yang mendengar itu hanya tertawa dingin. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Kenapa gue harus lepasin, kesalahan lo aja udah fatal." ucap Nathan. Calista memang mengakui itu kesalahan yang sangat tidak terpuji menurutnya.

Calista menundukkan wajahnya. Ia sangat menyesal, dirinya ingin mengulang waktu agar dirinya menghiraukan tingkah laku Bagas dan dia pasti akan aman.

Dagu Calista terangkat. Dirinya melihat manik mata merah menyala yang menatapnya dengan pandangan mematikan, manik mata itu ialah milik Nathan.

Nathan meremas dagu Calista dengan kuat. Mata Calista lalu di tutupi oleh Nathan dengan kain merah, Calista hanya bisa melihat benda disekelilingnya yang menjadi warna merah.

Nathan mengeluarkan sebuah pisau kecil dan cutter. Ia memandangi Calista dan pisaunya secara bergantian, tiba-tiba senyumnya terbit.

Nathan mendorong Calista hingga terbaring diranjangnya. Ia langsung merobek sebagian celana Calista sehingga paha mulusnya terekspos begitu saja.

Tanpa basa basi Nathan langsung menciumi paha Calista dan juga menghisapnya. Calista menjambak rambut Nathan agar berhenti melakukan perbuatan itu. bukannya berhenti, Nathan juga mengelus dada Calista yang membuat suhu tubuhnya naik.

Ini gila!

Dan tidak waras!

Setelah cukup, Nathan mengambil pisau yang ada di sakunya. Ia langsung menusuk paha Calista yang membuat Calista langsung berteriak-teriak kesakitan.

"Cukup. sakit, Kak!." isak Calista tapi tidak dihiraukan sama sekali oleh Nathan.

Nathan membiarkan pisau itu masih tertancap di paha Calista. Ia kemudian mencengkram kedua tangan Calista, di tangan kanan ia mengukir sambil bersenandung ria tanpa menghiraukan rintihan kesakitan dari Calista.

Di pergelangan tangan kirinya dirinya menggores dengan sangat dalam menggunakan cutternya. Dirinya merasakan kenyamanan saat mencium aroma amis darah disekitarnya yang menurutnya ini sangat wangi, Nathan melihat darah yang ada ditangannya dan lalu menjilatnya.

Seakan belum puas, Nathan kemudian melihat pisau yang masih tertancap di paha Calista. Ia langsung menusuk berulang-ulang di area paha Calista sampai membuat lubang dan warna biru diantara kulit putihnya.

Calista seakan tidak bisa merasakan kaki dan tangannya sendiri. Ia berpikir dirinya pasti akan mati.

Nathan kemudian membuka kain yang menutupi mata Calista agar bisa melihat mahakarya yang dibuat olehnya.

"I—ni berlebihan, Kak." ucap Calista terbata. Calista melihat wajah gelap, dingin, dan penuh kesenangan yang bisa ia lihat di wajah Nathan.

Calista melihat Nathan membawa 4 buah jarum di tangannya, seketika pandangannya menjadi kabur dan Calista tidak sadarkan diri.

Nathan yang melihat Calista pingsan mendengus kesal, pasalnya dirinya sudah mempersiapkan 4 jarum untuk di telinga dan matanya Calista. Namun, dikarenakan Calista pingsan dirinya tidak jadi melakukan hal itu.

Tbc.


(⭐⭐; → 30) jgn lupa yeh vote. Nnti mlm keknya bs update

Slamat hari raya idulfitri, minal aidin wal faizin. THR nyo vote aja😜

881 kata.

Obsesi My Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang