Vingt-cinq;

1.3K 80 1
                                    

"BRAK!"Meja kantor sosok pria mungil itu dihentak kasar. Matanya menajam— memandang wajah wanita cantik yang menunduk.

"Ten-"

"Apa-apaan, noona?! Apa kamu sadar tingkahmu ini bisa merusakkan lagi hidup Taeyongie?!"Ten membentak kasar. Dia membanting tubuhnya pada kursi kerjanya. Matanya terpejam erat. Pusing kala mendengar kabar bahwa Wendy mengijinkan pria yang menanam luka pada sang sahabat untuk kembali.

Wendy menahan nafasnya. Dia sedikit kesal dengan sosok pria mungil yang diselubungi kemarahan ini. Apa salahnya? Niatnya baik. Dia tau bahwa Taeyong dan Jaehyun hanyalah salah paham yang berimbas fatal. Bukankah lebih baik jika mereka berdua melupakan memori itu dan kembali bersama? Apalagi Minhyung juga begitu antusias sewaktu dia bercerita tentang sosok ayahnya yang hilang selama tujuh tahun itu.

"Tennie... Kau juga tahu bukan bahwa semuanya terjadi karena dua wanita itu? Aku sudah menyingkirkan mereka, apalagi yang kita inginkan? Kau juga tahu bahwa Taeyongie menunggu suaminya menjemput. Sampai kapan kita mau memisahkan mereka?"Wendy berucap lembut. Dia tidak ingin menggunakan emosinya. Ten seharusnya sadar.

"Justeru itu aku bersetuju untuk memisahkan mereka, noona! Jaehyun telah menghancurkan hidup sahabatku!"Ten membuka matanya. Dia menatap kesal ke arah mantan istri Jaehyun.

"Ugh, fine. Aku tidak menyalahkanmu karena kelakuan Jaehyun tujuh tahun yang lalu sememangnya bodoh. Bisa-bisanya dia percaya rekaman manipulasi dan foto-foto yang diambil dengan sudut yang ambigu. Tapi, semuanya telah selesai. Jaehyun juga berhak mendapat peluang yang kedua."Wendy kembali menjelaskan. Ten mendesah pelan, memikirkan kata-kata wanita cantik itu.

"Kau yakin mereka akan kembali bersama, noona?"Tanya Ten. Wanita cantik itu mengangkat pundaknya santai.

"Yah, itu kan keputusan Taeyongie. Lagipula, jika mereka kembali bersama, Jaehyun tidak mungkin menyakiti anak cantik itu lagi. Kau lupa ya mantan mertua-mertuaku sangat menyayangi Taeyong? Bisa-bisa kali ini Jaehyun yang kehilangan segalanya."Wendy berkata santai. Wanita cantik itu terkekeh pelan. Ten kembali mendesah.

"Hah.. Baiklah. Aku juga tidak ingin melihat Taeyongie terpuruk dalam kesedihan."Ten menatap sendu ke arah bingkai foto yang berisikan dirinya dan sosok sang sahabat tujuh tahun yang lalu. Wendy bangun, menepuk lembut kedua pundak pria kecil itu.

"Lets just pray for their happiness, Tennie. Its time to let it all go."

"Sayang?"Wendy mengalihkan perhatiannya ke arah pintu ruangan yang terbuka. Dia bisa melihat sosok seorang pria yang memakai jas sedang menggendong seorang balita perempuan yang sedang tertidur. Bibirnya menyunggingkan senyuman yang lebar.

"Hubby!"Wendy memekik riang. Dia mendekati sosok pria itu— mengecup bibir laki-laki itu kemudian mengusap lembut rambut balita itu.

"Yena tidur, ya?"Wendy bertanya. Pria itu mengangguk— menatap lembut ke arah sang anak.

"Ketiduran karena menungguku, sayang. Are you done with your business?"Pria itu menatap bingung ke arah istrinya dan Ten. Wendy mengangguk.

"Take your wife away, Minhyun hyung. She is such a bad influence."Ten menggulirkan bola matanya malas— pura-pura mengusir wanita cantik itu. Wendy memekik kesal, mencubit keras tangan pria kecil itu.

"What a naughty child!"Kemudian disambut oleh tawa Minhyun— pria yang menjabat sebagai suami Wendy tiga tahun yang lalu. Awalnya, Minhyun tidak berencana untuk melamar Wendy karena sadar bahwa wanita itu mempunyai suami, namun setelah Wendy menggugat cerai, barulah dia mengambil langkahnya.

Syukurlah, setahun kemudian mereka dikaruniai bayi perempuan yang diberikan nama Hwang Yena.

"Baiklah. Jika begitu, kami pamit ya, Tennie."Minhyun bersuara. Ten tersenyum lebar dan pura-pura mengusir lagi.

The Fourth WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang