Serpihan 18

7.7K 532 23
                                    

Serpihan 18

Entah sejak kapan diriku membenci pelangi. Mereka memang indah. Tetapi hanya untuk singgah sejenak lalu pergi. -Meimei-

21.22 KST

Tangan gadis itu secara ragu terangkat. Sepertinya ia akan menerima uluran tangan kokoh milik Kai. Namun... Tangan lain yang entah datang darimana langsung mengambil alih uluran tangan si gadis yang hampir saja menerima uluran tangan Kai. Tangan lain itu tak hanya mengambil alih uluran tangan tersebut, namun juga membawa tubuh sang gadis untuk menjauh pada Kai.

"Apa kau lupa jika kau milikku sekarang?" Lelaki lain yang kini tengah mengenggam erat tangan si gadis, berkata dengan nada dingin yang tajam. "Jadi jangan pernah untuk mengenggam tangan orang lain selain diriku, Krystal..."

Krystal terdiam, mendapati Sehun kini tengah berada di sampingnya, menggenggam tangannya erat. Seolah ingin menunjukkan pada Kai, siapa pemilik dirinya sekarang. Dengan ragu, Krystal mengalihkan padangannya dari Kai. "Sehunnaaa..."

"Kenapa kau di sini?" Secara sengaja, Sehun membalik tubuh Krystal agar membelakangi Kai. Tangannya terangkat untuk mengelus surai miliknya. "Apa kau berbohong padaku mengenai Jeju?"

Mata Kai terbakar, melihat segala adegan memuakkan yang kini tersuguh di depannya. Ia ingin segera pergi dari sana. Tapi, tubuhnya sudah mati rasa. Juga hatinya.

"Ayo kita masuk..." Sehun langsung menarik Krystal untuk benar-benar menjauh pada Kai. Pelukan tangan Sehun di pundak Krystal, seolah menegaskan siapa yang menang dalam pertempuran ini. Dan Kai, benar-benar merasakan hidup bagai mati. Satu-satunya alasan ia bertahan, kini sudah menghilang.

Tapi, Krystal sempat menoleh padanya sejenak tanpa Kai sadari. Memandang lelaki itu khawatir. Mengatakan padanya dalam diam bahwa ada penjelasan di balik semua ini.

Pening hebat tiba-tiba menyerangnya. Udara dingin yang menusuk tulang, membuat nyeri di bahu kanannya datang kembali. Tangan kanannya bergetar hebat. Kai merutuk kesal dalam hati. Apakah sakit ini harus datang sekarang? Menambah luka tak kasat mata di dalam hatinya.

Ia berjalan tertatih menuju pinggir jalan. Tangan kanannya masih bergetar hebat. Sakit di bahu kanannya serasa membunuhnya perlahan. Ia mengulurkan tangan kirinya lemah saat melihat ada sebuah mobil melaju pelan menuju tempatnya berada.

"Taksi..."

***

21.25 KST

Meimei memandang jengah pada Baekhyun yang sejak tadi hanya duduk diam. Cokelat hangat yang ia suguhkan pun, kini tak lagi mengepulkan asap. Lelaki imut itu semenjak tadi hanya duduk diam dengan pandangan kosong. Sesekali juga menghela nafas lelah.

"Apa ada masalah?" Akhirnya, setelah sekian lamanya, Meimei berani untuk memecah keheningan ini. Baekhyun hanya menoleh sebentar sebelum akhirnya kembali tenggelam ke dalam lamunannya.

"Apa ada staff yang menyakitimu lagi?" Meimei kembali membuka suara. "Atau... Jaewon hyung memarahimu karena tak bisa melakukan dance dengan baik?" Baekhyun tetap terdiam. Meimei mulai tak bisa bersabar menghadap ini.

"Oppa... katakanlah sesuatu supaya aku bisa membantumu." Rengeknya sebal. "Apa yang membuatmu datang ke sini dan bukan menghadiri pesta pernikahan managermu, eh?"

Baekhyun kembali menatapnya dalam diam, namun kali ini lebih lama. Ia tak memalingkan pandangannya kembali seperti sebelum-sebelumnya. "Lalu..." Meimei samar-samar tersenyum mendengar Baekhyun akhirnya mau berbicara. "Kenapa kau di sini? Biasanya kau akan menyelinap masuk ke pesta demi mendapatkan fotoku dalam balutan jas."

Sasaeng Fans [EXO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang