my brother's obsession 11.

21.3K 483 26
                                    

•𝗦𝗠𝗔 𝗘𝗟𝗔𝗡𝗚 𝗜𝗟𝗜𝗘𝗧

Calista hendak turun dari mobilnya, tetapi tangannya ditahan oleh Nathan. Ia menatap wajah kakaknya, yang terlihat sedikit tampan dengan hidung mancung, rambut hitam berantakan, mata coklat yang tajam, dan rahang yang tegas, membuatnya terlihat sempurna—meski sejujurnya, penampilan Nathan tidak bisa mengubah tingkah laku buruknya.

Melihat tingkah Calista, Nathan menaikkan turunkan alisnya, menggoda. “Iya, gue emang ganteng,” ucapnya dengan percaya diri yang berlebihan, membuat Calista menatapnya malas, kesal dengan kepedeannya yang tak ada habisnya.

“Lepasin tanganku, Kak.” Ia memperhatikan jari telunjuk Nathan menunjuk ke bibirnya, memaksa Calista untuk lebih peka. Dengan terpaksa, Calista mendaratkan bibirnya di pipi Nathan, yang membuat sang empu menaikkan alisnya dengan bangga.

“Bibir!” teriak Nathan, penuh semangat.

“Ah, sudahlah, Kak. Nanti aku telat tau!” Calista merasa tangan yang menahannya mengendur, dan dengan cepat ia melepaskan genggaman kakaknya.

“Inget janji lo, atau akan terima akibatnya nanti!” Setelah mengatakan itu, Nathan langsung tancap gas, meninggalkan pekarangan sekolah dan menuju ke GYM. Ia merasakan badannya mulai melebar setelah empat hari di rumah, terjebak dalam rutinitas yang tidak memuaskan.

Calista melihat mobil Nathan yang perlahan-lahan menghilang dan merasakan sedikit kelegaan di hatinya.

Ia melanjutkan perjalanannya menuju kelas. Di tengah perjalanan, tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang sedang membawa minuman. Minuman itu pun tumpah mengenai baju pria tersebut.

Picek ta?” hardik pria itu, nada suaranya penuh kemarahan yang membuat Calista mendengus kesal. Perkataan itu langsung masuk ke dalam ginjalnya yang mungil, membuatnya semakin tidak suka.

Calista tidak ingin meladeni orang gila itu dan berjalan pergi meninggalkan pria yang marah dengan pakaian kotor akibat insiden tersebut.

Namun, pria itu jelas tidak membiarkan Calista pergi. Ia mencengkam tangan Calista, “Udahlah salah, gamau minta maaf lagi. Yang pasti itu cewek.” Perkataan itu membuat Calista terdiam. Rasa kesalnya meningkat, ia merasa bisa saja menjambak rambut pria itu jika ia mau.

“Mending kamu dulu deh yang minta maaf.” Calista menarik kembali tangannya dan melipatnya di depan dada, menunjukkan ketidakpeduliannya.

“Siapa coba yang nabrak gue duluan?” Pria itu kembali menantangnya, membuat Calista memutar bola matanya malas. Sejak bertemu Nathan, ia sudah cukup lelah meladeni orang-orang autis.

“Maaf.” Satu kata itu diucapkan Calista dengan enggan, berharap bisa mengakhiri masalah ini. Namun, tatapan pria itu tidak percaya.

“Yaampun, spesies langka. Cewek mau minta maaf duluan, ini harus dilestarikan!” Mulut pria itu seketika mengganga, tampak tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Norak kids.” Calista segera cabut, meninggalkan pria itu yang tampak bingung. Jelas tidak ingin kehilangan spesies langka itu, pria itu kemudian mengejar Calista.

“Nama gua Bagas. Dan lo?” tanyanya dengan semangat, memperkenalkan diri. Bagas, pria berdarah campuran Arab-Indonesia-Cina, memiliki paras tampan dan sifat yang sedikit keras kepala.

“Kepo,” jawab Calista dingin.

“Gue nanya!” Bagas menarik tangan Calista agar menatapnya. Seolah terhipnotis dengan ketampanan Bagas, Calista menatapnya dalam-dalam, namun ia segera tersadar dan menatap tajam Bagas.

“Lepas gak?!” teriaknya, merasa tidak nyaman.

“Nama!” Bagas menekankan katanya dan menatap Calista dengan serius. Sumpah, tidak di sekolah maupun di rumah, selalu saja ada masalah yang menimpanya.

“Calista.”

Calista kemudian melepaskan tangannya dan berlalu pergi, meninggalkan Bagas yang menatapnya dengan seringai. “Calista, hm? Nama yang menarik,” ucapnya, sambil menantikan reaksi Calista.

𓆉︎𓆉︎

Ꙭ 𝗫 𝗜𝗣𝗔 2.

Calista membuka pintu kelas dan semua mata tertuju padanya. Setelah mereka melihatnya, pandangannya teralih ke seorang gadis yang sedang teriak-teriak tidak jelas dari tadi.

“OMG, listod, apakah itu dirimu?” tanya seorang perempuan yang heboh sendiri melihat Calista. Yah, itu adalah Putri, sahabat Calista di sekolah ini.

“Yay, Putri, akhirnya bisa bertemu!” Mereka berpelukan hangat dan duduk di kursi mereka.

“Woi, gimana tentang kakakmu itu?” tanya Putri penasaran. Calista kemudian menjelaskan panjang lebar tentang situasinya dengan Nathan.

“Seharusnya kamu ambil kesempatan ini buat kabur,” saran bodoh Putri, membuat Calista menggelengkan kepalanya.

“Bodoh, nanti aku nggak bisa kemana-mana lagi tau!” Calista mencubit lengan Putri, mengeluh. Mereka bercerita panjang lebar sampai tak sadar bel masuk berbunyi.

Seorang guru muda kemudian masuk ke dalam kelas, mengenakan pakaian seksi dan mengajar sambil sengaja memperlihatkan belahan dadanya. Calista dan Putri saling bertatap muka, tertawa pelan sambil menahan rasa geli.

~~~

12.12 PM - 𝗰𝗮𝗻𝘁𝗲𝗲𝗻.

Terlihat Putri dan Calista sedang duduk makan sambil memainkan handphone. Di tengah asyiknya Calista bermain, tiba-tiba seseorang berdiri di sampingnya.

“Gua boleh ikut duduk di sini?” Tanpa menoleh, Calista sudah tahu bahwa orang tersebut adalah Bagas, orang gila kedua setelah Nathan.

“Gg—”

“Boleh aja kok, ganteng,” potong Putri, membuat Calista kesal.

“Putri?” Calista jelas sangat tidak senang atas kehadiran Bagas di sini. Namun, Putri tidak menghiraukan Calista ia terpesona oleh ketampanan Bagas.

“Kita ketemu lagi, Calis—ku.” Bagas menekankan kata 'ku' sambil menatap Calista, membuatnya merasa risih dengan embel-embel itu.

“Mau apa kamu kesini?” tanya Calista, berusaha mempertahankan kesabarannya.

“Gua mau makan sambil liat lo yang manis ini.” Calista memasang muka acuh, tak terpengaruh oleh pujian yang dilayangkan padanya.

Di sisi lain, seseorang sedang mengawasi pergerakan Calista dan melaporkan semua yang terjadi kepada tuannya.

________

Hi, gw back zuzurly ini bab terpanjang yang pernah gwe buat semoga tidaa bosen.

Sampai jumpa

spam next ;

Votenya yh 27 pelis 👽
Oh y, selamat puasa bagi yang menunaikan.

Obsesi My Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang