21

9 2 0
                                    

"makasih" ucap Rara disaat sudah sampai di depan rumahnya.

"Masamaa. Btw nama lu siapa?" Tanya Soobin.

"Cylin" jawab Rara kecil.

"Soklin?" heran Soobin.

"Makasih ya, gue masuk dulu" ucap Rara yang meninggalkan Soobin di luar sana dengan kebingungan.

"Unik ya namanya" ucap soobin dan pergi meninggalkan area rumah Rara.

Lagi dan lagi, ada sebuah mobil yang terparkir disana.

"Badan gue udah capek, malah datang dia" ucap Rara dan pergi meninggalkan area rumah nya itu.

Bodo amat dengan isi rumah nya.

Dengan tenaga yang tersisa, Rara berjalan entah kemana. Sebenarnya dirinya sangat letih. Tapi apalah daya, tamu tak di undang itu datang kembali ke rumah nya.

Ia tau apa yang akan laki laki itu katakan kepada dirinya.

"Kak, datang ya ke pernikahan mama"

"Halah tayik!" Kesal Rara.

Rara berhenti.

Ia berhenti di taman sunyi yang hanya di lewati oleh beberapa kendaraan dan orang berjalan saja. Sebenernya ada rasa takut di dalam diri Rara.

Tapi mau bagaimana lagi, jika berjalan terus, ia akan semakin letih, atau bisa pingsan di jalan.

"Kenapa rumah Tante jauh banget sih?" Keluh Rara yang merebahkan dirinya di lapangan basket itu.

Hari sudah mulai gelap.

Dahulu dirinya sangat suka dengan malam hari karena seluruh keluarga nya berkumpul dan menceritakan apa yang mereka alami.

Tetapi, semenjak dirinya menginjak di bangku SMP kelas tiga, semua nya berubah.

Mulai dari Mama nya yang telah mengenal dunia Maya dan bertemu teman teman nya  itu. Dari situ Rara sudah tau apa yang akan terjadi. Papa nya juga yang waktu itu sering melampiaskan emosi kepada Rara dan adiknya.

Sedangkan, kakak nya yang tidak begitu tau kondisi rumah yang berantakan karena melanjutkan pendidikan ke luar kota.

"Kak!" Sambut sang adek gembira karena kedatangan sang kakak. Adek Rara di saat itu masih SD.

Ada satu ketakutan Rara di saat itu, yaitu adek nya akan merasakan apa yang tidak perlu ia rasakan di saat SD itu.

"Kak! Kakak tau gak?!" racau nya. Mau tak mau, Rara harus mendengar cerita sang adek. Jika bukan dia, kepada siapa sang adek akan menceritakan keadaan nya?.

Sang Mama dan Papa tidak begitu peduli. Mereka hanya di sibuk mencari nafkah untuk kami bertiga.

"Nanti malam sambung ya? Gue mau istirahat dulu ya?"

"Okee!" Jawab sang adek.

"UDAH DI BILANGIN!"

"UDAH BERANI NGELAWAN HAH?!" Bentak sang papa. Rara yang pada saat itu belum pulang sekolah. Mengingat dulu dirinya osis dan juga mengikuti ekstrakulikuler Basket.

"G-gak yah" jawab sang Adek gugup.

"KALO GUE TINGGALIN KALIAN SEMUA, KALIAN GAK BAKAL HIDUP! GUE CAPEK TAU GAK HAH?!" teriak sang papa.

Setelah berteriak ,pria paruh baya itu meninggalkan lelaki kecil dengan memeluk kakinya di sudut kamar nya dengan isakan yang keluar dari mulutnya.

KETOS VS KAPTEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang