Musim silih berganti. Dari musim salju, semi, panas, dan gugur.
Tidak sadar, waktu sudah mencecah selama tujuh tahun lamanya. Iya, ternyata sudah genap tujuh tahun Taeyong meninggalkan kediaman Etsclair.
"Minhyungie!"Suara si cantik seperti terburu-buru. Napasnya menderu kelelahan. Dia terlambat menjemput kesayangannya— gara-gara dirinya yang terlalu padat dengan jadwalnya di toko coklat.
Sosok seorang balita yang sedang menyandar pada dinding enggan memandang wajah si cantik— mengerucutkan bibirnya sebal.
"Minhyungie? Astaga, maafkan Bubu karena terlambat. Jalan sangat macet—"Cerocos si cantik. Dia mendekati balita itu. Balita itu hanya berdecak pelan. Merajuk dengan Bubu-nya.
"Pertama, Bubu terlambat dan kedua, Bubu melupakanku."Kata balita itu dengan wajah yang datar. Si cantik itu hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal— merasa bersalah karena menelantarkan anaknya.
"Bubu tidak melupakanmu, sayang—"
"Bubu tidak sayang lagi pada Markie."balita itu diberikan nama Jeong Minhyung— setelah dibaptis, Minhyung lebih gemar dipanggil Mark. Dia sudah berusia tujuh tahun— genap pemergian Taeyong dari kediaman Etsclair. Sosok cantik itu, Taeyong hanya bisa mendesah pelan. Dia berjongkok dan mencium lembut kening anaknya.
"Minhyungie, kau mengerti bahwa Bubu bekerja untuk menghidupimu, bukan? Bubu benar-benar tidak sengaja menjemputmu setelat ini, sayang."Taeyong dengan lembut memberi nasehat. Minhyung cemberut— dia masih berkeras kepala tidak ingin menatap wajah sang Papi. Bibir Taeyong tersenyum pelan.
"Baiklah. Karena Bubu yang bersalah, apa kau ingin eskrim semangka segar?"Taeyong mencoba untuk membujuk. Berhasil! Anaknya menatap wajahnya— merasa tertarik dengan penawaran sang Papi.
"B-benarkah, Bu?"Balita itu masih dengan wajah yang sedikit datar memandang Papinya penuh berharap. Taeyong menahan tawanya. Dia berpura-pura berdiri dan melirik ke arah jalan yang sepi.
"Hm, Bubu tidak ingin mentraktir anak yang nakal. Lagipula, putra kesayangan Bubu ini lagi marah."Taeyong dengan usil melirik balita yang kini bergerak gelisah. Tidak lama Taeyong berdiri, Minhyung bergelayut manja pada kakinya— memandangnya dengan mata lucu.
"Bubu, Markie mau semangka. Iya, Markie tidak lagi marah.."Balita itu merengek lucu. Matanya membulat dan dia tersenyum dengan sangat lucu.
Taeyong menahan tawanya. Ah... Minhyung terlalu menggemaskan. Tubuhnya berjongkok; menguyel gemas pipi anaknya.
"Anak siapa kamu ini, hm?"Taeyong tertawa manis. Bahkan mereka berdua tidak menyadari orang-orang di sekitar itu menahan gemas melihat interaksi lucu di antara Papi dan anak itu.
"Bubu, sakit!"Pekik Minhyung sebal. Dia sudah terbiasa dengan tingkah menyebalkan Papinya yang tidak tahu aturan. Minhyung dengan cepat menarik tangan Papi-nya.
"Cepat, Bubu!"Taeyong tertawa keras. Anaknya benar-benar maniak semangka!
Mereka berdua menaiki taksi yang berdekatan. Taeyong tidak mempunyai uang yang banyak karena setelah dia meninggalkan kediaman Etsclair, dia terus berhenti dari menjadi seorang model karena tidak ingin Jaehyun mencarinya.
"Bu, apa aku bisa mengajak Echan?"Minhyung menggigit bibirnya lucu. Taeyong tersenyum tipis dan mengangguk. Ah, anaknya itu benar-benar suka menempel pada anak Ten— Haechan Suh. Mungkin karena selama kehamilannya, Taeyong sering menempeli sang sahabat. Haechan berselisih satu tahun dengan anaknya, membuat Minhyung setahun lebih tua.
"Ya sudah, ayo kita mampir ke rumah Mae Ten dulu ya?"Taeyong dengan lembut mengacak rambut anaknya. Pasangan Papi dan anak itu berhenti di hadapan sebuah rumah yang mewah.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Fourth Wife
RomanceBXB Pernikahan itu adalah suatu hal yang sakral.. dan Taeyong benar-benar mengimpikan pernikahan yang romantis. Dia, Lee Taeyong. Pria cantik yang namanya sedang meroket di industri model telah mendapatkan perhatian Jung Jaehyun- satu-satunya pewari...