Prolog;

2.8K 155 1
                                    

"Click! Click! Click! Kerja yang bagus, Taeyong."Suara fotografer mengalihkan perhatian pria cantik yang baru saja bisa bernapas lega. Tubuhnya dibaluti jas putih tanpa dalaman— membuat dirinya terlihat tampan dan cantik di waktu yang bersamaan.

Hari ini Taeyong mempunyai jadwal pemotretan kolaborasi antara perusahaan ternama yang ingin mengeluarkan perhiasan terbaru mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Taeyong mempunyai jadwal pemotretan kolaborasi antara perusahaan ternama yang ingin mengeluarkan perhiasan terbaru mereka.

"Kamsahamnida, direktur."Pria cantik itu menunduk hormat. Wajahnya yang sedikit berkeringat langsung dirapihin stylist-nya. Yah, pekerjaannya baru saja selesai setelah dia mendekam di dalam ruang pemotretan selama lima jam.

"Air, Yongie."Manajernya— Ten, pria manis dan mungil yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil itu menyodorkan botol air detoks yang dibuat khusus untuknya— yah hanya sekedar campuran buah dan lemon.

"Gimana? Bagus gak fotonya, Tennie?"Taeyong bertanya setelah meneguk airnya beberapa kali. Ten tersenyum lebar dan mengangguk.

"Kamu sentiasa keren, Yongie! Kerja yang bagus!"Ten dengan sigap mengambil botol air Taeyong lalu membantu pria cantik itu untuk mengganti pakaiannya.

Mereka berdua menaiki taksi— ya.. Karena walaupun Taeyong sedang naik daun, pria cantik itu tetap tidak tergolong di dalam lingkaran top model yang mewajibkannya untuk mempunyai mobil van sendiri.

"Mau makan apa, Yongie? Malam ini kau bisa makan sepuasnya!"Ten berseriak seru. Taeyong memasang wajah berfikir.

"All you can eat?"Tanya Taeyong takut-takut. Ten tersenyum lebar dan mengangguk. Mood-nya sedang baik, dan Taeyong mempunyai hak untuk menikmati makanannya setelah diet yang ekstrim selama 2 minggu.

"Baiklah. Hanya untuk malam ini ya karena kamu sudah bekerja keras."Ten menepuk lembut pundak Taeyong— membuat pria cantik itu menyunggingkan senyuman yang lebar.

Oh... Taeyong sudah tidak sabar untuk mencicipi daging setengah matang yang mengepul di bawah arang!

"Pak, muter ke All You Can Eat ya."Ten menepuk pelan pundak supir itu.

Suasana hiruk pikuk membuat hati Taeyong merasa tenang. Pria cantik itu menutup matanya— menghirup asap daging yang mengepul. Hm... Syurga! Syukurlah mereka datang di waktu yang tepat.

Mereka berdua mengambil tempat di pojok ruangan— dikarenakan Taeyong ingin makan dan minum sepuasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berdua mengambil tempat di pojok ruangan— dikarenakan Taeyong ingin makan dan minum sepuasnya.

"Mau apa, Yongie?"Tanya Ten setelah melepaskan mantelnya. Taeyong mengambil menu— matanya terbuka lebar.

"Aku mau daging yang banyak! Dan sojuu!"Taeyong mengangkat kedua tangannya— seperti anak kecil. Ten terkekeh pelan.

"Aigoo, iya iya. Sabar ya Yongie."Pria mungil itu akhirnya memesan seperti yang diinginkan oleh Taeyong. Mereka memulai dengan 1 botol soju— kemudian bertambah menjadi 2,3 dan 4.

"Hihihi! Tennieee. Kapan ya kita bisa jadi kayaaa? Aku capekkkkkk..."Rengek Taeyong. Yah, anaknya sudah hilang kawalan sedari tadi. Ten hanya bisa menggelengkan kepalanya. Suara Taeyong yang kuat membuat beberapa orang mengalihkan perhatian mereka kepada dua pria mungil itu.

"Ssshhh.. Yongie jangan berisikkk. Ish, karena ini aku gak mau kamu mabuk."Ten mencubit pelan lengan Taeyong.

"Uhhh... Kepalaku pusing, Tennieee..."Taeyong merengek pelan. Dia memegang kepalanya yang terasa berat.

"Tennie kenapa ada dua ya, hihi."Taeyong terkekeh manja. Ten hanya bisa mendesah pelan. Pria mungil itu memilih untuk membopong tubuh Taeyong yang miring.

"Kita pulang ya, Yongie?"Ten membujuk pelan. Taeyong mengangguk— tidak sadar dengan dirinya.

"Boleh ke washroom dulu gak, Tennie? Aku mau nyuci muka..."Taeyong bangun dari tempat duduknya. Tubuhnya yang goyah membawa dirinya ke arah washroom. Ten hanya membiarkan tubuh si manis itu menabrak beberapa meja. Pusing sekali. Kepalanya juga sedikit pusing karena dia meneguk beberapa kali alkohol tadi.

Sementara menunggu sosok Taeyong kembali dari washroom, Ten membayar kepada kasir.

Berbalik kepada Taeyong, pria cantik itu sibuk mendumel sendirian. Dia beberapa kali menabrak tembok. Wajahnya memerah.

"Hihi... Mau jadi kaya.."Taeyong terkekeh pelan. Dia bahkan tidak menyadari bahwa tubuhnya kini menabrak seseorang.

"Hey, kamu gak apa-apa?"Suara yang berat mengalihkan pandangan Taeyong yang kini terbaring di lantai washroom. Pria cantik itu meringis. Matanya mengerjap— coba untuk menatap wajah itu namun pandangannya buram.

"Kenapa menabrakku, ahjussi!"Taeyong memekik kesal. Sosok itu hanya berdiam diri. Dia membopong pelan tubuh Taeyong— merasa kasian melihat pria cantik itu terlihat mabuk sekali.

"Kau mabuk, ya? Kau kemari dengan siapa? Ada teman?"Sosok itu bertanya lembut. Taeyong mengangguk cepat— kemudian terkekeh manja.

"Tennie! Tennie menungguku di luar, ahjussi."Pria cantik itu tertawa manja. Sosok itu hanya mampu tersenyum lelah.

"Baiklah. Ayo kita ke temanmu, ya?"

"Bentar! Aku harus pipis, ahjussi! Kau temani aku ya?"Taeyong merengek manja. Bahkan celananya kini sudah ditarik ke bawah— ingin pipis secepat mungkin namun ditahan oleh sosok itu. Tubuh Taeyong digiring menuju ke arah tempat pipis.

Taeyong menghembuskan napas yang lega setelah menyelesaikan aktivitasnya. Seusai membersihkan tangannya, pria cantik itu kembali melendoti tubuh sosok itu.

"Ayo, ahjussi. Katanya mau anterin aku ke temanku."Taeyong merengek manja. Sosok itu lagi-lagi hanya bisa tersenyum lelah.

"Ayo."Dengan lembut, pria itu merengkuh pinggang ramping itu, membopong Taeyong yang mengobrol sendirian.

"Tennie!"Pekik Taeyong setelah melihat tubuh mungil sahabatnya. Ten membulatkan matanya, melihat Taeyong yang dibopong oleh pria asing.

"Yongie bodoh!"Marah Ten. Dia dengan terburu-buru mendekati pria asing itu, menarik pelan tubuh Taeyong yang masih menempel.

"Kau temannya pria ini?"Tanya pria asing itu. Ten mengangguk cepat. Tubuhnya dibungkukkan— menarik kepala Taeyong untuk ikut membungkuk.

"Maafkan aku, ahjussi. Aku tidak tau bahwa temanku malah menyusahkanmu."Ten meminta maaf. Pria mungil itu dapat merasakan bahwa pria asing itu bukanlah orang di lingkaran biasa. Perawakannya saja sudah terlihat mewah.

"Tidak apa-apa. Jaga temanmu."Pria asing itu berucap sebelum melangkah ingin meninggalkan mereka berdua namun—

"Ahjussi! Tunggu sebentar!"Taeyong memekik; membuat pria asing itu menghentikan langkahnya, kemudian berbalik ke arah pria cantik itu.

"Ya?"Taeyong terburu-buru menepis tangan Ten yang ingin memegangnya, kemudian berlari ke arah pria asing itu. Bibir mereka tanpa sengaja bersatu.

"Hehe.. Ciuman perkenalan."Taeyong tersenyum tanpa bersalah sebelum kejadian tragis itu terjadi—

Ya.....

"Hoek!"Taeyong berakhir muntah di jas mahal pria asing yang linglung karena dicium sembarangan.

"Bruk..."Kemudian tubuh mungil itu ambruk tepat di hadapan pria asing itu— dengan Ten yang melongo tidak percaya.

"LEE TAEYONGGG!!!"Pekikan terakhir yang Taeyong dengar sebelum mimpi menjemputnya.

Dan disinilah kisah mereka bermula. Tanpa mereka sadari, benang merah mulai terbentuk.

End of Prologue;

The Fourth WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang