Vingt-sept; le final

1.7K 73 2
                                    

Trigger warning: consentual mature scene ahead. Minor please do not interact.

Genap seminggu Jaehyun menghilangkan dirinya. Selama itu, Taeyong berusaha mencari jejak suaminya.

Dari kantor, kediaman Etsclair, tempat-tempat favorit Jaehyun. Tidak ada. Suaminya benar-benar menghilang. Taeyong tidak lagi tahu ingin mencari pria itu di mana.

Balita tampan kesayangannya tidak ada habisnya menangis dan mogok berbicara dengan dirinya. Minhyung menyalahkan dirinya karena telah membuat Jaehyun menghilang. Taeyong frustrasi. Pria cantik itu hanya ingin menyelesaikan kesalahpahaman mereka berdua. Sudah tiba waktunya untuk mereka menjadi dewasa.

"Dasar Jaehyun bodoh. Kau kemana saja, husband."Taeyong berbisik lirih. Dia terduduk kelelahan. Sedari tadi dia berbolak balik dari kamar tidurnya hingga ke dapur karena Minhyung tiba-tiba demam.

Sepertinya putra tunggalnya itu sangat merindukan sosok Ayahnya.

"Daddy..."Minhyung merengek pelan. Taeyong menatap wajah anaknya— lelah. Dia mendekatkan tubuhnya pada balita tampan itu dan mengecup keningnya lembut.

"Cepat sembuh, semangka-nya Bubu. Setelah kamu sembuh, Bubu berjanji akan mencari Daddy-mu lagi."Taeyong berbisik lembut. Dia menidurkan tubuhnya di samping anaknya.

Beberapa jam telah berlalu, Taeyong bisa merasakan kasurnya bergerak kasar. Matanya yang mengantuk terbuka luas kala melihat anaknya mengejang. Mata anak itu bergulir ke atas dan kelihatan seperti sesak untuk bernapas. Minhyung mencengkram erat seprai ranjang dengan air mata yang merembes.

"Astaga, Minhyung!"Taeyong memekik kaget melihat mata anaknya merotasi ke atas sehingga hanya terlihat putih. Dengan sisa tenaga yang ada, Taeyong menggendong tubuh anaknya.

Minhyung dilarikan ke rumah sakit. Demam anaknya naik sehingga 40 celcius. Taeyong terisak lelah. Pikirannya kosong. Dia yakin Minhyung sakit karena terlalu merindukan sosok Ayahnya yang tiba-tiba menghilang.

Pria cantik itu hanya bisa menunggu di hadapan ruang kecemasan dengan penuh sabar. Dia mengusap air matanya berkali-kali, tidak ingin terlihat lemah. Matanya melirik ke arah sekitar rumah sakit— memerhatikan pesakit-pesakit di sini. Matanya terpaku ke arah sosok seseorang yang berjalan dengan selang infus yang menempel pada tangannya.

"Jaehyun...?"Taeyong berbisik tidak percaya. Mata mereka berdua bersitatap. Jaehyun kaget dengan kehadiran suaminya. Astaga, apa yang Taeyong lakikan disini?

"Tae-"

"BRUK!"Tubuh Jaehyun terpental karena Taeyong tiba-tiba menubrukkan tubuhnya pada dada sang suami. Pria tampan itu hanya menatap kikuk. Tangannya beralih mengusap lembut punggung suami kecilnya. Dia tidak mengerti kenapa Taeyong terlihat berantakan sekali.

"Hiks..."Isakan Taeyong lolos dari bibirnya. Si manis semakin mengusakkan wajahnya di dada suaminya. Tidak mempunyai lagi tenaga untuk menampar dada itu. Jaehyun kaget, namun dia hanya membiarkan Taeyong melepaskan segala kemarahannya.

"Taeyong.. Ada apa..?"Jaehyun bertanya lembut. Bodoh. Sepertinya dia tidak tau bahwa Taeyong merindukannya. Salahkan saja otaknya yang terlalu lemot. Pria tampan itu malah terlihat tidak bersalah karena telah menghilang daripada pandangan suami kecil dan anaknya yang berimbas fatal. Mata Taeyong yang membengkak menatap nyalang ke arah sang suami. Dada bidang suaminya ditampar berkali-kali.

"Jahat! Pria berengsek! Kau meninggalkanku sendirian bersama anakku!"Jaehyun terisak kencang. Dia memukul suaminya dengan penuh marah. Jaehyun tersenyum tipis. Mata pria tampan itu tidak lagi mempunyai sinar.

"Aku hanya tidak ingin membebankanmu lagi, Taeyong."Jaehyun berbisik pelan. Dia masih berusaha untuk tersenyum. Taeyong mendongak— menatap wajah si tampan. Tulang pipi sang suami semakin terlihat. Jaehyun sepertinya kehilangan bobot tubuhnya. Bahkan, bibir pria-nya itu terlalu pucat.

The Fourth WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang