21

52K 4.6K 418
                                    

Ada 4 nama yang tertera di papan pengumuman, menjadi perwakilan sekolah untuk olimpiade tahunan. Bastian—sang ketua OSIS yang masih menjabat itu tentu saja masuk ke dalam list, Callie yang dikenal sebagai sang partner juga masuk ke dalam list. Callie memang kurang disukai oleh anak-anak sekolah karena sifatnya yang semena-mena, apalagi mengejar Bastian sampai melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Namun tidak dipungkiri, gadis itu adalah murid berprestasi.

2 orang yang lain bagaimana? 2 orang baru muncul ke permukaan, Selly—si murid pindahan yang masuk ke sekolah ini dengan jalur beasiswa. Mungkin itu sudah masuk akal, karena Selly baru muncul ke permukaan di sekolah ini. Lantas bagaimana dengan yang satunya?

Zidane.

Ya, Zidane—murid yang di tukang palak Adik kelas, nakal, tempramental. Jangan mencari masalah dengannya, jika ingin hidup tenang di sekolah ini. Dia juga disebut murid yang b6doh di sekolah ini.

"Gila?! Yang bener aja Zidane salah satunya!"

"Gue kira Fian asli! Kok bisa sih tuh anak?!"

"Kelasnya kelas buangan lagi!"

Pemuda yang berada di sana berdecih. "Kelas buangan apa maksud lo?" Suara itu membuat 3 siswi yang berada di dekat sana menoleh, kemudian memutar bola matanya malas.

"Bener kan? Oh ya, kurang tepat sih. Lebih tepatnya kelas yang isinya anak b6doh semua, " balasnya tertawa keras, diikuti tawa kedua temannya yang lain.

"Lo Gery anak kelas 11 IPS 5 itu kan?" salah satu menyahut. "Pantes kagak terima, minimal sadar diri lah. Lo kagak sadar apa? Kelas lo kalo ada lomba nggak pernah ada hilalnya. "

Gery—dia berdecak pelan, emosinya memuncak, namun dia memilih berjalan meninggalkan tempat itu. Hal itu membuat 3 siswi di sana tertawa, karena berhasil membuatnya tidak bisa menjawabnya karena yang mereka katakan adalah fakta.

"Haha, kabur. Malu tuh. "

"Ini rill?" Beralih ke sebelah kanan, Sandi menyeletuk sambil menatap 4 nama yang terpampang jelas di mading. "Ini rill atau nggak sih?! Masa iya si Zidane!"

"Iya woy, gue kagak percaya! Gue pikir iseng doang dia mau ikutan tes, ternyata kepilih, " timpal Tiko dengan gelengan kepala. Dia kini beralih menatap ke arah Bastian yang terdiam. "Bas, bilang sama gue ini mimpi!"

Bastian mendengus. "Dia diminta Bu Jema—"

"Apa?!" Kini giliran Feri yang terkejut, ingin rasanya Sandi menampol mulut laki-laki itu, namun mengingat posisinya sepertinya dia lebih aman jika tidak melakukannya.

"Keras banget suara lo Fer, santai Bro. " Tiko menepuk-nepuk pundak Feri dengan wajah dramatis. "Liat Adik lo berkembang Fer, liat. Dia pinter, dia banggain lo sekarang, dia kagak ngeselin lagi kek dulu, huhu. " Tiko seolah menghapus air matanya dramatis, padahal dia sama sekali tidak menangis, hanya menghayati peran yang dia lakoni.

"Iya, huhu. Gue ikut seneng. " Sandi menimpali, keduanya pun berpelukan dramatis.

Feri tidak membalasnya, ini mengesalkan! Mengapa bisa-bisanya Zidane masuk ke dalam list siswa-siswi yang akan mewakili sekolah? Dia tidak bisa menerimanya! "Bas? Dia diminta Bu Jema? Lo serius? Nggak mungkin pasti kan, kita aja tau gimana Bu Jema. "

Bastian menghembuskan nafasnya berat, kemudian mengangguk. "Gue denger sendiri, Bang. Terserah lo mau percaya apa nggak. " Dia membalasnya kemudian mengambil nafasnya dalam-dalam. "Gue awalnya juga nggak percaya kalo nggak denger sendiri, dan keliatannya Bu Jema mempercayakan banget sama dia. "

"Nggak, gue yakin dia pake jalur dalam. " Setelah seperkiraan detik, Feri membuka suara. Dia berdecih sinis menatap remeh ke arah kertas tersebut. "Dia itu bodoh, dan selamanya bakal gitu. Gue yakin dia lewat jalur dalam, dia bisa aja maksa Bu Jema atau hal yang lain, kita nggak tau kan?"

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang